Chapter 16 - Happening

Princess Hours
Please Subscribe to read the full chapter

###

Ini sudah memasuki minggu ke delapan masa kehamilan Sooyoung. Perutnya masih tampak rata dari luar. Tapi Sooyoung sudah bisa merasakan kehadiran si jabang bayi yang sudah benar-benar bernyawa di dalam rahimnya.

Minggu lalu, Sooyoung sudah diinformasikan oleh Dr.Lee jika kini bayinya sudah dalam masa pembentukan tubuh, mulai dari mata, hidung, telinga bahkan otaknya juga sudah mulai terbentuk. Sebenarnya Sooyoung sangat penasaran. Ia ingin sekali memeriksa kandungannya ke rumah sakit, tidak hanya di istana. Namun Sungjae yang sibuk masih belum bisa mengantar. Pilihannya hanya ada dua, Sooyoung pergi sendirian atau menunggu Sungjae. Dan ia memilih untuk pergi bersama Sungjae. Menunggu sampai dia benar-benar ada waktu.

Malam ini mereka sedang ngobrol berdua. Sungjae akan pergi ke Inggris besok pagi. Kini laki-laki itu tengah berkemas. Memilih baju mana saja yang akan dibawa ke Inggris. Sebenarnya bisa saja dayang yang mengerjakan, tapi Sooyoung bersikeras jika dia yang harus menyiapkannya sendiri. Tapi lihat apa yang terjadi kini, Sungjae lah yang bebenah. Sooyoung hanya memandori. Dia sibuk mematut diri di depan cermin besar kamar mereka. Mengamati perubahan tubuhnya yang sedikit banyak mulai berubah.

"Oppa, apa aku terlihat gendut?" Sooyoung bertanya. Badannya masih bergerak kekiri dan kekanan. Melihat bagaimana ukuran pinggangnya sekarang. Ia sengaja memakai atasan agak ketat. Ingin melihat dan memastikan sendiri.

"Tidak" Sungjae yang tengah melipat kemeja putihnya berbicara sekenanya. Dia tak menoleh sedikitpun. Ia tahu dengan pasti jika ia harus menjawab dengan hati-hati jika tidak tahulah sendiri apa yang akan terjai nanti. Ibu hamil muda dan emosi tak terkontrolnya.

 

Sooyoung cemberut. Ia kini menatap Sungjae sinis "kau bohong!!"

Sungjae mendesah. "Aku tidak bohong Sooyoung ah"

Ia kini mendongak, mensejajarkan jarak pandang mereka.

"Tapi lihat pinggulku sudah membesar. Rok ini terasa sempit. Atasan ini juga lihat!! " Sooyoung mendekat dan menunjuk ke arah perut yang sebenarnya.masih rata dan pinggul yang menurut Sungjae masih sama.

Alis Sungjae naik sebelah. Dia bingung menjawabnya.

"Benarkan?" Sooyoung memastikan lagi. Ingin mendapat jawaban jujur dari Sungjae.

"Kemari" Sungjae menarik Sooyoung mendekat. Memeluknya erat. Tangannya ia letakan di pinggulnya. Kemudian terus meraba turun ke arah bawah menuju pahanya. Kembali naik memutar meraba menuju perutnya.

"Ihh apa yang kau lakukan!" Sooyoung menepis lengan nakal Sungjae yang masih terus ingin menggerayangi bagian bawah tubuhnya.

"Aku sedang memastikan" Sungjae berkata polos. Tangannya malah naik keatas menuju dada Sooyoung.

"Memastikan apa? Yang ada kau itu mesum!!" Sooyoung menjauhkan tangan besar Sungjae dari dadanya.

"Ahhh~~" Sungjae seperti mendapat sebuah Ilham. "Ternyata benar. Perutmu masih rata, pinggulmu juga masih belum melar"

Sooyoung masih diam menunggu perkataan lanjutan Sungjae. "Tapi yang aku tahu pasti dadamu jadi lebih besar dan y" Sungjae berbicara di telinga Sooyoung, berusaha terdengar y.

