Oh!

Hello Hi-School
Please Subscribe to read the full chapter

[Jinki’s POV]

 

Setelah mengantar Aecha ke depan pintu, Minho pamit menuju kamarnya. Ia menyabet semua cheesecake buatan Hyeri lalu berlari ke lantai dua. Tch, aku bangun lebih pagi darinya tapi kenapa bocah itu selalu lebih beruntung?! Hey, ia bahkan belum mencuci mukanya!

 

“Aku masih punya sisa kue di rumahku, Jinki-ya.” Hyeri terkikik geli melihat pertengkaran kami. Ia bangkit dari duduknya. “Biar ku ambilkan untukmu.”

 

Aku menarik lengan sweaternya, gadis itu menunduk menatapku. “Boleh aku ikut?” tanyaku.

 

“Kajja.” ia tersenyum.

 

Hanya butuh menyebrang jalan untuk mencapai rumah Hyeri. Sepi, tak ada siapapun di rumahnya. Ia memintaku menunggu di ruang tengah, dan aku menurutinya, menunggu Hyeri sembari bermain bersama Onew—kucing Persia obesitas milik Hyeri yang kini bermanja ria di pangkuanku.

Hah~ tidak ada Minho memang terasa jauh lebih baik. Lebih aman. Konyol memang, tapi bocah itu adalah rival berbahaya… walau aku tidak mengerti kenapa aku menganggapnya rivalku. Mungkin aku menyukai Hyeri? Ya, aku menyukainya. Ia temanku.

Teman.

Teman?

 

“Jinki, apa maksudnya best friends with benefits?” tanya Hyeri mengagetkan. Eo? Sejak kapan ia duduk di sebelahku? Sepotong cheesecake dengan blueberry jam juga telah tersaji di hadapanku. Ah, aku melamun terlalu lama. Aku menoleh, ekspresi Hyeri tampak datar, berbeda dengan Hyeri 30 menit yang lalu.

 

“Kenapa tiba-tiba kau menanyakannya?”

 

“Tidak. Aku hanya ingin tahu.” sanggahnya lalu menoleh menatapku. “Apa artinya… best friends with benefits?” ia mengulang pertanyaannya.

 

“Hmm, semacam relasi persahabatan, tapi di tingkat yang lebih tinggi.”

 

“Contohnya?”

 

“Contohnya? Ah, kita ibaratkan kau dan aku. Kita bersahabat dan aku menyukaimu, begitu juga denganmu. Aku memperhatikanmu, menyayangimu seperti seorang kekasih, tapi hubungan kita hanya sebagai sahabat.”

 

“Itu kejam.” komentarnya lalu mengerucutkan bibirnya. Lucu. Hyeri benar-benar gadis lugu.

 

Tiga puluh menit berikutnya Hyeri masih sama, meracau tentang best friends with benefits dan aku hanya mendengarkan, melahap potongan kue keempatku lalu merespon seperlunya. Wajahnya ketika ia mengomel benar-benar membuatku ingin tertawa. Baru kali ini aku bertemu gadis seperti ini, lugu, tapi lucu ketika ia mulai meracau tentang satu hal terus menerus. Racauanny

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet