Chapter 2

Otsondor

Gema langkah Chanyeol mendominasi lorong lantai dua di hari kamis pagi. Anak laki-laki bertubuh jangkung itu berlari secepat yang ia bisa menuju kelasnya. Kalau saja saat ini Jongin bersamanya, pastilah Chanyeol sudah menyuruh Jongin berteleportasi membawanya langsung ke kelas. Saat ini Chanyeol bukanlah terburu-buru karena takut terlambat memasuki kelas filsafat Mr. Oden. Tetapi ada hal penting yang harus disampaikannya kepada teman-temannya. Terutama Kyungsoo.

“Kyungsoo! Kyungsoo! Mana Kyungsoo?”

Chanyeol langsung berkoar-koar begitu kakinya baru saja mencapai pintu kelas. Napasnya terengah-engah dan ia tahu Suho tidak akan memberinya segelas air pun untuk meredakan rasa hausnya yang tiba-tiba saja datang.

“Chanyeol! Ada apa denganmu sobat? Tenanglah!”

Luhan menyahuti anak laki-laki jangkung itu.

“Dimana Kyungsoo?”

“Dia belum datang. Kenapa?”Jongin menyahut kemudian dan balik bertanya.

Chanyeol tidak menjawab. Ia beralih menuju bangku Baekhyun. Lagi-lagi anak laki-laki mungil itu masih menulis mantra. Matanya sudah berkantung hitam. Dan tugasnya masih belum selesai.

“Baek, apa kau tidak pergi bersama Kyungsoo pagi ini?”

“Tidak!”

“Apa kau tidak menyinggahinya saat kau hendak berangkat sekolah?”

“Tidak!” Baekhyun masih menulis.

“Apa kau bertemu adiknya?”

“Tidak!” Baekhyun mulai kesal.

“Apa kau...”

“YEOL! Berhentilah mengangguku. Aku benar-benar sibuk. Apa kau tidak lihat lingkaran hitam di mataku. Aku tidak tidur semalaman. Sementara tugas ini harus aku berikan nanti. Jadi kumuhon jangan mengangguku.”

“Hei, aku hanya bertanya kepadamu. Apa kau melihat Kyungsoo. Hanya itu.”

“Ya. Lalu aku menjawab tidak, dan kau kembali bertanya hal yang sama. Kau mengangguku Yeol! Tidak tahukah kau seberapa pentingnya tugas ini bagiku. Ini hidup matiku. Kalau tugasku ini tidak selesai, maka aku akan mengulang di pelajaran Madam Loren. Dan kau tahu aku tidak mau kembali belajar di kelasnya.”

“Itu urusanmu Baek.”

“Betul, itu urusanku. Tapi kau tiba-tiba datang menganggunguku dan menanyakan anak aneh itu.”

“Aku hanya bertanya. Kenapa kau emosi seperti itu?”

“Hei... hei... sudahlah. Jangan bertengkar. Baekhyun teruskan saja urusanmu. Dan Chanyeol, apa yang ingin kau sampaikan kepada Kyungsoo? Kau bisa memberitahu kami terlebih dahulu.” Luhan datang menengahi.

“Aku tidak bisa mengatakannya disini.”

Chanyeol kemudian keluar kelas, diikuti Jongin dan Luhan. Sementara Baekhyun kembali melanjutkan tugasnya walaupun dengan hati kesal.

“Ada apa?” Jongin bertanya.

“Ini gawat.”

“Kenapa?”

“Tadi sewaktu aku ke ruang guru memberikan tugasku kepada Mr. Brwon, aku tidak sengaja mendengar Profesor Dorado berbicara dengan Marry, si penjaga perpustakaan.” Ujar Chanyeol.

“Apa yang mereka bicarakan?”

Chanyeol meletakkan lembaran tugasnya di meja Mr. Brown. Lalu saat ia hendak melangkah kelua, Mr. Brwon menyuruhnya untuk menyusun tugas siswa yang lain. Maka dirinya duduk dimeja guru serajah itu dan mulai menyusun tugas-tugas. Namun pendengarannya sedikit menajam saat samar-samar mendengar Marry menyebut sebuah buku penting hilang dari perpustakan.

“...sungguh Profesor, saat itu aku masih melihatnya didalam rak.

“Lalu kapan kau menyadari kalau buku itu telah menghilang?”

“Ketika aku melakukan pengecekan saat aku hendak pulang. Dan aku sangat yakin hari itu tidak ada yang meminjam buku itu. Dan juga anda sudah tahu kalau buku itu tidak dipinjamkan kepada siswa. Jadi aku sangat yakin buku itu tidak dipinjam oleh siapa pun hari itu Profesor.

“Apa hari itu banyak siswa yang datang ke perpustakaan?”

