Chapter 18 - Sunrise

Princess Hours
Please Subscribe to read the full chapter

#####

Ini sudah tengah malam. Jam di atas nakas menunjuk di angka dua. Salju turun begitu lebat malam ini. Sungjae yang masih terjaga belum mampu memejamkan matanya barang sedikitpun. Ia melihat Sooyoung yang tertidur seperti anak kecil di sampingnya. Kepalanya menempel erat di dada Sungjae. Tangannya mengepal diantara keduanya.

Dia tampak sangat kelelahan. Nafasnya sudah mulai teratur. Meskipun dia terkadang sedikit bergerak tak nyaman. Dahinya mengkerut, ada bulir-bulir keringat dingin keluar dari pelipis Sooyoung. Sungjae tahu jelas Sooyoung pasti tengah bermimpi lagi sekarang. Namun kejadian itu hanya berlangsung sebentar. Sungjae segera merapatkan pelukannya , makin mempererat. Mengelus punggungnya perlahan. Setelah itu tubuh Sooyoung akan kembali merileks, tak ada keringat dingin, tak ada kerutan di dahi.

Sungjae memastikan Sooyoung untuk tidur tanpa gangguan apapun. Ia merapatkan selimut yang membungkus tubuh gadis itu. Memastikan penghangat ruangan bekerja sesuai mestinya.

Sungjae menarik dirinya dari bawah selimut. Terduduk di tepi ranjang. Menengok ke arah tubuh Sooyoung sejenak dan pergi meninggalkan gadis itu sendirian. Ia melangkah pergi menuju ruang kerjanya. Ia merasa tengah butuh waktu untuk sendiri.

Sooyoung terbangun. Ia meraba permukaan kasur di sampingnya. Kosong. Tak ada tubuh Sungjae di sana. Sooyoung berfikir Sungjae mungkin sedang berada di kamar mandi. Namun setelah lima belas menit menunggu ternyata lelaki itu tak kunjung datang. Ia periksa sendiri keadaan kamar mandi. Lampunya mati pertanda tak ada kehidupan di dalam sana. Kemana Sungjae tengah malam begini.

Jam di nakas bahkan sudah menunjukan waktu sepertiga malam. Ini sudah sangat larut dan Sungjae malah tak ada. Ia melangkahkan kakinya perlahan. Dengan menggunakan sandal bulu hangat berwarna merah marun ia memberanikan diri keluar kamar. Suasana gelap dan sangat dingin.

Ruang kerja Sungjae.

Ia yakin jika Sungjae ada di sana.

Lengan kecil Sooyoung kini sudah memegang kenop pintu kayu coklat itu. Siap membuka pintunya. Ia mendongak perlahan, berusaha tak membuat suara sedikitpun. Masuk dan menutup kembali pintu itu tenang. Tak ada cahaya berarti di sana. Hanya ada temaram lampu kecil dari atas meja kerja Sungjae.

Kini mata gadis itu tertuju sempurna ke arah siluet seorang laki-laki yang tengah memunggunginya. Masih dengan sweater setelan tidurnya ia berdiri tegap menghadap ke arah jendela besar, seolah menatap objek yang sangat menarik di sana. Tangannya ia masukan sebelah ke dalam saku celana santainya. Sedangkan tangan satunya sibuk mencengkram ujung gelas wine yang kini isinya tinggal seperempatnya. Diam mematung tak menyadari jika di ruangan itu kini ada Sooyoung.

Sooyoung menyeret kakinya perlahan. Ia mendekati Sungjae yang masih tak bergeming di sana. Menyelusupkan jari-jari kecilnya di sela lengan dan pinggangnya. Memeluknya erat dari belakang.

"Oppa" Suaranya kecil. Sooyoung menempelkan wajahnya yang dingin terhempas angin malam dengan punggung hangat Sungjae.

"Hmm" Sungjae bergumam. Namun suaranya bergetar menggema di telinga Sooyoung.

Sooyoung semakin mengeratkan pelukannya di pinggang Sungjae. Seolah berbicara memberikan kode jika ia kedinginan. Sungjae meremas lengan Sooyoung kecil. Ia membalik tubuhnya. Menurunkan gelas winenya yang belum habis, menyimpannya di meja terdekat.

"Dingin.." Sooyoung sedikit merajuk. Ia masih menunduk, kini pelukannya sudah berubah tempat menjadi di dada bidang Sungjae.

Sungjae mengerti. Ia segera membalas pelukan Sooyoung. Membuat pinggangnya untuk tetap rapat dengan tubuhnya. Menahan kepala Sooyoung dengan dagunya supaya gadis itu tetap ada di bawah pandangannya.

Sooyoung mendongak. Ia memandang ke arah wajah Sungjae. Wajahnya terlihat sangat lelah. Kulitnya sedikit kusam. Rambutnya sudah mulai terlihat panjang. Ada lingkaran hitam di bawah mata tajamnya. Tak ada binar semangat yang biasa ia perlihatkan. Jemari Sooyoung mulai naik meraba ke arah pipinya. Mengelusnya pelan, bisa dirasakannya kini dagunya sudah di tumbuhi oleh bulu-bulu halus. Ia seperti seorang yang tak pulang kerumah dua minggu karena harus perang di hutan. Benar-benar tak terawat.

Hati Sooyoung mencelos. Ternyata bukan hanya dirinya saja yang terlihat menyeramkan saat ini. Sungjae juga sama. Bahkan mungkin lebih parah. Ketika dia sibuk dengan perasaanya sendiri, sibuk menyalahkan dirinya yang tak layak, sibuk dengan emosinya sendiri yang meluap-luap, ia lupa jika di sana ada Sungjae. Laki-laki itu bahkan dengan sabar menemaninya. Ketika ia menangis meraung-raung Sungjae dengan sigap memeluknya. Ketika dia menyalahkan dirinya sendiri, ketika mungkin orang lain akan menyalahkannya, tapi Sungjae dengan meyakinkan bilang 'tak apa, semua akan baik-baik saja'.

