His gaze.....

Hello Hi-School
Please Subscribe to read the full chapter

Hyeri’s POV


Matematika.

Hell yeah. Aku sangat benci pelajaran ini. Memuakkan. Limit, sin, cos, tan, invers, apalah itu semua. Aku tidak tahu, dan tidak mau tahu.

Penjelasan Jung seonsaengnim berlalu begitu saja. Masuk melalui telinga kananku kemudian keluar melalui telinga kiriku. Aku hanya menyibukkan diriku menulis berderet-deret kalimat yang tidak kumengerti apa artinya. Sigh.

Aku ini wanita. Dan calon ibu rumah tangga tentunya. Lalu... apakah semua pelajaran ini dibutuhkan? Haruskah aku menghitung berat wortel dan memotongnya sesuai ukuran setiap potongnya? Atau ketika merebus ubi! Haruskah aku mengukur suhunya? Urrghh... Omong kosong apa ini?!

Bell istirahat berbunyi, membuyarkan pikiranku tentang hal-hal bodoh yang tengah berkelebat didalam pikiranku. Yaaah! Makan!

“Sebelum kalian istirahat, kumpulkan terlebih dahulu tugas kalian!” Seru Jung Seonsaengnim.

Ah! Tugas. Aku merogoh tasku dan mengambil buku dengan sampul bewarna biru langit. Buku tugas matematikaku. Jangan tanya mengapa aku bisa mengerjakannya. Karena Jinki sudah membantuku kemarin. Hihihi...  

Setelah aku mengumpulkan tugasku di meja guru, tatapanku tertuju pada Jinki yang terlihat gelisah. Kenapa dengan anak itu?

Aku mendekatinya. “Wae?”

“Buku tugasku... tertinggal.” Jawabnya lesu.

“Astaga. Lee Jinki! Kau... sangat ceroboh.”

“Kemarin setelah mengerjakan tugas bersamamu, aku lupa untuk memasukkannya kembali kedalam tas.”

Sebelum aku menjawab, teriakan Jung Seonsaeng lebih dulu menggema dan hampir saja merobohkan gedung sekolah kami. “Lee Jinki! Dimana tugasmu?!!”


--

Sendiri di jam istirahat sangat tidak enak. Tsk. Biasanya aku ditemani celotehan Jinki. Tapi, sekarang anak itu sedang menjalani hukumannya. Membersihkan toilet. Menggelikan.

Aku duduk menyantap bekalku di bangku kayu yang menghadap langsung ke lapangan basket. Melihat Aecha yang tengah bersenda gurau dengan kekasihnya, yang seingatku bernama Myung... ah, Myungsoo. Dan Minho bersama rekan satu teamnya yang sedang beradu dengan team lain.

Selesai mengahabiskan bekalku, aku cepat-cepat beranjak untuk melihat keadaan Jinki. Aku tahu dia butuh minum. Dia pasti sangat lelah.

Saat aku berjalan menyusuri tepian lapangan basket, aku mendengar seseorang menyerukan namaku.

“Hyeri! Awas!”

Belum sempat aku menoleh, seseorang memelukku dari belakang. Ah! Bukan memeluk. Ia hanya berusaha melindungi kepalaku.

Dug. Dug. Dug.

Sebuah bola basket menghampiri kakiku. Eungg?

Waktu seperti sedang dihentikan. Untuk beberapa detik seseorang dibelakangku belum juga begerak untuk melepau. Awkward.

“Kau baik-baik saja?”

Suara siapa ini? Aku menoleh, dan ia dengan otomatis menarik tangannya.

Minho.

Entah kenapa jantungku berdebar kuat melihat Minho yang berdiri dihadapanku. Darahku mengalir deras menyadari jarak kami yang terbilang cukup dekat. God! Ini pertama kalinya aku melihat Minho dengan jarak yang begitu dekat. Ia... tampan.

“Yya! Hyeri-ya? Melamun? Kau baik-baik saja, bukan?” Minho mengibaskan tangannya didepan wajahku.

“A- a- aku... ya, aku baik-baik saja.” Terbata-bata. Sigh. What’

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet