Hati Luhan hancur saat melihat Yifan terbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit. Wajahnya pucat, namun masih terlihat tampan. Ada lebam di sudut bibirnya dan kepalanya juga msih diperban. Beberapa bagian tangannya juga nampak lebam.

Sungguh, ia tidak pernah sekalipun membenci Yifan. Ia memang sedang dilanda cemburu namun ia tidak ingin melihat Yifan seperti ini.

Luhan mencintai Yifan, hanya saja, Luhan seakan masih tak bisa menyingkirkan tembok tebal di dalam hatinya yang membuatnya enggan berkomitmen lebih jauh.

Jemari Luhan terulur untuk membelai wajah tampan Yifan. Mata indah itu kini terpejam rapat dan bibir yang biasanya selalu cerewet dan kerap melontarkan gerutuan itu kini juga terkatup rapat.

“Fanfan, kenapa kau bisa seperti ini ? kau seharusnya lebih berhati-hati saat syuting. Kau membuatku sedih, kalau kondisimu seperti ini “ Luhan mengambil kursi di dekat ranjang Yifan dan duduk di samping ranjangnya.

Tidak ada jawaban dari Yifan. Luhan menggenggam tangan Yifan yang terasa dingin dan Luhan tak bisa lagi untuk menahan air mata yang seolah berlomba-lomba ingin lolos dari matanya.

Sementara di luar, Jinglei dan yang lain diam-diam tertawa. Lay semakin bingung.

“Ada apa sebetulnya ini ? kenapa kalian malah tertawa ?” tanyanya dengan ekspresi lugu, seperti yang sering ia tampakkan.

“Yi Xing, ini semua hasil skenarionya “ Kevin shin menunjuk ke arah Jinglei dan wanita itu menganggukkan kepalanya.

“Jangan bingung begitu, Lay. Aku hanya tak tega pada Yifan, dan aku juga gemas pada Luhan. Mereka berdua saling menyukai dan menginginkan satu sama lain, namun gerakan mereka lamban sekali. Aku tak mau salah satu dari mereka nantinya menyesal karena mereka tidak berani beregrak secara nyata “

Lay menggaruk kepalanya, pemuda berlesung pipi itu tampaknya masih belum paham benar tentang rencana Xu Jinglei.

“Jadi, kami mengatur seolah-olah, Yifan emndapat kecelakaan sewaktu syuting. Dan dengan begitu, Luhan pasti bingug dan panik. Kuharap mereka bisa menyadari akan pentingnya keberadaan yang lain di dalam “ Wang Likun angkat bicara.

“Kalian licik sekali “ Lay tertawa bodoh dan semuanya hanya bisa tertawa melihat tingkah polos si unicorn idiot, Lay, yang ternyata juga mendukung rencana ‘gila’ mereka.

“Xu jie yang licik “ seru Zhang Chao dan dibalas tatapan mata yang mengintimidasi milik sutradara berusia empat puluh tahunan itu.

“Kami ingin yang terbaik untuk Yifan “ Re Yizha, gadis mungil berambut pendek itu tertawa kecil dan Lay menemukannya sangat imut.

“Tapi, aku cemas, mungkin setelah ini, ada seekor rusa imut yang menendang kalian semua “ seru Lay.

Luhan masih setia menggenggam jemari Yifan. Yifan tak juga sadar, pikirnya.

Ia cemas juga, ia takut kalau di saat nanti sadar, Yifan malah tidak mengenali dirinya karena amnesia-nya, seperti yang tadi Kevin katakan. Luhan menggeleng cepat, mencoba menghilangkan semua pikrian buruk yang sekarang sedang bersarang di otaknya. Ia hanya berharap Yifan bisa cepat sadar dan semuanya akan kembali seperti semula. Diam-diam ia berjanji pada dirinya, kalau hal pertama yang akan dia lakukan begitu Yifan sadar dan membuka matanya adalah menciumnya. Iya, Luhan akan menciumnya, dan ia akan bersedia berkomitmen dengan Yifan.

Lay yang setuju untuk terlibat dalam sandiwara konyol itu akhirnya masuk ke kamar dan melihat Luhan yang sedang menyandarkan wajahnya di ranjang Yifan.

Sebenarnya ia tak tega , tapi demi kebahagiaan Luhan, dan Lay mengalah. Ia mendekati Luhan dan mengusap punggungnya.

“Lu-ge “

“Yi xing “

“Dia belum sadar juga ?” Luhan menggeleng dan terus menatap wajah Yifan.

“Aku sungguh menyesal, Xing. Aku seharusnya tidak mengacuhkannya pagi tadi. Aku dan kecemburuan bodohku, aku berlebihan. Sifatku sungguh jelek, aku semestinya dapat menahan diriku. Yifan pasti kesal sekali , aku memang selalu membuatnya kesal “

“Kalau dia sadar nanti, apa yang akan kau perbuat ge ?”

Yifan yang bisa dengan jelas mendengarkan percakapan antara Lay dan Luhan diam-diam meremas sprei ranjangnya. Telinganya lama-kelamaan menjadi panas mendengar bagaimana perhatian yang diberikan pria bermarga Zhang itu pada Luhan-nya. LUHAN-NYA.

“Kalau dia sadar, aku akan menciumnya “

Ughhh...ingin rasanya Yifan membuka matanya sekarang ini dan membungkam bibir Luhan dengan bibirnya.

“Aku akan bilang padanya kalau aku mau menjadi kekasihnya, aku mau. Yi Xing..aku tidak mau kehilangannya lagi, aku akan menekan rasa cemburuku, aku akan berusaha mengerti dirinya lebih lagi. Aku akan membuktikan kalau ia pantas menyukaiku selama lima tahun ini. Aku hanya ingin dia sadar, Xing-ah “

Sudut bibir Yifan diam-diam terangkat. Rencananya akan sukses besar. Xu Jing Lei memang cerdas. Namun, bukan Yifan namanya, kalau ia hanya akan begitu saja sadar dan membuka kalau semuanya ini hanya akal-akalan Jing lei saja. Yifan memutuskan ingin lebih lama bermain-main dengan Luhan. Ia ingin memastikan sebesar apa rasa cinta Luhan padanya, apakah juga sama besarnya dengan rasa cintanya selama lima tahun ini ?

Perlahan Yifan berlagak baru sadar dan ia membuka matanya.

Menyadari jemari Yifan bergerak, Luhan menoleh dan betapa sennagnya ia ketika melihat Yifan sudah siuman.

“Yifan !! Yifan, kau sudah siuman !! syukurlah !!!’ Luhan berteriak senang. Luhan memeluknya namun Yifan masih meneruskan aktingnya. Ia diam saja, sama sekali tidak membalas pelukan