Deep, deepen, deeper

Hello Hi-School
Please Subscribe to read the full chapter

 

[Aecha’s POV]

 

Minggu pertama semester baru selalu seperti ini. Membosankan. Kenapa seonsaengnim tidak membiarkan kami pulang saja? Maksudku, daripada duduk dan mengerjakan tugas sembari menanti bel pulang padahal ia hanya membaca koran? Psh, ini menggelikan.

 

Membenamkan wajahku pada buku cetak di atas mejaku, mendengarkan suara jam yang terasa berdetik terlalu lama, dan aku hampir saja terlelap dibuatnya. Lelah.

 

“Bersabarlah lima menit lagi.” bisik seseorang yang kini mengusap pelan kepalaku. Aku mengangkat wajahku, dan senyum Myungsoo menyambut.

 

Kim Myungsoo. Namjachingu yang tampan. Walaupun kadang ia tampak menakutkan, tapi ia tetap charming, dan bahkan ia lebih pintar dariku. Ia sangat baik hingga untuk melihat namja lain saja kini aku merasa sangat bersalah.

 

“MYUNGSOO-YA! TAEMIN-AH! JONGHYUN-AH! AYO LATIHAN!” seru sebuah suara dari luar kelas. Seisi kelas tertawa mendengarnya. Tidak asing lagi, bocah nakal itu.

 

“YAH! Choi Minho!!” lalu seonsaengnim di muka kelas kami berjalan keluar dengan gulungan koran di tangannya. “Berhenti di sana! Yah!”

 

Haha! Badass Minho benar-benar menghibur.

 

~

 

Hari telah petang ketika kami tiba di halte pemberhentian kami. Satu per satu mulai berpisah menuju rute mereka masing-masing, menyisakan aku dan dua orang pemain inti team kami—Myungsoo dan Minho. Tapi mereka pabo. Sungguh.

 

“Aku akan menelponmu. Hati-hati di jalan, neh?” titah Myungsoo sebelum kami berpisah di persimpangan jalan. Aku mengangguk, lalu mata tajam Myungsoo beralih pada namja jangkung di belakangku. “Dan kau, aku tahu tiap detail dari Go Aecha-ku jadi…”

 

“Ara, aku tidak akan menyentuh Go Aecha-mu… kecuali dalam keadaan mendesak.” timpal Minho lalu terkekeh. Aku hanya memutar sebal bola mataku, melanjutkan perjalananku sementara dua namja pabo ini masih berkejar-kejaran di belakangku.

 

Abaikan.

 

Setelah Myungsoo pergi atmosfer di sekitar kami terasa jauh lebih berat. Bukan karena aku dan Minho tidak akrab, kami sangat sangat sangat akrab, hanya saja ini sedikit… kurang pemanasan?

 

“Haah~ Latihan hari ini saaaangat melelahkan. Pancake saus honeymoon di waktu seperti ini pasti sangat enak.” cetus Minho seraya merenggangkan tubuhnya.

 

“Pancake saus honey-lemon, Choi Minho, bukan honeymoon.”

 

“Terserah. Hey, bukankah appa-mu masih sibuk mengurusi liga basket nasional di Daegu? Jadi kau sendirian di rumah?” namja sneaky ini menyenggol lenganku. Urgh! “Bagaimana kalau kau buatkan aku pancake saus honeymoon, huh?”

 

“Aku lelah. Dan ralat, honey-lemon!”

 

“Ayolah. Dua lapis? Tidak, satu lapis? Hanya satu lapis saja. Ayolah, Go Aecha~”

 

“Tak ada bahan apapun di rumahku.”

 

“Kita ke minimarket!”

 

“Tapi kakiku terlalu le—”

 

“Naik!” tiba-tiba Minho berlutut di depanku, menawarkan punggungnya dan aku hanya tercenung melihatnya.

 

Entahlah, aku tidak sadar apa yang terjadi atau sejak kapan aku telah bertengger dengan manis di punggungnya. Hangat, seperti biasanya.

 

“Sigh, demi pancake saus honeymoon...”

 

“Kau melanggar janjimu pada Myungsoo,  Choi Minho.”

 

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet