Chaapter 13 - Begin Again

Princess Hours
Please Subscribe to read the full chapter

###

Sungjae kini tengah menatap Sooyoung yang tertidur di hadapannya. Setelah selesai menangis tadi Sooyoung malah langsung tertidur. Dia pasti lelah sekali setelah menangis terus dari kemarin. Sungjae menumpukan kepalanya di atas siku yang ia jadikan bantal. Mengamati wajah damai Sooyoung dari dekat. Lengannya bebasnya tak pernah lepas menggenggam jemari dingin Sooyoung.

Mulut Sungjae selalu mendesiskan kata maaf tiap menit. Karena ia tak tahu harus bagaimana lagi.

Memorinya memutar adegan dimana saat mereka ada di apartement Sooyoung. Bayang-bayang saat Sooyoung menangis memenuhi pikirannya. Betapa biadabnya dia saat itu. Kalap ingin segera membuat gadis kecil ini hamil.

Ia juga melihat tangan kirinya yang dibebat dengan kasa putih. Bibirnya terangkat ke atas membentuk senyum. Sooyoung yang mengobatinya. Gadis itu marah padanya. Tapi apa yang dia lakukan. Ia tetap peduli dengan Sungjae. Ia bahkan mengobati luka seseorang yang justru sudah menoreh luka lebih dalam padanya.

 

Kenapa gadis ini baik sekali?

 

Sungjae sudah semakin mantap. Dia takan pernah melepas seorang Park Sooyoung. Dia akan mempertahankannya, mempertahankan hubungan ini sampai akhir.

Sooyoung bergerak dari tidurnya. Ia menggeliat. Kemudian menggesek-gesekan kaki kecilnya yang menyembul sedikit dari dalam selimut. Dia mungkin sedikit kedinginan.

Sungjae segera membenahi letak selimut Sooyoung. Membuatnya untuk selalu hangat. Mengelus puncak kepalanya.

"Ssssttttt" terdengar seperti seorang ibu yang sedang menina bobokan anaknya.

Pagi sudah tiba, Sooyoung kaget setengah mati saat melihat Sungjae masih meringkuk di atas kasurnya dengan menggenggam tangannya erat. Sungjae ternyata tidur di sini semalam. Sooyoung mengamati wajah lelah Sungjae dengan seksama.

Jari bebasnya ia bawa menyusuri setiap lekuk wajah tampannya.

 

Matanya.

Mata itu yang selalu ia gunakan untuk memandangnya. Mata yang selalu memutar sebal jika Sooyoung membuat sebuah permintaan aneh atau merengek. Mata yang selalu memancarkan gurat khawatir jika Sooyoung bertindak ceroboh. Mata itu. Apa di dalam mata itu ada gambar dirinya? Dia membuang jauh pikirannya. Itu hanya bualan. Di mata itu ia tak pernah menemukan dirinya. Mata gelap yang selalu membuat ia ikut tersesat.

Telunjuknya kini turun menuju hidung Sungjae.

 

Hidungnya.

Hidung ini. Hidung yang selalu ia gunakan untuk menciumi Wangi tubuh Sooyoung. Hidung yang selalu menggelitiknya saat dengan sengaja Sungjae menempelkannya di ceruk leher Sooyoung. Hidung yang selalu menghembuskan nafas hangat diatas kulit dinginnya. Hidung itu, apakah ada namanya di setiap hembus nafas yang ia keluarkan?

Telunjuknya kini merambat turun lagi menuju bibir tebalnya.

 

bibirnya.

Bibirnya kering. Pasti karena jarang di beri lipbalm. Bibir ini, bibir yang selalu ia gunakan untuk menciumi setiap inci tubuh Sooyoung. Berbagi kehangatan bersama. Bibir ini juga yang sudah ia gunakan untuk mengucap janji sehidup semati. Mengikat mereka berdua di hadapan Tuhan. Namun bibir ini juga yang sudah mengkhianatinya.

 

Kembali mata Sooyoung mengembun. Kenapa ia jadi melankolis sekali akhir-akhir ini.

Mata Sooyoung menerawang jauh. Menatap langit-langit kamarnya. Jemarinya masih bertengger manis diatas wajah Sungjae.

"Haruskah aku menyerah?" ia mendesis pelan. Suaranya bahkan hilang tenggelam terkalahkan dengan suara detak jam dari atas nakas.

Sooyoung kini melirik kaget. Ia melihat mata Sungjae sudah terbuka. Lengannya kini digenggam Sungjae. Ia berusaha menariknya tapi tenaga Sungjae lebih kuat menahannya.

"Tidak Park Sooyoung" Suara serak khas bangun tidur itu menyapa gendang telinganya.

"Aku takan menyerah untukmu" Sungjae membalas tatapan Sooyoung dan membawa punggung tangan Sooyoung ke bibirnya. Mengecupnya pelan.

Sebenarnya Sungjae tak benar-benar tertidur. Dia terjaga semalaman. Dan dia hanya memejamkan matanya sebagai formalitas. Memejamkan mata tapi tak. Sedikitpun tertidur. Ia tahu jika Sooyoung sudah bangun. Ia juga tahu ketika Sooyoung mulai beringsut mendekat. Ia tahu ketika jemari kecil Sooyoung menyentuh seluruh permukaan wajahnya.

Ia tahu semua yang dilakukan gadis itu. Ia biarkan. Ia masih melanjutkan tidur pura-puranya. Ia tak mau menghancurkan momen ini. Ia suka sensasi ini. Sensasi hangat yang berasal dari jemari Sooyoung menjalar terus sampai dadanya.

Hati Sungjae mencelos saat ia mendengar gadis itu berbisik lirih. Ingin menyerah. Batinnya meronta. Ingin sekali berteriak tidak. Tidak boleh. Jika gadis itu ingin mundur maka ia yang harus maju. Ia yang akan mempertahankan ini.

Sooyoung menarik tangannya segera. Beranjak duduk dan membelakangi Sungjae. Dia masih tak mau menatap dan berbicara dengan Sungjae. Sungjae frustasi. Dia beringsut mendekat. Kini memeluk Sooyoung dari belakang.

"Aku tahu kau masih marah padaku" Sungjae kini mengistirahatkan dagunya dipundak Sooyoung.

"Maaf" bosan sekali rasanya Sooyoung mendengar kata itu terucap dari bibir Sungjae .

"Aku akan menunggumu untuk sarapan bersama" kini dia memberikan sebuah ciuman kecil ditelinga Sooyoung. Melepaskan pelukannya dan pergi keluar dari kamar.

Sooyoung yang masih tergugu memegang dadanya erat.

'Aku tidak boleh goyah'

 

***

Pemberitaan diluaran semakin memanas. Opini publik terbelah menjadi dua. Mereka ada yang mendukung Putra Mahkota dan tetap mempercayainya ada pula sekelompok orang yang terus meminta kepada Putra Mahkota untuk mundur dari jabatannya.

Ratu dan para tetua semakin kalut. Mereka tidak bisa tinggal diam terus seperti ini. Satu-satunya cara untuk membungkam para kelompok pengkhianat itu adalah dengan berita kehamilan Putri Mahkota. Jika sang Putri hamil maka dengan sendirinya mereka akan menyerah. Sudah menjadi tradisi. Jika Putri Mahkota hamil maka kenaikan tahta ada di depan mata.

Sungjae bahkan sudah mengadakan konfrensi pers untuk menjelaskan duduk permasalahannya. Dia tidak menyangkal sedikitpun. Ia mengakui jika laki-laki yang ada dalam foto tersebut memang dirinya. Tapi itu terjadi bukan seperti apa yang orang-orang pikirkan.

Mereka tak pernah menjalin hubungan special setelah Sungjae menikah. Tidak.

Bahkan dia dengan lantang menyuarakan jika kini ia sedang menanti berita kehamilan Putri Mahkota. Berharap bisa membuat mempersoalan ini mereda.

Sooyoung yang berada di istana masih berusaha menghindari Sungjae. Ia berusaha sebisa mungkin untuk tidak menemui lelaki itu. Hatinya masih belum sanggup.

Sooyoung pun jarang makan bersama Sungjae. Ia memilih untuk makan di kamar atau bahkan tak makan sama sekali.

Ini sudah dua minggu sejak scandal itu terjadi. Pemberitaan sudah mulai sedikit meredup. Meskipun setiap hari selalu saja ada acara TV yang menyinggung mereka. Tapi mereka sudah tidak peduli. Pihak istana kini sedang sibuk menyelidiki siapa dalang dibalik ini semua. Kenapa paparazzi itu bisa mendapatkan foto Putra Mahkota di area privasinya.

Itu masih jadi tanda tanya besar.

Jungah masuk kedalam kamar Sooyoung setelah ia mengetuk lebih dulu. Ia menunduk dan berjalan ke arah sang Putri yang tengah duduk berdiam diri di atas sofa.

"Yang Mulia. Para tetua kerajaan menunggu anda untuk minum teh bersama"

ini adalah ajakan ketiga kalinya dalam seminggu terakhir. Ia sudah bisa menolak yang dua tapi sepertinya untuk yang sekarang dia tak bisa menghindar lagi.

"Aku mengerti. Bilang pada mereka, aku akan keluar sebentar lagi"

Jungah yang paham langsung memohon diri beranjak dari hadapan Sooyoung.

Sooyoung melihat dirinya di cermin. Ia memejamkan mata sejenak. Mengambil nafas panjang.

Meyakinkan dirinya sendiri. Ia pasti bisa melalui ini semua.

Sooyoung masuk perlahan ke arah paviliun samping kediaman Ratu . Matanya bergerak liar memyapu seluruh sudut ruangan. Disana ada Ratu yang tengah duduk di tengah dan dua orang lelaki tua yang duduk di masing-masing sampinya.

Sooyoung menunduk dan duduk di salah satu kursi kosong disana. Mulutnya masih diam. Matanya memandangi ke arah air teh yang kini tengah di tuangkan kedalam gelas porselen putihnya.

"Bagaimana kabar anda Yang Mulia? " seorang dari dua lelaki tua itu membuka suara. Basa-basi menyapa Sooyoung.

"Aku baik. Tuan" datar. Matanya masih fokus pada gelas teh di depannya.

"Yang Mulia Putra Mahkota sedang dalam bahaya"

Sooyoung langsung mendongak. Bahaya? Bahaya apa? Ingin ia bertanya lanjut. Tapi suranya tak bisa keluar.

"Kini ada beberapa anggota tetua dari kerajaan lainnya yang menggunakan scandal itu sebagai alat menggoyahkan tahta Yang Mulia"

Sooyoung hanya diam. Matanya masih terus menelisik bergantian ke arah dua orang laki-laki itu.

"Satu-satunya cara untuk mengamankan posisi Yang Mulia adalah dengan memiliki keturunan"

BANG !! pernyataan itu kembali muncul. Ia tahu pasti ini yang akan mereka bahas. Jari-jari Sooyoung mengepal. Dadanya bergemuruh. Kenapa mereka semua harus selalu mempermasalahkan tahta kedudukan dan kekuasaan. Apa seperti ini hidup di istana yang sesungguhnya itu???

"Kalian sudah menikah lebih dari lima Bulan. Apa masih belum ada tanda-tandanya? "

"Maafkan aku, " Sooyoung menggeram. Emosinya tertahan di kerongkongan. Ia memejamkan matanya sebentar sebelum kembali melanjutkan ucapannya.

"Biarkan ini menjadi rahasia Tuhan. Jika Dia menghendaki, merasa aku sudah pantas untuk dititipi seorang anak maka itu akan terjadi."

"Dan satu lagi. Tolong jangan libatkan aku dalam polemik perebutan tahta dan kekuasaan di istana. Aku sungguh tak berminat mengikutinya." Sooyoung berdiri menunduk dan segera pergi dari sana.

Bisa Sooyoung lihat melalui ujung matanya bagaimana raut menyesal Ratu saat itu.

Dia kembali ke kamar. Suasana hatinya buruk sekali. Selalu saja hamil, anak, dan tahta yang jadi perbincangan di sini. Ia jengah dengan semua ini.

Ia memandang ke arah hp yang tergeletak di atas meja. Layarnya menyala menandakan ada pesan masuk. Hp nya itu sudah diabaikannya sejak lam

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
triyya #1
Chapter 22: Next min ..... aing penasaran....
triyya #2
Chapter 10: Ijin baca dr awal yaaaaaa ?
sindygracious #3
Chapter 22: Kak lanjugkan lagi dong
sindygracious #4
Chapter 22: Kok berhenti begitu aja kak
minra628 #5
Chapter 1: Izin baca ya kak :) part 1 nya bagus, bahasanya mudah dimengerti juga
Hyunia31 #6
Chapter 19: Update trs minn, suka bgt sma cerita nya
Hyunia31 #7
Chapter 17: update soon ^^ suka banget sma cerita nya
sellynaselly #8
Chapter 12: huaaaa saranghaeeee next next
semoga next chapter banyak sungjoy moment yg manis2 yaa
nurulliza #9
Chapter 11: Lhooo kok giniiii chapter 11 nya. Andweee
nurulliza #10
Chapter 10: D A E B A K