I like you

Hello Hi-School
Please Subscribe to read the full chapter

Aku hanya tidak terbiasa…
Aku takut…
Choi Minho, jangan pergi.

 

Bersama dengan suara lembut itu, Minho memulai lagi dunianya. Perlahan, dan cahaya remang mulai menyusup di sela kedua mata bulatnya. Ia mengerjap beberapa saat, dan ketika menoleh ke sisi kanannya, sepasang tangan hangat telah menyambut.

 

“Hey.” sapa Minho. Gadis itu mengangkat kepalanya, menatap wajah namja itu beberapa saat lalu kembali menenggelamkan wajahnya ke dada lebar namja di sebelahnya.

 

“Kau harus sakit bersamaku.” ucap gadis itu, Aecha, lalu memeluk rekannya semakin erat. Minho terkekeh melihatnya, memiringkan tubuhnya lalu memeluk erat tubuh demam Aecha.

 

“Baiklah. Ayo sakit bersama.”

 

Tertidur di karpet rumah Aecha ketika bermain game, sepertinya sudah menjadi hal biasa. Tapi hari ini tentu tidak biasa. Tak banyak waktu yang tersisa hingga tiap detik yang berputar menjadi begitu berharga.
Tinggal menghitung hari hingga Minho harus pergi ke asrama pelatihan. Sebuah perubahan besar dari rutinitas dua remaja 19 tahun itu, dan hal ini sedikit menakutkan.

 

“Rumahku begitu sepi, bukan? Hanya ada aku dan anjingku, dan juga kau.” ucap Aecha pelan, lalu meringkuk semakin dalam pada sepasang lengan kokoh Minho yang merengkuhnya. “Apa kau bisa bayangkan betapa menakutkannya berada di rumah sendirian? Ketika aku sakit, seperti ini, hanya kau yang menemaniku. Jika kau juga pergi—”

 

“Hanya semusim, Go Aecha.” tukas Minho cepat. “Bukankah kau bisa sering-sering menengokku? Lagipula pelatihku adalah ayahmu sendiri, tidak sulit untukmu menyelinap masuk ke gymnasium.”

 

“Ya. Tapi semuanya tidak akan sama.”

 

Lalu keduanya terdiam. Gadis itu kembali menutup matanya, menghirup dalam-dalam aroma namja yang ia kenal hampir di seluruh waktu hidupnya lalu mencatat aroma itu dalam ingatannya.

 

“Aecha-ya, aku benar-benar menyukaimu.” ucap Minho pelan seraya memainkan rambut Aecha yang terurai di hadapannya. Gadis itu mengangkat wajahnya.

 

“Hey, apa kau tidak bosan terus bersamaku? Kita saling mengenal bahkan sebelum aku sendiri bisa bicara. Bukankah banyak gadis cantik yang menyukaimu? Kenapa kau masih menyukaiku, hm?”

 

“See? Karena kau cerewet seperti ahjumma.”

 

“Yah, Choi Minho!”

 

Minho tertawa semakin keras, sedang Aecha hanya mendengus, meluruskan posisi duduknya lalu menatap Minho yang telah duduk bersandar pada sikunya.

 

“Aku baru akan mengatakan bahwa aku juga menyukaimu, tapi kau sangat menyebalkan. Lupakan kalau aku bilang aku juga menyukai— ah!”

 

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet