Chapter 3 - White Lily

Princess Hours
Please Subscribe to read the full chapter

****

Sooyoung memandang pasrah kearah luar jendela kamar apartemen kecilnya. Dilihatnya lampu kerlap-kerlip yang menghiasi malam kota Seoul. Sungguh indah. Namun entah mengapa banyak hal yang menggangu hati dan pikirannya. Seperti ia tidak tenang dengan semua keputusan yang sudah diambilnya beberapa jam lalu. Benarkah jalan yang ia ambil ini? Apakah benar dia sudah mantap dengan keputusan ini?

Hidupnya akan segera berubah saat matahari terbit besok. Seluruh negeri akan tahu jika dia akan diangkat menjadi Putri Mahkota dan menikahi sang Putra Mahkota. Ia hanya bisa mendesah pelan.  Nasi sudah menjadi bubur, maka yang bisa ia lakukan hanya berusaha menikmati bubur itu tanpa adanya penyesalan. Namun ia juga masih ragu dengan Sungjae. Apakah benar Sungjae bisa menerimanya menjadi istrinya? Apa benar dia juga baik-baik saja dengan pernikahan ini? Memorinya kembali pada beberapa jam lalu saat mereka masih melakukan makan malam.

“Aku.. Aku bersedia” Sooyoung menunduk. Tangan mungilnya balik menggenggam tangan Ratu, mencari perlindungan dan keyakinan. Jujur ia takut mengambil langkah ini. Ia takut jika ia harus melewati ini sendirian. Ia juga akan terpisah dari kedua orang tuanya. Sekarang mereka tidak akan bisa bebas bertemu. Sooyoung melirik kedua orang tuanya. Mereka berkaca-kaca terlebih ibunya bisa terlihat bagaimana sang ibu mati-matian menjaga agar butiran bening itu tak luruh. Ayahnya tersenyum bangga. Dia berpikir mungkin ini adalah jalan yang benar. Ia sudah benar.

Namun keraguannya kembali muncul ketika Sooyoung berbicara denan Sungjae. Di dalam mobil pribadi miliknya itu mereka duduk berdua, di tepi sungai Han.

“Sebenarnya aku tidak peduli dengan pernikahan ini” Laki-laki itu membuka suaranya. Deg. Sesuatu seperti menghantam bagian dada Sooyoung. Tak sesakit seperti yang dibayangkan, namun ini terasa sedikit menyayat.

Ia berusaha mati-matian menerima pernikahan ini dengan harapan hidupnya akan menjadi lebih baik. Mungkin dengan mengabdi di istana dan menjadikannya sebagai Putri Mahkota akan membuatnya lebih baik. Tapi lihatlah dia, lihatlah calon suaminya ini bertingkah seperti ini bukan apa-apa. Ini hal biasa. Aku tidak peduli tentangmu. Sooyoung diam tak mau menanggapi lagi apa yang dikatakan Sungjae.

“Kenapa kau menggunakan nama Joy, sedangkan nama aslimu adalah Park Sooyoung ?” tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba Sungjae bertanya.

Sooyoung hanya menggedikan bahunya pelan “itu hanya untuk nama panggung saja, kami semua di grup dance ku pakai nama panggung”

“Kenapa?”

“Itu bukan urusanmu Yook Sungjae ssi. Lebih baik sekarang antarkan aku pulang. Aku sudah lelah seharian ini” Sooyoung berbicara sambil menutup matanya perlahan. Sungjae yang melihat tingkah Sooyoung mendecak kesal kemudian menyalakan mesin mobil dan berlalu dari sana.

 

****

Sooyoung terbangun dengan suara keras dari handphonenya yang tergeletak di samping nakas tempat tidurnya. Ia mengucek matanya sebentar berusaha menyesuaikan cahaya sinar matahari dengan retina matanya. Matanya merah. Bukan karena habis menangis tapi merah karena kurang tidur. Ia tidur jam 5 pagi dan sekarang diliriknya jam masih pukul 7.30 pagi. Dia hanya tidur 2jam setengah batinnya.

Ia kembali menggerutu kesal karena handphonenya itu tak berhenti berdering. Dengan mengumpat ia mengangkat telpon yang dia tau berasal dari Irene sahabatnya.

“Yaak!!! Park Sooyoung !!!” Sooyoung segera menjauhkan telpon genggam itu dari telinganya. Bisa-bisa ia harus ke dokter THT setelah mendengar teriakan brutal Irene di pagi hari.

“Bisakah unnie berbicara pelan-pelan saja? Aku masih mengantuk”

“Park Sooyoung ! Kenapa kau tidak pernah bilang pada kami kalau kau sebenarnya adalah calon Putri Mahkota????? “ Kali ini terdengar Wendy yang berbicara. Sedikit lebih melunak tapi dia berbicara sangat cepat tak ada jeda. Sangat tipikal dari seorang Son Seungwan.

“Banyak hal yang terjadi, dan ini semua sangat tiba-tiba. Aku akan berbicara dengan kalian nanti” Sooyoung memberikan pembelaan. Bukan mau menyembunyikannya. Bukan itu maksudnya, hanya saja ia juga masih belum sepenuhnya paham. Ini sangat tiba-tiba. Ia bingung harus memulai semua dari mana.

“Apa kau sudah melihat berita pagi ini? “ kembali Seungwan angkat bicara.

“Berita pernikahanmu dan Putra Mahkota itu sudah tersebar ke seluruh penjuru negeri. Mereka semua sudah tau tentang dirimu”.

Inilah yang Sooyoung takutkan. Ia tidak mau menjadi bahan pemberitaan. Tidak mau menjadi sorotan. Ia takut.

Setelah selesai mengobrol dengan sahabatnya di telpon, Sooyoung penasaran ingin mencari tahu tentang bagaimana orang diluar sana menanggapi berita pernikahannya ini. Dibukanyalah situs berita online terbesar di Korea. Dengan jelas ia melihat foto dan namanya terpampang menjadi berita paling banyak dibaca dan di komentari. Waw sebesar inikah rasa penasaran mereka.

Dengan satu kali klik saja semua berita itu terpampang jelas dihadapan matanya. Ia melotot sambil membuka mulutnya tak percaya dengan baris kalimat yang matanya tangkap

“Pernikahan Putra Mahkota negeri ini yang dirumorkan akan menjadi The next Royal Wedding of the year ini akan dilangsungkan dalam kurun waktu 2 minggu mendatang . Diharapkan agar semua rakyat korea juga berbahagia bersama menyambut kedatangan sang Putri Mahkota”

2 minggu lagi. Hanya 2 minggu lagi kebebasannya akan segera berakhir. Kekhawatirannya belum berakhir sampai disini saat handphonenya kembali berdering menampilkan nomor tak dikenal. Dengan ragu Sooyoung mengangkatnya

“Halo...”

“Halo selamat pagi nona Park. Saya dari pihak istana. Kami sudah menunggu anda di lobi. Yang mulia Ratu menyuruh kami untuk menjemput anda, kami akan memulai untuk persiapan acara pernikahan anda dengan Putra Mahkota” suara perempuan anggun di seberang sana.

“Baiklah aku akan turun 15 menit lagi. Tidak! 20 menit. Tunggu aku” ucap Sooyoung terbata. Ia segera lari menuju kamar mandi membuang handphonenya sembarangan, padahal ia belum menutup panggilan itu.

“Iya nona”.

Sooyoung turun dengan tergesa dia hanya memakai one piece dress navy berlengan panjang favoritnya. Ia tidak peduli dengan tampilannya, ia merasa ini layak. Lagipula ia juga bingung bagaimana ia harus berpakaian jika akan berkunjung ke istana.

Ia mendapati 4 orang wanita tangah berdiri di lobi apartemennya. Mereka semua menunduk saat melihat Sooyoung sudah tiba dihadapan mereka.

“Perkenalkan nama saya Choi Jung ah. Saya adalah dayang utama yang akan melayani anda nanti di istana. Saya juga merangkap sebagai sekertaris pribadi anda yang akan mengatur segala hal tentang keperluan anda di istana” wanita yang mengaku sebagai Choi Jung ah itu menunduk menyampaikan hormatnya. Sooyoung bingung bagaimana cara ia menanggapi ini. Matanya kembali melirik 3 orang gadis lainnya yang ada dibelakang Jung ah. Mereka berpakaian formal memakai jas dan celana panjang. Jung ah yang mengerti arah pandang Sooyoung menjelaskan kembali.

“Mereka adalah pengawal pribadi nona. Sekarang jumlahnya masih sedikit. Namun setelah nona resmi menikah dengan Putra Mahkota kami akan menambah jumlah pengawal anda”. Sooyoung hanya bisa ber Oh-oh ria mendengar penjelasan Jungah.

“Jika sudah jelas , mari kita pergi sekarang . Pasti Yang Mulia Ratu sudah menunggu anda dari tadi”

 

*******

Seorang pria bertubuh tinggi dengan rambut pirang itu akhirnya menjejakkan kakinya untuk pertama kali selama 18 tahun di Negara asalnya. Ia melihat ke sekeililing bandara Incheon. Tempat ini tak banyak berubah. Hanya sekarang terasa lebih modern saja. Di gate utama kedatangan itu dia di sambut dengan beberapa pegawai bandara yang memakai pakaian tradisional hanbok korea. Mereka tersenyum dan menunduk kepada setiap warga yang datang.

Ia ingat mungkin karena akan diadakan pernikahan anggota kerajaan maka hal ini bisa saja terjadi. Ia tertawa dengan getir jika mengingat sebuah tempat, istana.

Dia kembali melangkahkan kakinya menuju arah pintu keluar dengan menyeret koper berwarna silvernya. Di ujung koper itu terdapat sebuah ukiran dengan inisial YS. Yook San.

Dua orang pria berjas rapi sudah menunggu di depan pintu keluar bandara Incheon. Mereka adalah pengawal istana.

“Selamat datang kembali Pangeran” mereka menunduk hormat pada pangeran San yang baru saja pulang dari Inggris. San memang sudah 18 tahun ini tinggal di Inggris bersama ibunya. Bukan karena merek

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
triyya #1
Chapter 22: Next min ..... aing penasaran....
triyya #2
Chapter 10: Ijin baca dr awal yaaaaaa ?
sindygracious #3
Chapter 22: Kak lanjugkan lagi dong
sindygracious #4
Chapter 22: Kok berhenti begitu aja kak
minra628 #5
Chapter 1: Izin baca ya kak :) part 1 nya bagus, bahasanya mudah dimengerti juga
Hyunia31 #6
Chapter 19: Update trs minn, suka bgt sma cerita nya
Hyunia31 #7
Chapter 17: update soon ^^ suka banget sma cerita nya
sellynaselly #8
Chapter 12: huaaaa saranghaeeee next next
semoga next chapter banyak sungjoy moment yg manis2 yaa
nurulliza #9
Chapter 11: Lhooo kok giniiii chapter 11 nya. Andweee
nurulliza #10
Chapter 10: D A E B A K