"Dasar mesum!" Sooyoung menoyor kepala Sungjae keras, membuat dia sedikit terhuyung kebelakang.

Sungjae hanya nyengir tanpa dosa sambil mengelus kepalanya yang sedikit sakit.

 

 

Ini sudah masuk bulan Januari. Musim dingin sedang dalam puncaknya. Cuaca diluar bahkan mencapai minus 20°. Sangat dingin. Sooyoung ingin mengantar Sungjae ke bandara, tapi Sungjae menolak. Ia tak mau. Sooyoung pasti akan kedinginan. Ia menyuruh Sooyoung untuk mengantarnya sampai gerbang istana utama saja.

Dan yang justru terjadi Sooyoung kembali merajuk. Karena Sungjae tak mau diantar. Kini mereka sedang sarapan bersama. Tak ada siapapun hanya ada Sungjae dan Sooyoung. Sooyoung masih manyun. Dia tak memakan sarapannya. Sungjae yang melihatnya jadi serba salah.

"Makan sarapanmu" Sungjae berusaha membujuk Sooyoung. Tapi sang Putri masih keukeuh tak mau makan, dia malah makin menekuk wajahnya.

Sungjae mendesah lagi. Kini ia berpaling ke arah sisi Sooyoung. Menarik jemari bebas Sooyoung di atas meja.

"Sini" kini Sungjae sukses mendudukan Sooyoung di atas pangkuannya.

"Kau masih marah??" ia menaikan dagu Sooyoung dengan ujung jarinya. Membuat gadis itu terpaksa memandang langsung ke arah manik hitam Sungjae.

"Aku hanya pergi sebentar, kau tak perlu mengantarku ke bandara. Di luar sangat dingin, aku tak mau jika nanti kau dan dia kedinginan" Sungjae mengelus perut rata Sooyoung dari luar sweaternya.

"Tapi kan aku ingin mengantarmu." Sooyoung masih melanjutkan aksi merajuknya.

Sungjae terkekeh kecil. Sooyoung dan sifat manjanya sungguh sangat menggemaskan walaupun terkadang lebih banyak menyusahkannya.

Sungjae kini malah mendekat ke arah bibir Sooyoung. Mengecupnya singkat. Bisa Sooyoung rasakan bagaimana hembusan nafas hangat Sungjae menyapu seluruh permukaan bibirnya. Tanpa sadar kini ia menggigit bibir bawahnya keras.

"Jangan digigit, ini akan membuatku jadi sulit berpisah denganmu" kini bibir Sungjae sudah mengecup kembali bibir pucat Sooyoung. Melumatnya perlahan. Terus dan tanpa henti. Hingga akhirnya Sooyoung lepas kendali. Ia mengalungkan lengannya dileher Sungjae, berusaha memperdalam ciuman ini. Berusaha mengecap rasa bibir yang takan dirasakannya untuk seminggu kedepan. Sungjae juga semakin menjadi, dia menahan tengkuk istrinya kuat. Berusaha agar bibir itu tak lepas. Hingga akhirnya ia mundur sesaat. Menjilati liur yang meleleh di ujung bibir Sooyoung.

"Aku akan sangat merindukan bibir ini" kembali Sungjae memagut bibir Sooyoung. Tak henti.

 

 

 

"Yatuhan!!" Dongwoo yang masuk tanpa aba-aba terhentak kaget melihat pemandangan tak terduga yang ada di depannya ini.

"Ma..af.. Yang Mulia" Dongwoo kikuk. Ia langsung menduduk, merasa menyesal karena sudah mengganggu aktivitas dari Tuannya itu.

Sungjae sudah melepas ciumannya dengan Sooyoung. Ia menarik kepala Sooyoung kedalam ceruk lehernya. Berusaha menghalangi wajahnya dari pandangan Dongwoo.

