Chapter 19 - Understanding

Princess Hours
Please Subscribe to read the full chapter

###

Sungjae memilih untuk menghindari Sooyoung. Dia tak pulang ke istana sejak semalam. Tak ada pesan singkat, tak ada telpon. Mereka saling menghindar satu sama lain. Sungjae membuka dompet kulit hitamnya. Dia memandang foto kecil yang terselip di sana. Foto pernikahannya dengan Sooyoung.

Meski hanya berpisah satu hari tapi dia sangat merindukan Sooyoung. Gadis itu, tak seharusnya dia meragukan perasaan Sungjae padanya. Sudah sangat jelas jika Sungjae mencintai Sooyoung. Dia sadar betul dengan apa yang dirasakannya. Dia sudah mencintai Sooyoung sejak lama. Salahkanlah mulut pengecutnya itu yang hanya mampu mengucap kata cinta tanpa Sooyoung ketahui. Tidakkah Sooyoung peka dengan perasaan Sungjae selama ini? Tidak cukup kah apa yang sudah Sungjae lakukan selama ini untuk Sooyoung? Tidakkah dia peka dengan sikap yang sudah Sungjae tunjukkan padanya?

Haruskah setiap pengakuan cinta itu dideklarasikan dengan kata-kata?

Sungjae mendesah frustasi.

Handphone Sungjae yang tergeletak asal di meja menyala. Ada sebuah pesan singkat masuk. Dengan segera ia mengambilnya, berharap ada sebuah pesan dari istri terkasihnya. Sungjae menggeser kunci layarnya buru-buru, perasaannya kecewa ketika didapatinya nama Lee Minhyuk yang ada di sana.

'Aku ingin bicara. Temui aku di tempat biasa'

Minhyuk sudah seperti penyelamat bagi Sungjae. Disaat pening seperti ini teman-temannya mengajak bertemu. Mungkin ini bisa menjadi sedikit hiburan bagi Sungjae. Dan bercerita dengan teman-temannya mungkin juga bisa sedikit membantu. Siapa tahu.

Sungjae segera membalas pesan singkat Minhyuk dan bergegas pergi meninggalkan ruang kantornya.

Setelah berkendara kurang dari empat puluh menit, kini Sungjae sudah sampai di tempat biasa teman-temannya berkumpul. Sebuah club malam elit di jantung Gangnam. Dia segera menunjukan Vip pass nya pada security, melangkah masuk menuju lantai dua bangunan ini.

Disana belum terlalu banyak orang. Maklum jam masih menunjukan pukul sembilan malam. Masih terhitung sore.

Pandangan Sungjae tertuju langsung pada tiga orang pria yang sudah sangat dia hafal namanya. Tengah duduk sambil menenggak minuman mereka, yaitu Lee Minhyuk, Lee Changsub dan Seo Eunkwang.

Sungjae segera mendudukan tubuhnya di samping Changsub. Menyerobot segelas Martini yang ada di tangannya.

"Ckck lihat manner mu" Changsub mengeluh. Dia pura-pura memutar matanya pada kelakuan sang Putra Mahkota.

"Bagaimana kabarmu?" Minhyuk menimpali dari seberang meja.

Sungjae tak menjawab. Tapi dari caranya menenggak minuman sudah bisa dilihat jika dia jauh dari kata baik.

"Apa kau tahu kabar Jihye?" Minhyuk kembali bersuara. Entah apa tujuannya membawa topik ini di acara minum mereka yang harusnya menurut Sungjae berlangsung menyenangkan ini.

Sungjae acuh. Ia seperti tuli, tak mau menanggapi apa yang baru saja minhyuk katakan.

Minhyuk tersenyum miring. Sudah bisa di pastikan begini pasti reaksi Sungjae. "Dia hampir mati. Kau tahukan?"

"Aku tahu. Jangan ingatkan aku tentang dia" Sungjae berbicara di balik gelasnya yang kini isinya sudah habis.

"Brengsek!" Minhyuk menggeram tertahan. Changsub dan Eunkwang yang berada di tengah-tengah mereka merasa tak nyaman. Aura peperangan sangat kental terasa.

"Kau benar-benar tak punya perasaan Sungjae." Minhyuk membuang mukanya ke samping. Ia tertawa remeh.

"Aku dan dia sudah berakhir. Dan aku sudah tak peduli dengannya lagi" Sungjae mulai gerah dengan semua tatapan menelisik Minhyuk. Kenapa dengan temannya itu.

"Jika tidak ada yang mau kalian bicarakan lagi lebih baik aku pergi. Aku ingin mendinginkan pikiranku tapi ternyata di sini malah membuat pikiranku mendidih" Sungjae bangkit dari duduknya. Changsub sempat menahannya dan bilang jika ia baru saja tiba dua puluh menit yang lalu, mereka bahkan belum benar-benar minum. Sungjae hanya mengendikan bahunya. Terus berlalu dari ruangan itu.

Saat kakinya baru saja melangkah keluar tiba-tiba Minhyuk menepak punggungnya dari belakang. Ketika Sungjae berbalik sebuah pukulan keras berhasil mendarat mulus di pipinya.

Sungjae tersenyum miring. Ia menyeka darah yang keluar dari ujung bibirnya yang sedikit robek. Alisnya saling bertaut. Minta penjelasan dengan apa yang sudah Minhyuk lakukan barusan.

"Itu pelajaran untukmu. Dasar pengecut brengsek bisanya selalu menyakiti hati wanita!" Mata Minhyuk berkilat marah saat mengucapkannya. Ia kembali akan menghadiahkan bogem mentah ke wajah Sungjae ketika Sungjae dengan sigap menghindar dan balik memukul wajah Minhyuk.

"Apa karna Jihye?" Sungjae membuang tawanya kasar. Nafasnya memburu. Dia tahu pasti Minhyuk suatu saat akan meledak karena seorang Kim Jihye. Dan sekarang lah waktunya.

Dia tahu dengan pasti jika seorang Lee Minhyuk sudah lama mencintai Jihye diam-diam. Tapi dia mundur ketika tahu jika Sungjae sudah bersama Jihye.

"Kau brengsek. Kau bahkan hampir membunuh gadis yang tak berdosa! " Minhyuk kembali bangkit, dia berusaha berdiri kembali. Memberikan sebuah tinjuan ke pipi Sungjae satunya.

Tak ada kata lagi diantara mereka. kini Sungjae balas memukul lebih keras. Ia merasa semua emosi terpendamnya sudah tersalurkan saat ini.

Perkelahian mereka berdua mungkin akan terus berlanjut sampai besok pagi jika saja Eunkwang dan Changsub tak datang untuk melerai keduanya. Menahan mereka untuk menyakiti diri masing-masing dengan perkelahian bodoh.

 

 

###

San menemui ibunya yang tengah duduk minum teh di atas sofa yang mengarah ke jendela besar apartemen mereka. San sudah menghindari bertemu dengan Sooyoung semenjak kejadian tempo hari yang di sebabkan oleh ibunya.

"Tidak bisakah kau berhenti? " Suara San tercekat di kerongkongan. Ia sedang mati-matian menahan emosinya agar tak meletus ke permukaan.

"Apa maksudmu ?" Sora tak memandang ke arah anaknya sama sekali. Ia masih sibuk memandang ke arah objek yang lebih menarik di depan sana. Gemerlap lampu malam dari istana.

"Kau sudah menyakiti Park Sooyoung. Kau membunuh bayinya! " Mata San bergetar. Bercampur aduk antara amarah, penyesalan dan rasa bersalah.

"Aku tidak menyakitinya. Dan aku tidak membunuh bayinya" Sora berkata tenang. Kini ia menurunkan gelas tehnya. Meletakkannya dengan anggun diatas pisin.

San mendesah frustasi. Ia membuang nafasnya kasar berkali-kali. Kepalanya menunduk, tangannya saling bertaut. Ia takut sesuatu yang buruk akan menimpa ibunya, jika ia memaksa untuk terus menjalankan misi balas dendamnya.

Perasaan San gamang. Ia membiarkan ibunya balas dendam. Tapi tidak untuk menyakiti Sooyoung. Tidak dengan gadis itu. Ia tak rela.

"Ohya kau sudah dengar jika Kim Jihye sekarat?" Ibunya mengubah topik dengan cepat.

"Berhenti memanfaatkan perasaan terluka seseorang" San menjawabnya Singkat.

"Well...." Sora acuh. Ia

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
triyya #1
Chapter 22: Next min ..... aing penasaran....
triyya #2
Chapter 10: Ijin baca dr awal yaaaaaa ?
sindygracious #3
Chapter 22: Kak lanjugkan lagi dong
sindygracious #4
Chapter 22: Kok berhenti begitu aja kak
minra628 #5
Chapter 1: Izin baca ya kak :) part 1 nya bagus, bahasanya mudah dimengerti juga
Hyunia31 #6
Chapter 19: Update trs minn, suka bgt sma cerita nya
Hyunia31 #7
Chapter 17: update soon ^^ suka banget sma cerita nya
sellynaselly #8
Chapter 12: huaaaa saranghaeeee next next
semoga next chapter banyak sungjoy moment yg manis2 yaa
nurulliza #9
Chapter 11: Lhooo kok giniiii chapter 11 nya. Andweee
nurulliza #10
Chapter 10: D A E B A K