“Kebetulan itu adalah hari kunjungan siswa tingkat pertama ke perpustakaan. Dan aku bisa menjamin rak itu terkunci saat para siswa datang.”

“Apa ada guru yang meminjam buku hari itu?” kembali terdengar suara Profesor Dorado.

Marry terdiam sejenak. “Oh! atau jangan-jangan..” Marry berseru pada dirinya.Terdengar terkejut.

“Profesor, maafkan aku. Tetapi aku rasa buku itu terjatuh. Seingatku sebelum para siswa tingkat pertama memasuki perpustakaan, Mr. Oden sempat memintaku untuk mencari sebuah buku filsafat tua. Dan aku mengambilnya didalam rak itu. Dan... oh profesor maafkan aku, dan waktu itu karena letaknya terlalu tinggi aku berusaha melompat dan kemudian tidak sengaja menjatuhkan beberapa buku di dalam rak itu. D-dan kurasa aku menjatuhkan buku itu Profesor. Oh.. betapa cerobohnya aku. Aku sungguh menyesal professor. Maafkan aku.” Marry sempat terisak di akhir ucapannya.

“Sudahlah Marry, lain kali kau lebih berhati-hati.”

“Aku akan bertanggung jawab professor. Aku akan mencarinya kembali.”

“Tidak usah Marry. Biar aku saja menyelesaikan ini.” Professor kembali berujar.

“Professor akan mengumpulkan kita semua di aula saat istirahat makan siang nanti dan menanyai kita satu persatu.”

Chanyeol berkata dengan tergesa-gesa.

“Ini gawat!” Jongin berseru.

“Sudah kubilang dari awal kalau ini gawat Jongin.”

“Bagaimana kalau professor tahu bahwa Kyungsoo lah yang mengambil buku itu?

“Kemungkinan terburuk anak itu akan dikeluarkan.” Luhan berkomentar.

“Lalu kemana Kyungsoo sekarang?”

Mereka semua saling berpandangan dan menggelang.

BRAKK

Bertepatan saat itu mereka mendengar pintu salah satu dari bilik toilet berdebam keras dan seseorang yang tinggi menjulang keluar dengan langkah diam. Tidak hanya mereka di ruangan itu ternyata.

“Kris?” Jongin berdesis.

“Matilah kita.”

~~~

Kyungsoo tidak hadir di kelas sejarah Mr. Brwon pun di kelas ramuan Madam Yoon. Ini aneh karena tidak biasanya Kyungsoo begitu. Ia adalah seorang murid yang rajin dan sedikit tidak mungkin kalau dirinya bolos dua pelajaran sekaligus. Begitulah setidaknya pengamatan Jongin selama ini.

“Lalu kemana anak itu?” Luhan kembali mengutarakan pertanyaan yang sama. Anak laki-laki itu meniup-niup kentang goreng yang barusan dipesanya kepada Tuan Lee.

Tidak ada yang tahu.

“Ya, Kim Jongin kenapa kau tidak berteleportasi dan mendatangi Kyungsoo kerumahnya?” Chanyeol memberi usul yang bodohnya tidak terpikir olehnya dari tadi.

Jongin meletakkan sandwich yang baru saja digigitnya. Terlalu banyak mayonaise dan Jongin tidak suka. Lantas ia menyambar minuman Luhan dan meminumnya dalam satu tegukan.

“Kalau saja menggunakan kekuatan di sekolah tidak dilarang maka aku sudah mendatanginya sejak tadi pagi , Yeol!” Jongin berujar. Ia meletakkan gelas kosong milik Luhan di hadapan si pemilik sebenarnya.

Mereka semua menghela napas berat. Tampak putus asa.

“Oh! Baek, disini” Tiba tiba Luhan berseru dan melambai ke arah Baekhyun yang baru saja memasuki kantin.

Baekhyun berjalan kearah mereka dan duduk di sebelah Jongin. Tampaknya masih menghindari Chanyeol karena kesal.

“Bagaimana tugasmu?”

“Aku tidak tahu, tetapi aku sudah memberikannya dan Madam Loren tidak berkomentar apa-apa.”

Baekhyun menyeruput mie pedas yang dipesannya.

“Chanyeol, kau bilang professor Dorado akan mengumpulkan kita di aula saat istirahat makan siang. Tapi kenapa aku belum mendengar pengumuman?”

“Aula? Ada apa? Ada sesuatu yang tidak kuketahui?”

Luhan yang duduk dihadapan Baekhyun mencondongkan tubuhnya kedepan dan berbisik pelan didekat wajah Baekhyun. “Ini gawat. Tentang Kyungsoo dan buku yang ditemukannya di perpustakaan.”

“Ada apa?”

Baekhyun perlu memutar ingatannya kembali. Buku, ya mungkin sebuah buku yang pernah diceritakan Kyungsoo kepadanya tempo hari yang lalu.

“Professor Dorado akan mengumpulkan kita di aula dan menanyai kita satu persatu mengenai buku itu. Dan kau tahu kalau seandainya kita ketahuan. Kyungsoo ketahuan. Habislah kita. Karena Chanyeol mendengar Marry berkata kalau buku itu tidak boleh dipinjamkan kepada siswa. Dan kau tahu artinya apa? Buku itu adalah buku terlarang.” Luhan menjelaskan dengan seksama.

Baekhyun menghela napasnya. “Sudah kuduga ini akan menjadi masalah. Ada apa dengan Kyungsoo sebenarnya? Akhir-akhir ini ia sering bersikap aneh. Apa kalian menyadarinya?”

Semua hanya mengangguk ragu. Tidak begitu yakin.