"Ada apa? " Sungjae berkata dingin.

"Maaf yang mulia, tapi sekarang jadwal anda untuk berangkat" Dongwoo masih menunduk belum mau memandang ke arah mata Sungjae.

"Yasudah. Pergilah duluan" dengan segera Dongwoo pamit undur diri. Dia benar-benar merasa menyesal dan malu pastinya.

"aku harus pergi sekarang" Sungjae berbisik di telinga Sooyoung. Lengan bebasnya kini mengelus lembut punggungnya.

Sooyoung bergeming. Ia tetap tak mau beranjak.

"Sooyoung ah" ia kini mencium rambut Sooyoung pelan, mengisyaratkan agar Sooyoung mau memandang ke arahnya.

"Aku pasti akan sangat merindukanmu" Sungjae melihat ke arah manik coklat Sooyoung yang sudah mulai mengembun. Kemudian mencium dahinya lama.

 

 

"Aku pergi ya, tolong jaga dirimu baik-baik disini." Sungjae mengelus kepala Sooyoung sayang.

"Dan tolong jaga anakku" Sooyoung tergugu. Perasaan hangat mulai menjalari seluruh tubuhnya. Apalagi dadanya. Ada perasaan membuncah disana ketika Sungjae mengakatan kata anakku untuk yang pertama kalinya.

"Berhati-hatilah disana" Sooyoung memberanikan diri bersuara dan menggenggam jari-jari Sungjae.

Sungjae hanya mengangguk tersenyum dan mencium penuh bibir Sooyoung.

Sooyoung tersadar dia segera melepas pagutan Sungjae, mereka kini tengah berada di halaman utama istana. Banyak sekali dayang dan pengawal yang mengitari mereka. Sooyoung jadi kikuk. Wajahnya memanas. Ia tak jadi menangis. Yang ada ia sangat malu.

Ia menengokan kepalanya ke kanan dan kekiri melihat reaksi dari para dayang dan pengawal. Tapi ia merasa sedikit lega karena mereka sekarang lebih memilih menunduk dan membuang muka kearah lain pura-pura tak melihat.

"Sudah kubilang jangan menciumku sesuka hatimu, Yook Sungjae" Sooyoung menghentikan kakinya ke tanah.

"Tapi kau suka kan ?" Sungjae menggoda. Ia terkikik geli melihat reaksi Sooyoung yang lucu. Masih tertawa hingga masuk kedalam mobil dan melaju pergi menjauh dari istana.

 

 

####

Ini pagi pertama yang Sooyoung lalui tanpa Sungjae. Ia kini sedang makan sendirian di istana Timur. Ketika tengah menyuapkan sup jamur kedalam mulutnya tiba-tiba Sooyoung merasa mual. Ia ingin memuntahkan segala isi perutnya. Segera ia berlari ke arah kamar mandi. Berjongkok di depan kloset dan muntah. Semua yang baru saja dia makan keluar sia-sia. Ia merasa lemas sekali. Biasanya jika sedang mengalami morning sickness seperti ini akan ada Sungjae yang setia menemaninya.

Pikiran-pikiran itu terhenti saat dirasakannya lagi perutnya bergejolak. Ia muntah lagi. Namun ada sesuatu yang aneh saat Sooyoung merasakan ada lengan hangat yang memijat tengkuknya. Membantu merapikan rambut terurainya. Memeganginya kebelakang supaya tak terkena muntahan.

Sooyoung menoleh dan mendapati San tengah ikut berjongkok di sebelahnya. Memegangi rambutnya.

"Oppa, jangan disini. Aku menjijikan" Sooyoung berusaha menepis lengan San. Mendorongnya agar pergi menjauh. Kondisinya sedang sangat acak-acakan. Dia tak ingin terlihat seperti ini oleh San.