Ini lucu, ia bahkan tak berpikir sampai sana. Ia tak menyadari keberadaan Sungjae.

Lengan Sooyoung perlahan turun. Pandangannya mengabur. Sebentar lagi air mata itu akan luruh. Ia mulai menggambar garis-garis kecil tak beraturan di dada Sungjae. Kebiasaan yang akan muncul jika ia merasa sedikit kebingungan, tak tahu apa yang harus dilakukan.

"Oppa, maafkan aku" Kembali Sooyoung bersuara kecil. Bahkan suaranya saja bisa dikalahkan oleh bunyi detak jam dari pojok ruangan.

Sungjae menggeleng kecil. Ia tersenyum. Mempererat pelukannya dan kembali menenggelamkan kepala Sooyoung di dadanya. Menciumi Puncak kepalanya.

"Sssstt. Jangan pernah bilang kata maaf lagi. Kau tidak salah apapun."

Hingga tanpa Sooyoung sadari kini Sungjae melepas pelukannya . Tubuhnya ambruk ke lantai. Ia bersimpuh di hadapan Sooyoung . Menunduk seperti seorang yang sangat lemah .

"Aku yang salah. Aku yang menyebabkan semua kekacauan ini . Aku yang sudah membunuh anak kita" Sungjae terus meracau . Air matanya ikut jatuh perlahan ke lantai .

Sooyoung mencelos lagi. Hatinya sakit . Sebenarnya apa yang sudah ia lakukan pada lelaki ini . Sampai ia bersimpuh di hadapannya dan kini malah menyalahkan dirinya sendiri. Tidak. Lelaki ini tak pernah salah apapun . Jika ada yang harus di salahkan itu harusnya dirinya sendiri. Bukan Sungjae .

"Sooyoung-ah maafkan aku" Sooyoung ikut ambruk . Ia malah ikut menangis. Merengkuh

bahu bergetar Sungjae.

"Oppa...." Suaranya sama paraunya dengan Sungjae . Saling menangisi satu sama lain .

Keadaan itu bertahan sampai akhirnya Sooyoung mengangkat tubuh Sungjae berdiri . Menangkup kedua pipinya. Dan berkata lirih

"Aku mencintaimu" Bibir mereka bertemu. Sooyoung mencium laki-laki itu pelan . Sangat pelan . Menyalurkan perasaan yang sama terlukanya di sana. Meyakinkan dengan manik matanya . Mereka bisa memulai lagi saat ini. Membuka lembaran baru. Melupakan semua.

Kemudian memeluknya erat .

 

 

 

Mereka masih terus berpelukan. Hingga akhirnya Sungjae bersuara "apa kau tidak lelah terus berdiri seperti ini? "

Sungjae menurunkan arah pandangnya. Menatap langsung mata hazel Sooyoung.

Sooyoung hanya nyengir singkat. Ia menggaruk pipinya yang tak gatal. "Sejujurnya, ini sedikit melelahkan. Aku hampir kesemutan" kemudian ia menepuk-nepukan lengan bebasnya ke arah betisnya.

Sungjae terkekeh. Mata sembabnya masih sangat terlihat. Kemudian menarik lengan kecil Sooyoung ke atas sofa. Mengajaknya berbaring di atas busa empuk itu. Menjadikan lengan Sungjae menjadi bantalan, Sooyoung sibuk menggesek-gesekan hidungnya ke arah leher Sungjae. Membuat sang empunya mendelik. Sooyoung yang di pelototi hanya tersenyum memamerkan gusi-gusinya. Sungjae jadi ikut tertular, tersenyum ke arahnya. Dan tak henti terus menghujani bibir pucat Sooyoung dengan ciuman-ciuman ringan.

Butterfly kisses juga terus hinggap di hidung hingga pipi Sooyoung membuat ia merengek karena geli.

"Oppa !! Geli" meski bibirnya merajuk tapi matanya berkata jika dia menyukainya. Tapi ia memang serius merasa geli. Itu karena bulu-bulu halus di sekitar dagu Sungjae yang menusuk-nusuk kecil disana. Mereka sama-sama terkikik geli.

"Aku akan langsung mencukur ini nanti" Sooyoung menunjuk ke arah dagu Sungjae.

"Lakukan saja" Ucap Sungjae acuh.

"Oppa sebentar lagi pagi. Matahari akan terbit tapi Aku belum pernah melihat matahari terbit secara langsung" Sooyoung berbicara ti

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
triyya #1
Chapter 22: Next min ..... aing penasaran....
triyya #2
Chapter 10: Ijin baca dr awal yaaaaaa ?
sindygracious #3
Chapter 22: Kak lanjugkan lagi dong
sindygracious #4
Chapter 22: Kok berhenti begitu aja kak
minra628 #5
Chapter 1: Izin baca ya kak :) part 1 nya bagus, bahasanya mudah dimengerti juga
Hyunia31 #6
Chapter 19: Update trs minn, suka bgt sma cerita nya
Hyunia31 #7
Chapter 17: update soon ^^ suka banget sma cerita nya
sellynaselly #8
Chapter 12: huaaaa saranghaeeee next next
semoga next chapter banyak sungjoy moment yg manis2 yaa
nurulliza #9
Chapter 11: Lhooo kok giniiii chapter 11 nya. Andweee
nurulliza #10
Chapter 10: D A E B A K