Chapter 17 - Nightmare

Princess Hours
Please Subscribe to read the full chapter

 

####

Kepulan asap terlihat dari sebuah alat penghangat ruangan. Memenuhi seluruh sudutnya. Memberikan perbedaan kontras antara suhu di luar dan di dalam ruangan. Tumpukan salju sudah menebal di luar sana. Ini adalah hari kedua Sooyoung masih belum sadarkan diri. Setelah kejadian naas tempo hari, ia masih berbaring lemah di atas ranjang rumah sakit.

Disampingnya kini Sungjae masih terus menggenggam tangannya yang dingin. Wajahnya datar. Tak berekspresi. Terus memandang kosong ke arah wanita yang kini terbaring di hadapannya.

Setelah mendapat kabar dari Jungah tentang insiden ini, ia segera pulang. Mengambil jadwal penerbangan paling awal dari London menuju Seoul. Ia panik. Hatinya tak tenang. Jungah tak memberitahukan detail dari insiden ini. Tapi bisa Sungjae dengar dari nada paniknya jika sesuatu yang buruk baru saja menimpa Sooyoung.

Dan tebakannya benar. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri. Sooyoung terbaring lemah. Menanggung sakit sendirian. Sungjae belum pulang sama sekali menuju istana. Semenjak turun dari pesawat ia langsung menuju rumah sakit dimana Sooyoung dirawat.

Hati Sungjae seperti teriris. Ia tak bisa melindungi istrinya sendiri. Ia kelewat ceroboh, tak paham jika banyak orang yang menginginkan kehancuran dirinya. Banyak orang yang menginginkan tahtanya. Dan lihat bagaimana dampak dari kecerobohannya. Istri dan calon anaknya yang jadi korban. Sebagai seorang suami dan calon ayah, dirinya merasa gagal.

"Yang Mulia, anda harus beristirahat. Biar saya yang menjaga Yang Mulia Putri Mahkota." Dongwoo berujar dari ujung pintu. Ia merasa kasihan dengan Putra Mahkota. Dia belum tidur sama sekali dari dua hari lalu. Wajahnya kusut. Rambutnya berantakan. Bajunya bahkan masih belum ganti. Masih mengenakan baju terakhir yang ia pakai dari Inggris.

Sungjae menoleh sejenak. "Tak apa, kaulah yang harus beristirahat. Pasti kau juga sama lelahnya"

Hal yang dikatakan Sungjae memang ada benarnya. Dongwoo masih terus berada di sisi Sungjae. Dia bahkan tidak ikut pulang ke rumah hanya demi menemani Sungjae.

 

Sungjae tak bergerak barang sedikitpun. Ia masih terus menggenggam tangan Sooyoung. Hingga akhirnya jari-jari lemah itu bergerak. Mengisyaratkan adanya kehidupan yang berlanjut. Sungjae yang kaget langsung berdiri. Mendekat, mencondongkan tubuhnya kearah Sooyoung.

 

"Sooyoung-ah" Sungjae menghembuskan nafas lega. Dilihatnya kini mata gadis itu perlahan terbuka. Ia segera menekan tombol interkom, memanggil dokter dan perawat untuk datang ke kamar Sooyoung. Mata Sooyoung masih membiasakan cahaya yang masuk. Dia sedikit linglung. Memandang ke arah kanan dan kiri.

"Aku dimana?" suaranya parau. Nyaris tak terdengar. Sooyoung melihat ruangan sekitarnya berwarna serba putih. Ini bukan kamarnya. Dan ia juga mencium bau obat-obatan khas yang sangat ia benci.

 

Matanya kini menangkap sosok yang sejak tadi terdiam memerhatikannya. Yook Sungjae. Dia masih diam ada disana. Matanya tanpa sadar sedikit berair. Sooyoung tersenyum ke arah Sungjae.

"Oppa, kau sudah pulang?" Sooyoung bertanya lemah. Sungjae hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia tak ingin berbicara sekarang. Ia khawatir jika ia mengeluarkan suaranya maka air matanya juga akan keluar. Ia laki-laki dan ia tak ingin terlihat lemah saat ini.

Sungjae mengelus pipi Sooyoung lembut. Pipi itu yang biasanya merona kini berubah jadi pucat dan dingin. Sungjae meringis membayangkan bagaiamana sakitnya Sooyoung saat ini.