~~~

Tuan Do melangkah tidak nyaman. Tangannya basah karena keringat. Dan entah kenapa sejak tadi malam jantungnya berdegup lebih kencang. Tuan Do berjalan melewati sebuah lorong dengan langit-langit tinggi. Menuju sebuah pintu raksasa berwarna coklat kelam. Gedung pusat di negeri Enidh memang terkenal akan kemegahannya dengan pintu-pintu kembar yang besar. Tuan Do sudah menjalani pekerjaan sebagai salah seorang penasehat dewan keamanan di negeri Enidh semenjak lima belas tahun yang lalu. Potensinya yang besar membuat dewan keamanan mengikatnya di gedung pusat. Dan tidak mengizinkannya berpindah divisi.

Tuan Do mendorong pintu raksasa didepannya. Tadi pagi ia mendapat kabar dari salah seorang pekerja yang selalu mengantarkan koran ke rumah kecilnya di pinggiran kota Enidh. Dewan keamanan memanggilnya karena ada sebuah hal penting yang hendak disampaikannya. Tuan Do tidak begitu terkejut. Beberapa hari yang lalu ia pernah berbincang dengan dewan keamanan tentang negeri Forven dan Har yang saat ini tengah bersiteru perihal pergantian kepemimpinan. Forven  tidak menyetujui kalau pemimpin mereka bukanlah penduduk asli negeri mereka. Dan hal tersebut menyinggung perasaan penduduk negeri Har yang ternyata salah satu kandidat pemimpin Forven  adalah keturanan negeri Har. Sehingga dua negeri itu kini sedang panas. Namun Tuan Do tidak berfikir sedikitpun bahwa hal itulah yang akan dikatakan oleh dewan nanti. Tetapi sesuatu yang sejak tadi malam menyebabkan dadanya berdebar.

“Penasehat Do, duduklah. Aku baru saja memesan kopi. Apa mau sekalian? Aku bisa menelepon Bie untuk membuatkannya untukmu.”

Tuan Do duduk dengan sedikit tidak nyaman “Tidak usah Tuan Kim. Saya baru saja minum teh sebelum pergi kesini.”

Tuan Kim mengangguk. “Baiklah kalau begitu.” Pria berjanggut itu membetulkan posisi duduknya.

“Apa kau mendengar kabar terbaru dari negeri Forven, penasehat Do? Kudengar mereka memundurkan tanggal pemilihan. Si pemuda Har itu akhirnya mengundurkan diri.” Tuan Kim tergelak.

Tuan Do hanya mendengar dalam diam. Ia tahu bahwa ini hanyalah percakapan pembuka. Ia yakin bukan inilah topik pembicaraan mereka sebenarnya.

Tuan Kim menyadari kegelisahn Tuan Do. Pria berkulit putih pucat itu duduk tidak tenang dari tadi.

“Apa ada masalah yang menimpamu penasehat Do? Kau terlihat gelisah?” Tuan Kim menatap Tuan Do tajam.

Tuan Do berdeham. Ia menggepalkan tangannya. Licin. Keringat tangannya masih keluar.

“K-kurasa tidak.” Entah kenapa ia terdengar gugup. “Hanya saja jantungku berdegup tidak tenang sejak semalam.”

“Apa yang kau pikirkan?”

“Aku tidak begitu yakin. Tetapi entah kenapa tiba-tiba aku terpikir anakku .”

Tuan Kim berdiri dari duduknya. Jubahnya yang panjang menyapu lantai marmer berwarna kuning gading. Tuan Kim berjalan ke arah jendela dengan kedua tangannya terpaut kebelakang.

“Kau benar.”

Tuan Do menoleh cepat kearah Tuan Kim

“Kyungsoo telah memulainya.”

