Chapter 1 - Prince and Princess Crown

Princess Hours
Please Subscribe to read the full chapter

***
Seorang gadis dengan rambut sebahu berlari tergopoh-gopoh di lorong sebuah sekolah TK. Ia berusaha berlari secepat mungkin meskipun dengan heels yang menghiasi kaki jenjangnya. Sesekali ia berusaha merapikan poni dan anak rambut yang berantakan terkena terpaan angin di musim gugur. Ia memperhatikan jam tangan yang ia kenakan, ‘ugh aku bisa terlambat jika tidak segera dan si nenek sihir itu pasti akan memarahiku lagi’. Ia terus menggerutu hingga akhirnya dia sampai di sebuah ruangan bercat warna hijau daun. Segera mungkin ia merapikan kemeja dan rok yang ia kenakan.
‘Hhmmm selamat pagi semua. Pagi yang indah ya hari ini’ ucapnya seraya memasuki ruangan yang bertuliskan Ruang Guru tersebut.
‘Kau hampir saja terlambat Nona Park’ ujar seorang wanita dari pojok ruangan. Ia masih tetap membolak-balikan kertas yang ada di tangannya tanpa memperhatikan Sooyoung.
‘Aah iya Bu Kepsek tapi sepertinya aku masih beruntung hari ini’ jawabnya santai sambil melengos menuju meja kerjanya. Tak lama berselang bel tanda sekolah masuk berbunyi yang artinya kelas akan segera dimulai sebentar lagi. Gadis itu -Sooyoung- segera membereskan buku serta materi yang akan ia ajarkan kepada murid kelasnya hari ini. Ia melenggang keluar dari ruangan guru sambil tersenyum karena merasa hari ini dia kembali beruntung. Datang ke sekolah tidak terlambat. Jika bukan karena semalam group dancenya harus manggung sampai larut malam mungkin dia tidak akan merasa sangat lelah sekarang.

***
“Sungjae-ya kau harus segera menikah. Usiamu sudah 28 tahun sekarang, sudah saatnya kau menempati tahta yang puluhan tahun aku jaga hanya untuk keturunan murni keluarga Yook’. Seorang wanita lanjut usia yang rambutnya sudah memutih separuhnya itu berbicara sambil menyesap teh hijau kesukaannya. Dia adalah Ratu Yook. Dia menjadi pemimpin sementara Korea Selatan karena sang raja yang notabene anak kandung dan menantunya sendiri meninggal 18 tahun lalukarena kecelakaan mobil , sementara saat itu sang putra mahkota baru berumur 10 tahun. Apa yang bisa diharapkan dari anak kecil tersebut?. Dengan berbagai pertimbangan akhirnya petinggi kerajaan meminta agar sang Ibu Suri menempati kekosongan singgasana di kerajaan Korea. Dan kini masanya sudah hampir habis. Tahta akan segera dia berikan kepada Putra Mahkota kelak jika dewasa, dan ukuran ‘dewasa’ menurut tetua kerajaan adalah setelah sang Putra Mahkota menikah. Saat ini usia Putra Mahkota sudah 28th sudah selayaknya dia segera menikah, namun apa mau dikata sang Putra Mahkota sendiri masih enggan untuk melakukan apa yang diperintahkan. Setelah lulus dari universitas ternama di Korea dia memilih untuk terjun di perusahaan bisnis milik mendiang ayahnya. Sang Ratu sudah berkali-kali mengingatkan Sungjae -nama Putra Makhkota- itu untuk segera mencari seorang gadis yang akan dijadikannya sebagai Putri Mahkota dan calon Ratu dimasa mendatang kelak.
“Haelmoni, kau tau aku masih belum berminat untuk itu” Sungjae hanya menjawab seadanya, sebab dia tau kemana arah pembicaraan ini akan berlanjut. Dia memakan salad buahnya dengan tenang namun dia tahu pasti jika neneknya itu sedang berdecak kesal dibalik cangkir teh berwarna biru yang ia genggam.
“Aku sudah tidak bisa tinggal diam lagi kali ini, aku sudah semakin tua Sungjae ya, dan kau tau posisi ini sangat rawan. Apa kau tak lihat bagaimana anggota kerajaan lain sedang bersiap di tempat mereka menunggu kesempatan dan saling berebut untuk duduk di posisi mu saat ini? “. Sungjae tahu, sungguh dia sadar betul dengan apa yang menjadi tuntutannya. Ia sadar sepenuhnya bagaimana kehidupannya akan berlangsung ditahun-tahun mendatang seakan ada beban berat kasat mata yang berdiam dipundaknya. Dia mau tidak mau harus meneruskan garis keturunan keluarga Yook. Keluarga kerajaan Yook.
“Jika kau memang belum memiliki calon, biar aku yang carikan untukmu”. Sang Ratu berbicara tegas kali ini. Dia sudah lelah sejujurnya dengan berbagai alasan Sungjae yang selalu bertele-tele jika menyangkut masalah pernikahan dan tahta. Tapi apa mau dikata mungkin itu sudah garis takdir yang Tuhan gariskan untuk cucu laki-laki tersayangnya ini. Hanya tinggal Sungjae lah yang menjadi tanggungannya karena cucu perempuannya yang lain yang tidak bukan kakak Sungjae sudah menikah lebih dulu 2 tahun lalu. Maka ketika Sungjae kelak menikah dan menduduki tahta yang ditinggalkan oleh mendiang ayahnya -Yook JoonHwa- maka tugasnya menjaga mereka sudah selesai.
“Tapi haelmoni... “ Sungjae mencoba memberikan pembelaan sebelum apa yang dia takutkan jadi kenyataan namun Ratu segera menyelanya
“Tidak ada tapi-tapian. Aku pastikan kau akan bertemu calon pengantinmu minggu ini atau awal minggu depan. Dan aku harap tidak ada penolakan darimu Yook Sungjae” Ratu membuat penekanan dalam kalimat ‘tidak ada penolakan' seolah ya mau tidak mau harus mau. Sungjae mendengus tak setuju. Tapi ia tidak akan menyerah begitu saja.
“Tapi Haelmoni, bagaimana jika aku bisa membawa calonku sebelum kau mengenalkan aku pada seorang gadis yang akan aku nikahi. Apa perjodohan ini bisa batal?” Ratu melirik penuh minat anak muda di depannya ini. ‘Oh akhirnya dia mengakui jika dia punya calon' pikir Ratu tersenyum. Ini menarik.
“Oke, bawa dia kemari dan pertemukan aku dengannya. Aku menunggunya” jawab Ratu tak segan. Sungjae menarik napas lega. Akhirnya perbincangan alot ini akan berakhir segera.
“Tapi ingat jika dia tidak sesuai dengan kriteria sebagai seorang Puteri Mahkota aku tak segan untuk mendepaknya Yook Sungjae. Ingat harga diri keluarga dan Negara kita yang kau pertaruhkan di sini” sambung sang Ratu lagi.
“Aku mengerti”.

***
Yook Sungjae melangkahkan kakinya di lorong sepi sebuah tempat. Sepatu kulit hitamnya sesekali berdecit karena gesekan dengan lantai marmer yang dingin. Ia mematut dirinya sekali lagi di cermin besar yang ada di sekitaran lorong tersebut. Tempat itu ada tempat latihan balet. Sesorang yang sangat ia kenal tengah latihan malam ini. Kim Ji hye adalah nama gadis itu. Gadis berkulit putih susu, rambutnya hitam legam dan kaki jenjang khas seorang balerina. Sungjae mengetuk pintu latihan itu perlahan dan menyembulkan kepalanya dari balik pintu besar berwarna coklat itu. Ia melihat gadisnya sedang serius melakuan beberapa gerakan Indah balet yang tak bayak ia mengerti. Ya Jihye adalah gadisnya. Gadis berumur 26 tahun yang becita-cita menadi sorang balerina terkenal. Sungjae sudah mengenal Jihye sejak di bangku kuliah. Mereka selalu menghabiskan waktu bersama sepulang kuliah. Sungjae merasa bahwa Jihye lah yang paling mengerti karena bagaimana Jihye selalu sabar menghadapi sikapnya yang kadang acuh, dingin bahkan kekanakan. Hanya Jihye yang memandang Sungjae tanpa memandang bagaimana latar belakangnya. Dan sudah setahun belakangan ini akhirnya mereka resmi menjadi sepasang kekasih. Mungkin inilah saatnya. Saat yang tepat untuk melamarnya. Membuat Jihye jadi wanitanya seutuhnya. Bukan lagi gadisnya. Tapi wanitanya. Wanita yang akan menjadi poros hidupnya, menjadi pendamping hidup dan ibu dari anak-anaknya kelak. Memikirkannya saja sudah membuat dadanya berdesir hangat, menampaan efek dahsyat pipi dan telinga sungjae memerah seketika. ‘ugghh tenang Yook Sungjae. Kau adalah seorang laki-laki jadi bersikaplah selayaknya seorang laki-laki sejati dan jangan gugup'. Sungjae memencoba menenangkan dirinya sendiri dengan menepuk-nepuk dadanya sendiri. Tanpa sadar dia memukul tepat pada sebuah benda yang ada di saku bagian dalam jas yang dia kenakan. Ya dia sudah benar-benar siap melamar Jihye, bahkan dia sudah membeli sebuah cincin yang akan dia berikan nanti. Sungjae memerhatikan lamat-lamat gadis yang berada di depannya, ternyata dia masih belum sadar jika Sungjae ada si belakangnya sekarang . Sungjae melihat dengan jelas bagaimana peluh menghiasi pparas cantiknya. Bagaimana ia tersenyum ketika tubuhnya melekuk Indah mengikuti irama music klasik yang terdengar rendah. Senyum bahagianya yang ingin dan akan selalu Sungjae jaga keberadaannya.
“Hhmm” Sungjae berdehem kecil memecah konsentrasi gadis yang tengah sibuk menari tersebut. Dia segera menoleh mencari sumber suara tersebut dan didapatinya seorang pria yang sangat dienalnya sedang tersenyum lembut sambil bersidakep di ujung pintu. Senyumnya langsung merekah, segera Jihye mematikan musik yang sedari tadi menemaninya latihan dan berlari kecil menuju Sungjae yang menunggunya, tak lupa senyum manisnya selalu tersungging tak pudar.
“Oppa~~~, kau datang?” ucap Jihye mendekat, terlihat gurat lelah menghiasi wajah cantiknya itu.
“Iya, aku datang untuk menemuimu, tapi apa daya sepertinya kau sedang sangat sibuk sekarang” Sungjae sengaja menekan kata sibuk dan pura-pura merajuk. Ia ingin melihat bagaimana reaksi gadisnya itu nanti.
“Eiyyy~~ siapa bilang, aku hanya latihan kok” ucap Jihye sedikit gelagapan.
Sungjae hanya tersenyum kecil melihat tingkah gadisnya itu . Ckck lihatlah dia sangat lucu jika sedang binging sepeti ini, dan membayangkan dia akan segera menjadi miliknya seutuhnya membuat dadanya kembali berdesir hangat. Dia kemudian hanya mengelus puncak kepala gadisnya itu sambil membimbingnya untuk duduk di salah satu kursi di pojok ruang latihan itu. Ia bisa melihat bagaimana pantulan diri mereka berdua di seisi ruangan ini dari cermin besar yang terpasang hampir di seluruh dinding ruang.
“Ngomong-ngomong kenapa oppa datang kemari malam-malam begini. Tidak seperti biasanya? “ tanya Jihye to the point. Karena ia bingung tidak biasanya lelaki ini datang menemuinya langsung tengah malam begini. Ia tahu kalau Sungjae sangat sibuk dan waktunya hampir tidak pernah kosong. Selalu ada jadwal-jadwal yang entah ia tidak mengerti apa itu yang dia kerjakan.
“Aku...ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu” matanya lugas. Sungjae berbicara sambil memandang kearah sepasang ‘deer eyes' gadisnya. Jihye hanya memandang tak mengerti ia menaikan sebelah alisnya, ia butuh penjelasan lebih. Sungjae dengan segera mengambil sebuah benda yang sedari tadi ada di saku dalam jas navy miliknya. Sebuah kotak beludru berwarna royal blue. Didala

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
triyya #1
Chapter 22: Next min ..... aing penasaran....
triyya #2
Chapter 10: Ijin baca dr awal yaaaaaa ?
sindygracious #3
Chapter 22: Kak lanjugkan lagi dong
sindygracious #4
Chapter 22: Kok berhenti begitu aja kak
minra628 #5
Chapter 1: Izin baca ya kak :) part 1 nya bagus, bahasanya mudah dimengerti juga
Hyunia31 #6
Chapter 19: Update trs minn, suka bgt sma cerita nya
Hyunia31 #7
Chapter 17: update soon ^^ suka banget sma cerita nya
sellynaselly #8
Chapter 12: huaaaa saranghaeeee next next
semoga next chapter banyak sungjoy moment yg manis2 yaa
nurulliza #9
Chapter 11: Lhooo kok giniiii chapter 11 nya. Andweee
nurulliza #10
Chapter 10: D A E B A K