 

 

Tak lama beberapa orang berjas putih masuk kedalam kamar. Salah satunya adalah Dr. Lee. Dokter kandungan keluarga kerajaan.

Dia tersenyum kepada Sooyoung yang sudah siuman. Kemudian memeriksanya sebentar.

 

"Syukurlah Yang Mulia sudah sadarkan diri. Beliau sudah tidak apa-apa. Hanya tinggal banyak istirahat dan jangan terlalu stress." Dr. Lee menjelaskan.

 

Namun ada sesuatu yang terasa janggal di sini. Sungjae, Dr. Lee, bahkan Dongwoo dan Jungah yang ada di ruangan itu tak ada yang menatap matanya secara langsung. Ini terasa sangat aneh.

 

"Apa telah terjadi sesuatu?" Sooyoung bertanya lemah. Ia memandang mata setiap orang yang ada disana. Tak ada yang mau bersuara. Hingga pandangannya memandang ke arah Sungjae.

 

'Oppa, ada apa ini?" Sooyoung memaksa Sungjae untuk membalas kontak mata mereka. Jemarinya yang lemah ia gesekan pelan diatas lengan Sungjae.

Secara perlahan semua orang yang ada disana mundur. Keluar memberikan privasi untuk mereka berdua. Sungjae menangkup lengan Sooyoung. Menggenggamnya erat.

 

"Sooyoung-ah" Dia memandang manik coklat Sooyoung sendu. Membereskan letak beberapa anak rambut yang menempel di pipi mulus istrinya.

 

Kejadian menyakitkan yang dialami Sooyoung saat berada di Yayasan ibunya San terputar secara otomatis. Mata Sooyoung merah, memanas. Ia melepas genggaman tangan Sungjae. Kini beralih meremas perut datarnya yang terbungkus piyama rumah sakit. Memandang kosong ke arah perutnya .

 

"Sayang" kembali Sungjae memanggil. Ia berusaha mengalihkan pandangan Sooyoung menuju matanya kembali.

 

"Jangan katakan" Sooyoung segera memotong ucapan Sungjae.

 

"Bayi kita... "

 

"SUDAH KUBILANG JANGAN KATAKAN APAPUN!!!! " Sooyoung histeris. Ia semakin kuat meremas piyamanya. Ia belum siap. Ia tak siap untuk mendengarnya.

 

Sungjae tanpa aba-aba langsung beringsut maju. Ia merengkuh bahu kecil istrinya. Menenggelamkan kepala Sooyoung di dadanya.

 

"Maafkan aku" satu titik air mata luruh dari mata tajam Sungjae. Ia menangis. Menangis sejadinya.

"Maafkan aku Sooyoung-ah" bahunya ikut bergetar. Ia menangis sesegukan diatas kepala Sooyoung. Tangannya dengan kuat mencengkram punggung rapuh Sooyoung.

 

Tak ada respon apapun. Sooyoung diam. Ia tak berbicara sedikitpun. Tangannya terkulai lemas di sisi tubuh Sungjae. Tak membalas pelukan laki-laki itu.

Tak ada air mata yang keluar dari matanya. Semuanya terasa seperti mimpi. Belum nyata sama sekali.

 

"Kau bohong" Akhirnya dua kata itu lolos dari bibir pucat Sooyoung. Matanya masih kosong.

Sungjae tak menjawab. Ia hanya semakin mempererat pelukannya di tubuh Sooyoung. Masih menangis terisak membuat bahu Sooyoung yang tertetesi air mata basah.

 

"Kenapa?" Lagi

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
triyya #1
Chapter 22: Next min ..... aing penasaran....
triyya #2
Chapter 10: Ijin baca dr awal yaaaaaa ?
sindygracious #3
Chapter 22: Kak lanjugkan lagi dong
sindygracious #4
Chapter 22: Kok berhenti begitu aja kak
minra628 #5
Chapter 1: Izin baca ya kak :) part 1 nya bagus, bahasanya mudah dimengerti juga
Hyunia31 #6
Chapter 19: Update trs minn, suka bgt sma cerita nya
Hyunia31 #7
Chapter 17: update soon ^^ suka banget sma cerita nya
sellynaselly #8
Chapter 12: huaaaa saranghaeeee next next
semoga next chapter banyak sungjoy moment yg manis2 yaa
nurulliza #9
Chapter 11: Lhooo kok giniiii chapter 11 nya. Andweee
nurulliza #10
Chapter 10: D A E B A K