Final exam

Hello Hi-School
Please Subscribe to read the full chapter

[Author’s POV]

 

Summer berlalu. Kemudian Fall… Winter… Spring… dan kita berhenti pada Summer, setahun berikutnya.

 

Banyak hal yang terjadi selama setahun berlalu. Mereka naik ke senior class. Tak ada lagi klub musik atau bersenang-senang di lapangan basket. Belajar adalah prioritas. Modul pelajaranpun kini selalu ada di meja makan siang mereka. Membaca materi yang membingungkan lalu menanyakannya pada Jinki yang notabene jauh lebih pintar—siklus kehidupan siswa sekolah yang akan segera dipecat dari status pelajarnya. Belajar. Dan bagi sebagian dari mereka, belajar adalah hal yang luar biasa menjengahkan.

 

“Kepalaku pening! Rasanya aku sudah tidak kuat lagi. Hah~”

 

“Lihat? Go Aecha lebih bodoh dariku.”

 

“Sial! Memangnya kau mengerti semua rumus-rumus ini? Huh? Huh huh huh??”

 

“Aish! Berhenti mengacak rambutku!”

 

Tahun berlalu, tapi Minho dan Aecha masih bersahabat. Tak ada yang berubah kecuali usia yang semakin dewasa dan intensitas yang semakin gila. Kadang ku pikir pertemanan mereka tidak wajar. Ini sedikit… berbahaya.

 

“Jinki, bagaimana cara menyelesaikan soal ini?”

 

“Ini? Ah, ini mudah. Selesaikan tiga aljabar ini lebih dulu, lalu kali dengan…” blablabla. Sama halnya dengan Jinki dan Hyeri. Semua setuju jika mereka berdua memang serasi. Tapi sama. Mereka berteman. Teman dekat. Teman tetapi… teman?

 

Ya, setahun memang telah berlalu. Meski tak ada yang berubah dari relasi keempat orang ini, tapi banyak hal berubah di sekeliling mereka selama setahun ini.

 

“Itu pacar baru Myungsoo?” tanya Hyeri lalu menunjuk pintu kantin dengan dagunya. Ketiganya menoleh.

 

“Tch!” Aecha mendengus. Myungsoo berjalan dengan seorang gadis.

 

“Ku dengar ia masih kelas satu.” ucap Jinki lalu melahap nasinya.

 

“Dia lumayan cantik. Lebih cantik dari Aecha.” cibir Minho. Ia tertawa.

 

“Sial! Gadis itu… gadis itu tidak… tidak… ya! Dia tidak cantik!” gerutu Aecha lalu menyedekapkan tangannya. Minho tertawa melihatnya.

 

“Kau cemburu?”

 

“Tidak!”

 

“Lalu? Kenapa kau sangat sebal, huh? Huh huh huh??”

 

“Tch! Kenapa kau bilang ia lebih cantik dariku, huh? Huh huh huh??”

 

Minho tersenyum bodoh.

 

“Kau cemburu. Cemburu padaku.” dan namja tampan itu kembali tertawa, menyeruput susu kotaknya tanpa menghiraukan omelan Aecha yang terus menjadi.

 

Aecha dan Myungsoo benar-benar berakhir, dan sejak saat itu Myungsoo meninggalkan klub basket. Tak ada yang mampu mencegah si playmaker melepas seragamnnya. Kim Myungsoo kini sibuk dengan hobi barunya. Fotografi.

 

 

Aecha beranjak meninggalkan kantin ketika seseorang memanggilnya, berlari menghampiri orang itu lalu sedetik kemudian, Minho menyusul. Hah~, kadang membosankan melihat kedua orang itu selalu bersama.

Hyeri dan Jinki juga. Membosankan melihat mereka selalu dalam formasi(?) itu.

 

“Hyeri…” panggil Jinki yang duduk di hadapan Hyeri. Gadis itu mengangkat wajahnya.

 

“Ya?”

 

“Ku rasa ada yang ingin menemuimu.” lalu Jinki menunjuk seseorang yang berdiri di belakang Hyeri. Seorang namja bertubuh kurus, hoobae.

 

“Ehm… H-Hyeri sunbae… Sunbae di ujung sana memintaku memberikan ini untukmu…” papar namja kurus itu seraya mengulurkan coklat dan susu kotak. Hoobae itu meletakkannya di atas meja, sebelum akhirnya ia berlari pergi. Strawberry milk.

 

“Lee Jeongmin. Tch, ia tidak bosan-bosan!” gerutu Jinki, melemparkan tatapannya pada segerombol namja di ujung kantin lalu ia kembali menatap Hyeri di hadapannya. Gadis itu mengemasi bukunya.

 

“Ayo ke kelas.” ajak Hyeri.

 

Kim Hyeri yang populer. Sejak rumor bahwa Hyeri dan Jinki berpacaran telah terpatahkan, pintu menuju Hyeri seakan terbuka lebar. Tak sedikit namja di sekolah yang menggilainya. Gadis cantik yang berprestasi dan tak banyak berulah, ia tipikal gadis idaman. Tak terhitung berapa namja yang mencoba mendekatinya, tapi gadis itu tak bergeming.

 

 

“Tapi ini dari penggemarmu.” ujar Jinki ketika Hyeri menyodorkan coklat itu ke mejanya. Hyeri tersenyum.

 

“Coklat ini sudah jadi milikku. Aku memberikannya padamu.” selalu begitu. Sebut Jinki tempat pembuangan, ya, Jinki adalah tempat pembuangan semua hadiah yang Hyeri terima dari pria-pria yang mengejarnya. “Kau bilang tidak sopan menolak pemberian orang, membuangnya juga akan mubazir. Benar begitu, Jinki?” Hyeri’s excuse, Jinki tertawa.

 

“Ya, tapi lain kali berikan saja pada orang lain. Aku bisa kegemukan, Hyeri-yaaaa.”

 

“Aish! Berhenti mencubitku, aku bukan mainan!”

 

“Hahaha.” mereka berteman…

Benarkah?

 

 

***

[Hyeri’s POV]

 

Hari ujian kelulusan.

Hari ini aku berdiri di muka pagar rumahku, menanti Jinki dan Minho sembari membaca catatanku. Bahasa Inggris. Oh, watta nice subject.

 

“Kajjjaaaa~” omo! Suara mengagetkan apa itu? Aku mengangkat kepalaku, dan dua

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet