Part 15
Our WayLuhan melirik jam dindingnya yang menunjukkan pukul tujuh pagi, menggeliat pelan dan menutup matanya kembali namun ia merasakan benda lembut dan kenyal mendarat di pipi halusnya. Ia pun sebenarnya mengetahui siapa yang melakukan itu tapi dasar Luhan, ia masih tetap menutup mata rusanya yang masih terasa sulit sekali terbuka.
“Ayo bangun, Xiao Lu atau kau masih mau menutup matamu lagi ?” seru suara berat di sampingnya dan tanpa membuka mata, Luhan sudah hafal benar siapa pemilik suara yang disukainya tersebut. Luhan hanya mengangguk dan kembali menutup matanya, ujung bibirnya tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman.
“Aku pilih yang kedua, lagipula aku masih sangat mengantuk, Yi fan, biarkan aku tidur sepuluh menit lagi “
“Pftt....itu juga yang sudah kau katakan sepuluh menit yang lalu, kau akan terus meminta waktu sepuluh menit lagi dan sepuluh menit berikutnya, begitu seterusnya. Cepat bangun, Luhan. Bukannya kau harus bersiap untuk konferensi pers kedua untuk filmmu nanti sore ?”
Sore ini, Luhan akan menghadiri konferensi pers untuk film perdananya, Miss Granny di mana ia akan tampil secara live untuk menyanyikan soundtrack resmi untuk film tersebut yang bertajuk Our Tomorrow dan Yifan sendiri rencananya akan menuju Shanghai untuk hadir di Madame Tussauds, sebuah museum yang memamerkan patung-patung lilin dari beberapa figur terkenal. Yifan merasa sangat tersanjung karena ternyata dirinya akan dijadikan salah satu figur yang diabadikan ke dalam bentuk patung lilin dan Yifan hampir tidak bisa mempercayai itu. Ia merasa belum cukup terkenal untuk bisa berada dalam museum lilin tersebut namun ia hanya bersyukur karena ternyata ia bisa diabadikan di sana. Sesuatu yang sama sekali tidak pernah ia bayangkan dalam hidupnya.
Tapi, Yifan masih belum memberitahukan Luhan tentang kabar gembira tersebut. Karenanya ia ingin Luhan agak kaget dnegan surprise kecilnya itu.
“Acaranya masih sore nanti dan ini masih pagi, Yifan. Untuk apa kau membangunkanku pagi-pagi begini, kau cerewet sekali persis seperti ibuku saja “ omel Luhan dan memeluk gulingnya lebih erat.
Yifan menghela nafasnya, ia tahu membangunkan rusa kecil yang bernama Luhan itu jauh lebih sulit daripada menyeberangi sebuah lautan yang luas. Dia sendiri adalah orang yang juga sulit dibangunkan, dan ia hampir tak mempercayai kalau ternyata ada orang lain yang lebih sulit untuk dibangunkan daripada dirinya, yaitu kekasihnya sendiri, Luhan.
Begitu badan Luhan sudah menyentuh yang namanya tempat tidur, maka ia akan seperti menyatu dengannya dan akan sulit sekali memisahkan mereka. Dan setelah berpikir cepat, akhirnya dengan cepat, Yifan menyingkap selimut Luhan yang tebal itu dan menutupi lebih dari separuh tubuhnya.
Terdapat sedikit senyuman jahil terpatri di bibir Yifan karena ia akan menggunakan caranya sendiri untuk membuat Luhan beranjak dari ranjangnya dan dengan segera akan menuju kamar mandi.
Luhan yang tidur hanya dengan kaos tipisnya dan celana boxernya itu menjengit kedinginan karena selimut hangatnya lenyap entah kemana dan ia langsung membuka matanya dan melihat Yifan yang beranjak mendekati tubuhnya.
Lelaki tinggi itu memelorotkan celana Luhan dengan paksa dan betapa kagetnya Luhan sehingga matanya melebar ketika Yifan dengan cekatan memasukkan benda di antara paha Luhan itu ke dalam mulutnya.
“Yi-yi-fann...apa yang kau lakukan ??” serunya dengan panik. Luhan telah melupakan rasa kantuknya, yang ada ia menjadi panik sekarang karena ia tidak paham kenapa Yifan melakukan padanya di pagi-pagi seperti ini.
Yifan tidak menjawab, sebaliknya ia hanya melihat lurus ke mata Luhan dan dengan tetap kejantanan Luhan berada di dalam mulutnya. Luhan merasa tubuhnya panas seketika padahal sebelumnya ia merasa kedinginan. Di antara pahanya, ia melihat Yifan tengah memberikan lumatan-lumatan pada kejantanannya yang masih belum mengeras. Dan biasanya, Luhan-lah yang selalu melakukannya, tapi melihat Yifan seperti itu, Luhan merasa aneh juga.
“Hen-ti-kan Yi-fan.....” namun Yifan malah memaju-mundurkan mulutnya, dan Luhan merasa seluruh tubuhnya terbakar. Ia meremas rambut hitam Yifan dan menelusupkan jari-jarinya di sana. Desahan demi desahan mulai keluar dari mulut mungil Luhan karena ia tidak bisa menahannya lagi.
Tangan Yifan berada di kedua paha Luhan guna menahan agar paha Luhan tidak menutup sementara Luhan memejamkan matanya akibat sentuhan-sentuhan Yifan yang terasa makin nyata di seluruh bagian tubuhnya.
“Ahhhh....Fan....enak sekali “ dan Luhan terus mendesah, membuat Yifan tersenyum, merasa rencananya berhasil dengan begitu cepat. Cairan putih yang kental tampak akan mengalir dari ujung kejantanan Luhan dan dengan rakus Yifan segera menelannya ketika cairan putih itu mengalir dari milik Luhan. Luhan tidak mau Yifan merasakannya sendiri dan dengan cepat pria mungil itu menarik wajah Yifan agar mendekat ke arahnya dan melumat bibir Yifan, dan ia bisa merasakannya cairannya sendiri yang rasanya mungkin agak aneh di lidahnya namun Luhan tidak peduli. Ia terus mencium dan melumat bibir Yifan sedangkan tangan Yifan sudah sibuk meraba-raba dada bagian depan Luhan yang masih terbungkus kaos tipisnya.
“Cepat mandi atau aku benar-benar akan mengerjaimu habis-habisan dan kujamin kau tidak akan bisa hadir di acaramu nanti “ Yifan berbisik di telinga Luhan lalu menggigit pelan daun telinga Luhan dan menjilatnya kemudian, membuat Luhan menggelinjang pelan.
“Ahhhh...betapa kuharap aku tidak ada acara hari ini “ gerutu Luhan pelan ketika Yifan melepaskan kontak fisik mereka dan mendorongnya pelan ke kamar mandi.
“Kalau kau tidak pergi, aku juga akan pergi ke Shanghai “ kata Yifan.
“Shanghai ? mau apa kau ke sana ?” tanya Luhan. Wajar saja kalau Luhan bertanya. Dia tidak tahu apapun tentang Yifan yang akan diabadikan ke dalam bentuk figur patung lilin di museum Madame Tussauds Shanghai.
“Mmmmm....kupikir ini akan menjadi kejutan kecil untukmu namun karena kau terus bertanya, baiklah. Aku akan menjadi salah satu figur patung lilin di museum Madame Tussauds di shanghai “ Yifan nampak amat senang dan Luhan yang awalnya tampak kaget dan diam, detik berikutnya ia sudah memeluk Yifan, berlari ke pelukannya sehingga Yifan yang tidak siap karena Luhan yang melompat begitu saja ke dalam pelukannya terjatuh ke ranjang Luhan dengan Luhan di atasnya masih dengan posisi memeluk dirinya.
“Whoaaaa.....Wu Yifan, apa itu benar ?? wow wow...kau hebat sekali, aku sungguh senang dan aku mencintaimu, aku mencintaimu !!!” Luhan meraih wajah Yifan dan mencium seluruh bagian wajah Yifan. Yifan tidak tahu harus merespon apa, tangannya berada di pinggang Luhan dan memeluknya erat sedangkan Luhan masih terus menciumi wajah Yifan.
“Lu-Luhan...hentikan, aku tak bisa bernafas “ kata Yifan dan membuat Luhan sadar kalau tubuhnya menghimpit tubuh Yifan. Meski tubuh Luhan jauh lebih kecil, namun Luhan bisa dibilang mempunyai tenaga yang cukup besar, mungkin karena ia gemar berolahraga sehingga Yifan juga kewalahan jika Luhan duduk di atas badannya seperti itu.
“Sorry, aku hanya...terlalu....senang, Yifan. Selamat ya “ Luhan masih terus tersenyum dan duduk di sebelah Yifan.
“Bukankah sejak dulu, impianmu adalah bisa dikenal oleh seluruh dunia dan kupikir impianmu itu sedikit demi sedikit sudah mulai terwujud “ Luhan mengecup bibir Yifan sekali lagi, dan Yifan sungguh tak memperdulikan kalau Luhan masih belum menyikat giginya. Ia sama sekali tak keberatan. Dan Luhan yang masih belum mandi pun ia tidak keberatan. Karena Luhan yang ada di pelukannya jauh lebih penting dari apapun juga.
“Iya, aku bahagia sekali dan kita akan meraih impian kita bersama, sayang “ Yifan mencium punggung tangan Luhan dan Luhan merasa seperti putri-putri di dalam dongeng yang diperlakukan dengan begitu manis oleh pangeran mereka.
“Aku bukan seorang putri, Yifan. Aku ini laki-laki ! “ Luhan seperti dapat membaca apa yang terlintas di benak Yifan dan Yifan hanya tersenyum.
“Ya aku tahu, kau ini manly, bukankah kau mau bilang begitu ?” dan Luhan tersenyum seraya memukul pelan bahu Yifan.
“Hentikan Yifan. Aku mandi dulu setelah itu kita sarapan bersama ya , kau belum sarapan kan ?” tanya Luhan seraya mengambil handuk baru di lemari pakaiannya.
“Belum, tapi.....” Yifan terlihat ragu.
“Tapi apa ?”
“Ada ayahmu, dan .....”
“Jangan kau bilang padaku, kau takut dengan papa, Yifan ?”
“Bukan takut sih, hanya saja beliau selalu melihatku dengan tajam dan aku merasa tak nyaman “
“Semenjak kapan seorang Wu yifan menjadi penakut ?” Luhan duduk di samping Yifan.
“Bukan begitu, namun....”
“Yifan, dengarkan aku “ Luhan berkata dengan serius dan membuat Yifan melihat ke arahnya.
“Kalau kau serius denganku, dengan hubungan kita, maka kau harus berani. Kau harus berani meyakinkan papa kalau kau adalah yang terbaik untukku. Aku tidak memerlukan gadis yang secantik apapun juga, bahkan secantik Miss Universe kalau aku sudah memilikimu di sini dan kau harus yakin dengan perasaanmu sendiri. Kau harus bisa membuat orang lain mengerti dengan apa yang kita rasakan, cinta yang kita miliki dan ingatlah kalau sesuatu yang diraih dengan pengorbanan dan perjuangan jauh lebih indah dan berharga daripada sesuatu yang hanya diraih dengan mudah dan tanpa tantangan apapun “ Luhan meraih tangan Yifan dan diletakkan di dada sebelah kirinya.
“Hati ini hanya menginginkanmu, Yifan jadi kita harus yakin akan bisa melanjutkan hubungan ini “ Luhan berkata lagi dan membuat Yifan sedikit lebih tenang.
“Mama akan membantu kita. Mama ada di pihak kita, Yifan “ dan Yifan mengangguk. Ia sudah tidak bersama ayahnya sejak kec
Comments