San menggeleng. Ia masih terus berada di sana. Memijit-mijit tengkuk Sooyoung berharap itu bisa membantu.

Kini mereka sudah kembali di ruang makan. Sooyoung sudah terlihat lebih baik. Namun wajahnya masih pucat. Ia terlihat lemas. San langsung membuatkan segelas susu vanilla hangat. Berinisiatif mengganti makanan yang tadi dimuntahkan Sooyoung.

San menyodorkan susu itu ke hadapan Sooyoung. Tapi aneh gadis itu hanya mendengus tak minat. Ia menjauhkan susu itu dari hadapannya. San bingung.

"Kenapa?"

"Maafkan aku oppa, tapi aku tak suka bau vanilla. Itu membuatku jadi mual lagi" San mengerti. Ia segera beranjak hendak membawa susu itu dan akan menggantinya dengan rasa coklat.

"Tidak usah. Biar aku saja yang bikin sendiri" Sooyoung menahan lengan San.

San membeku. Gerakan tanpa sadar Sooyoung itu sukses membuat dada San kembali berdebar. Dia gila. Dia jadi salah tingkah, dadanya berdebar hanya karena disentuh Sooyoung. Sungguh tak masuk akal. Dia bertingkah layaknya anak remaja yang tengah pubertas.

"Tak apa. Aku senang bisa membantumu" San berusaha mengendalikan dirinya. Dia mengelus puncak kepala Sooyoung segera membuat segelas susu coklat hangat untuk Sooyoung.

 

Kini mereka sedang berada di taman. Seperti biasa menghabiskan waktu bersama mengobrolkan hal-hal tak penting.

"Bagaimana keadaan bayi itu?" San mencoba membuka percakapan.

"Dia baik" Senyum Sooyoung terbit dengan sendirinya ketika mengatakan tentang bayinya.

Entah mengapa San melihat itu sedikit merasa tidak rela.

"Ini" San memberikan sebuah gantungan kunci berbentuk teddy bear ke arah Sooyoung.

Mata sooyoung membulat seketika. Ini adalah gantungan kunci kesayangannya. Ia pikir ia sudah kehilangan ini karena dia tidak bisa menemukannya dimanapun.

"Aku menemukannya saat kita bertemu tak sengaja di toko bunga" ingatan Sooyoung kembali memutar kearah beberapa bulan lalu. Saat mereka pertama kali bertemu di toko bunga. Saat itu San lah yang memberi tahu jika Ratu menyukai bunga lily putih.

"Aku ingin memberikannya langsung saat itu tapi kau sudah pergi. Dan saat diistana aku ingin mengembalikannya tapi kau terlalu sibuk. " San membuat suaranya terdengar sedikit merajuk.

"Eyyy aku tak pernah sibuk oppa" Sooyoung memukul kecil lengan atas San. Sedikit beraegyo. San malah mendecih. Ia membuang mukanya tersenyum kecil. Sooyoung masih sibuk mengamati gantungan kunci kesayanga

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
triyya #1
Chapter 22: Next min ..... aing penasaran....
triyya #2
Chapter 10: Ijin baca dr awal yaaaaaa ?
sindygracious #3
Chapter 22: Kak lanjugkan lagi dong
sindygracious #4
Chapter 22: Kok berhenti begitu aja kak
minra628 #5
Chapter 1: Izin baca ya kak :) part 1 nya bagus, bahasanya mudah dimengerti juga
Hyunia31 #6
Chapter 19: Update trs minn, suka bgt sma cerita nya
Hyunia31 #7
Chapter 17: update soon ^^ suka banget sma cerita nya
sellynaselly #8
Chapter 12: huaaaa saranghaeeee next next
semoga next chapter banyak sungjoy moment yg manis2 yaa
nurulliza #9
Chapter 11: Lhooo kok giniiii chapter 11 nya. Andweee
nurulliza #10
Chapter 10: D A E B A K