Our history

Hello Hi-School
Please Subscribe to read the full chapter

[Aecha’s POV]

 

“Team kita pincang. Jika kita ingin menang, kita butuh playmaker untuk mengatur ritme permainan.” ujar Taemin—salah satu anggota team yang paling vokal di hampir semua hal. Cerewet. “…dan ini berarti kita butuh Myungsoo.” lanjutnya lalu melirik ke arahku. Sial!

 

Latihan hari ini Myungsoo tidak hadir. Mereka seolah memojokkanku, menyalahkanku, dan itu menyebalkan.

 

“Myungsoo pasti akan datang, mungkin ia hanya masih sakit.” sahut Jia, berusaha mencairkan suasana.

 

Aku hanya menundukkan kepalaku, mencatat hal random dalam papan laporanku lalu blank! Dadaku sangat sakit. Myungsoo bahkan tak membalas pesanku, ia tak mengangkat telponku dan ketika aku ke rumahnya, ia tak ingin menemuiku. Aku sangat marah, dan ketika marahku mencapai puncaknya yang bisa ku lakukan hanya menangis jengkel. Saat ini juga aku ingin menangis, tapi tiba-tiba handuk bau yang dikalungkan ke kepalaku membuatku mengangkat wajahku. Minho, berdiri di sebelahku.

 

“Kalaupun tidak ada Myungsoo, biar aku yang bertanggung jawab atas posisi itu. Aku tidak masalah jika harus bermain 4 quarter penuh.” ujarnya lalu duduk di sebelahku. Choi Minho…

 

“Jika kau di point guard, siapa yang akan mencetak poin?” tanya Woohyun seraya memutar bola dengan jarinya. Minho tertawa.

 

“Bukankah kita semua bisa mencetak poin? Jangan terlalu lama mendribble bola, oper, jika ada celah segera shot.” papar Minho. “Aku kaptennya, serahkan semua padaku. Lagipula Myungsoo seperti itu juga karenaku.”

 

Choi Minho bodoh. Aku bangkit dari dudukku, meraih tasku lalu mengangkut kardus kosong air mineral bersamaku. Pulang.

 

“Aku akan buat Myungsoo kembali.” ujarku lalu terus berjalan menuju pintu gedung olahraga.

 

Suara Minho yang memanggil namaku masih jelas terdengar, tapi aku terus mempercepat langkahku—menghampiri Jinki oppa dan Hyeri yang menunggu di tepi kolam lalu kami mulai berjalan menuju gerbang sekolah. Minho menyusul segera setelahnya, bahkan ia sudah membasuh dirinya dan mengganti kaosnya. Tch, tumben.

 

“Aku lapar. Ayo kita makan.” ajak Minho lalu mengusap perutnya.

 

“Hyeri-ya, karena kau perempuan jadi kau ya

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet