Chapter 7 - Mine

Princess Hours
Please Subscribe to read the full chapter

***
“Apa kita akan terus seperti ini setiap hari? “ Sooyoung bertanya kepada Sungjae yang sedari tadi duduk dengan tenang menyantap sarapannya. Mereka hanya makan berdua di istana timur. Dengan meja yang besar dan makanan berlimpah. Apa ini tidak terlalu berlebihan ? Bagaimana mungkin mereka akan menghabiskan semua ini?
“Lebih baik kau makan sarapanmu daripada bertanya terus” Sungjae tak mengalihkan pandangannya masih sibuk mengunyah. Sooyoung mendecih, selalu saja Sungjae tidak pernah menjawab pertanyaannya. Tapi dia malah akan memberikan perintah lain. Benar-benar lelaki susah di tebak.
Sooyoung memakan sedikit makanan yang disajikan para juru masak istana. Seorang dayang yang bertugas menemani mereka bertanya apakah makanan ini tidak sesuai dengan seleranya, namun Sooyoung menggeleng dan meyakinkan ini semua lebih dari enak. Tapi ia hanya butuh sedikit adaptasi. Dia tidak biasa makan dengan dikelilingi oleh orang banyak dan terlebih mereka hanya menonton. Dia sungguh merasa risih. Dan yang lebih risih lagi dia makan hanya berdua dengan Sungjae namun seperti makan seorang diri. Sungjae tak banyak berbicara.
“Kau harus mulai membiasakan diri . Ini adalah tradisi istana. Kau akan sarapan pagi dan makan malam bersamaku. Jika aku sedang berada di istana kita akan makan siang bersama” Sungjae menurunkan sumpitnya. Membagi perhatiannya kepada gadis yang ada didepannya ini.
“Itu aku tidak masalah, tapi aku sedikit risih” dagunya menunjuk kearah para dayang yang berada di sekeliling mereka.
Sungjae paham akan hal ini. Pasti membuat Sooyoung sedikit tidak nyaman. Tapi mau bagaimana lagi. Dia sudah terbiasa dengan semua ini. Karena ini adalah gaya hidupnya selama ini.
“Mulai besok kalian tidak usah menemani kami makan. Cukup siapkan saja makanannya” Sungjae menyudahi acara sarapan pagi bersama itu dengan sebuah pperintah kepada semua dayang .
Sooyoung tetergun, tidak menyangka jika pria ini memikirkan rasa ketidaknyamanannya. Moodnya langsung bagus seketika. Ia tersenyum lebar.
“Jika kau sudah selesai lebih baik cepat bersiap. Kau harus belajar dengan Jungah” Sungjae melangkahkan kakinya meninggalkan ruang makan. Sooyoung dibelakangnya berlari-lari kecil mengejar.
“Belajar? Kenapa aku harus selalu belajar?”
Harga dirinya sedikit terluka. Dia merasa seperti orang bodoh di istana. Dia sudah lulus kuliah. Dia juga mendapat nilai laude ya meskipun cuma lewat sedikit dari batas atas yang penting dia laude.
Melihat Sungjae yang terus berjalan tanpa menghiraukannya dia jadi sebal sendiri. Dasar si manusia es. Manusia batu. Sooyoung mengeluarkan segala sumpah serapahnya dalam hati.
“Sungjae Sungjae Sungjae” Sooyoung terus berlari mengejar Sungjae. Tanpa sadar Sooyoung malah terjatuh menabrak punggung Sungjae yang tiba-tiba berhenti didepannya.
“Aiisshhh” Sooyoung mengumpat. Menepuk-nepuk telapak tangannya yang kotor.
Sungjae mengulurkan tangannya membantu Sooyoung berdiri. Sooyoung meringis saat tanpa sengaja Sungjae menyentuh tangannya. Telapak tangan Sooyoung terluka. Ada beberapa bekas goresan merah diatasnya. Tanpa suara Sungjae memegang pergelangan tangan Sooyoung menyeretnya ke kamar.
Sungjae mendudukan Sooyoung di sofa merah marun kamarnya. Menyuruhnya untuk diam sebentar. Seperti yang sudah hafal dengan letak barang-barang di kamar ini, Sungjae kembali dari arah kamar mandi Sooyoung dengan membawa sebuah kotak P3K.
Ia mendudukan dirinya di samping Sooyoung. Mengeluarkan beberapa benda dari sana. Sungjae mengambil lengan Sooyoung pelan. Membersihkan luka itu dengan alkohol. Sooyoung meringis karena efek perih.
“Tolong jaga bahasamu Park Sooyoung. Ini istana, jangan terlalu banyak mengumpat”
Tangan Sungjae kini sibuk mencari-cari obat merah di kotak itu .
“Belajar panggil aku oppa. Aku lebih tua darimu. Dan aku ini suamimu” Kembali Sooyoung meringis setelah Sungjae meneteskan obat merah di atas lukanya.
“Tapi kan tadi aku hanya sedang sebal karena kau mengabaikanku terus” bela Sooyoung disela-sela ringisan perihnya. Alih-alih menjawab ucapan Sooyoung kini Sungjae tengah sibuk meniup-niup luka Sooyoung berharap itu bisa membantu sedikit.

Sooyoung melongo. Kenapa laki-laki ini manis sekali.

“Kau boleh bicara sesuka hatimu kepadaku. Tapi itu berlaku jika hanya ada kita berdua. Tidak jika di depan para dayang apalagi tetua kerajaan. Panggil aku dengan Yang Mulia. Sama seperti yang lainnya.” kini Sungjae sudah selesai menempelkan plester di bagian luka itu. Tangannya sudah melepas tangan Sooyoung membereskan beberapa sisa sampah dari P3K yang baru saja digunakan. Ada rasa kosong sesaat dirasakan Sooyoung. Tangan besar itu sudah pergi.
Sungjae bergegas pergi keluar dari kamar Sooyoung .
“Aku akan pergi untuk beberapa urusan pemerintahan dengan nenek” Sooyoung manyun mengangguk tanda mengerti.
“Dan satu lagi--” Sungaje berbalik sebelum dia membuka pintu kamar “-jangan berlari-lari lagi, nanti kau bisa terluka”
Sungjae menutup pintu kamar Sooyoung pelan tidak tahu reaksi apa yang dihasilkan dari perkataanya barusan. Dada sooyoung menghangat, gelanyar-gelanyar aneh itu muncul lagi.
Ternyata laki-laki itu tidak seburuk yang ia kira.
***
Sudah sebulan Sooyoung tinggal di istana. Sejujurnya dia masih belum terbiasa dengan berbagai aturan yang ada disini. Tapi mau bagaimana lagi seluruh syaraf tubuhnya dipaksa untuk cepat beradaptasi.
Sooyoung juga jarang bertemu Sungjae. Dia hanya bertemu saat makan saja. Kadang bertemu saat sarapan, lain hari bertemu saat makan malam saja. Malah ada satu hari dimana mereka tidak bertemu sama sekali. Padahal hanya itu kesempatan Sooyoung untuk bisa ngobrol dengan Sungjae. Namun dia bisa apa pria super sibuk seperti Sungjae pasti punya waktu yang sangat terbatas. Sooyoung tahu dari Jungah jika saat ini ada sedikit polemik politik yang terjadi di pemerintahan. Jadi Sungjae dan Ratu sibuk mengurusinya. Dia yang tidak paham apapun hanya bisa menghembuskan nafas. Itu diluar batas kuasanya.
Sooyoung ingin sekali bertemu Sungjae, ini sudah sangat lama semenjak mereka makan malam bersama . Ingin rasanya ia ngobrol semalam suntuk berbicara tentang hal-hal random ataubapapun, yang penting dia bisa mendengar suara laki-laki itu.
Harapannya hanya sia-sia saat dilihatnya kursi makan yang biasa ditempati Sungjae kosong. Seperti biasa. Dia harus makan sendirian malam ini. Lagi. Dia jadi tak berselera. Efeknya dia hanya mengaduk-ngaduk mangkuk sup yang ada didepanny itu. Matanya menerawang entah kemana.
“Apa kau akan kenyang hanya dengan mengaduk-ngaduk sup itu? “ sebuah suara mengagetkannya. Ia sangat berharap itu adalah sungjae. Namun ia sudah kenal betul dengan suara berat khas suaminya itu. Ini bukan Sungjae. Matanya yang tadi berbinar penuh harap kini meredup kembali.
Ia mendongak mencari tahu siapa yang datang.
“Kenapa? Aku bukan seseorang yang kau tunggu?” ternyata itu San. Laki-laki itu sengaja datang berkunjung ke istana. Setelah tahu jika Sooyoung sedang makan sendirian terbesit dipikirkannya untuk datang dan

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
triyya #1
Chapter 22: Next min ..... aing penasaran....
triyya #2
Chapter 10: Ijin baca dr awal yaaaaaa ?
sindygracious #3
Chapter 22: Kak lanjugkan lagi dong
sindygracious #4
Chapter 22: Kok berhenti begitu aja kak
minra628 #5
Chapter 1: Izin baca ya kak :) part 1 nya bagus, bahasanya mudah dimengerti juga
Hyunia31 #6
Chapter 19: Update trs minn, suka bgt sma cerita nya
Hyunia31 #7
Chapter 17: update soon ^^ suka banget sma cerita nya
sellynaselly #8
Chapter 12: huaaaa saranghaeeee next next
semoga next chapter banyak sungjoy moment yg manis2 yaa
nurulliza #9
Chapter 11: Lhooo kok giniiii chapter 11 nya. Andweee
nurulliza #10
Chapter 10: D A E B A K