Saat itu juga Tuan Do berdiri meninggalkan ruangan besar Tuan Kim dan satu tujuannya saat ini. Pulang.

~~~

Kyungsoo mengerang pelan. Anak laki-laki itu meregangkan tubuhnya yang terasa kaku.Sekilas ia melihat ke arah jendela. Hujan rupanya. Pantas saja dari tadi ia merasa kedinginan. Kyungsoo bangkit dari tidurnya. Ia sedikit kaget saat mendapati ranjangnya berantakan dan... kotor? Sejak kapan dirinya tidur seliar itu? Kepalanya terasa pusing. Untuk kedua kalinya mimpi buruk itu mendatanginya.

“Oh syukurlah kau akhirnya bangun, Soo.”

Sohyun yang sore itu tampak memasak coklat panas berseru ketika Kyungsoo berjalan menuju dapur. Kyungsoo membuka kulkas dan mengambil sebotol air mineral. Meneguknya dengan rakus. Sampai semua air di dalam botol itu habis.

“Yaa... kau mengerikan. Sebegitu hauskah kau sehabis tidur selama lima belas jam?”

Kyungsoo tidak menanggapi. Yang jelas ia benar-benar haus. “Apa ibu belum pulang?” Anak laki-laki itu duduk di meja makan.

“Belum. Maksudku tidak, ibu tidak pulang malam ini. Kau tahu. Lembur. Aku heran dengan toko tempat ibu bekerja. Kenapa begitu sering meminta ibu untuk lembur. Apa ia tidak tahu kalau ada dua orang anak kelaparan yang kini membutuhkan makanan.” Sohyun ikut duduk di meja makan. Menghirup aroma coklat panas yang dibuatnya.

“Soo..”

“Ya?”

“Tadi teman-temanmu mendatangiku di sekolah. Dia mencarimu.”

Kyungsoo mengangkat kepalanya. Mengalihkan fokusnya dari semangkuk sup yang baru saja dihangantkan Sohyun. ” Lalu kau mengatakan apa?”

“Aku katakan kau tidak enak badan. Jadi kau tidak datang.” Sohyun menyesap kembali coklat panasnya yang sudah setengah panas.

Kyungsoo mengangguk setuju.

Sohyun melipat tangannya di meja. Menghela napas panjang dan menatap Kyungsoo yang tengah lahap memakan sup tadi pagi yang dibuat ibunya.

“Soo..”

“Hm”

“A-apa kau baik-baik saja?” Entah kenapa sejak kejadian semalam hati Sohyun menjadi tidak tenang.

“Kau mengkhawatirkan ku? Sejak kapan?”

“YA!  Aku tidak sedang bercanda. Sudah bagus aku mengkhawatirkanmu kakak ku tercinta.”

“Tapi aku tidak mencintaimu. Kau tahu hubungan percintaan bersaudara itu dilarang.”

“A-APA! YA! Untuk berikutnya aku tidak akan mengurusmu lagi Kyungsoo.” Sohyun dengan langkah kesal meninggalkan Kyungsoo di meja makan. Ia lebih baik menonton di ruang keluarga.

“Sohyun-ah tentang semalam, kau tidak memberitahu mereka kan?”

Tidak ada jawaban.

~~~

 

Chap 2 selesai !

Menurutku chapter ini agak membosankan, maaf ya. Semoga masih banyak yang baca.

Makasih :)

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
kyungsoosaid #1
Chapter 16: halo, ini komentar pertama aku sejak membuat akun - kemarin.

tidak bisa berkata apapun, ini luar biasa. kyungsoo disini, sosok yg aku idamkan. apalagi ada krystal - aku kyungstal ship. walaupun kisah kyungsoo dgn dunia nya, teman temannya, elf, bogles jauuuuuh lebih menarik. ya, aku sudah menunggu ff ini lama , dan akhirnya chapter 16 muncul! aku harap ff ini brakhir dgn luar biasa bahagia, <3
lulubaekkie
#2
Chapter 16: Iya Thor, aku sample lumutan nungguinnya:'( haha~ oke ditunggu endingnya~ penasaran gimana perangnya >.< hwaiting thornim!~
DOut29 #3
Chapter 15: Ah chapter semalam baru saya bilang konspirasi penghianatannya kurang, eh~ Udah nongol aja yg bikin greget, Kim Jongin!!! Who the hell are you?! DX
Seriusan deh bc ini ff makin lama makin penasaran, dibuat ga bisa sembarangan nebak, salah mulu sih tebakan saya soalnya wkwkwk XD
Tptptptp kenapa Jongin berkhianat?! Aduhhh~ Please buruan di update lg yaaa
DOut29 #4
Chapter 14: Saya baru nemu FF ini dan... Wow~ Semangat ngebut bacanya sampe part 14 >o<
Bagus bgd mbak~ ♥♥♥
Saya bisa ngerasa feel harry potter digabungi je Frodo, terus sedikit2 sentuhan twilight di FF ini XD
Menurut saya yg agak kurang ni ya mbak -menurut saya loh - Konflik batin si D.O sama Konspirasi penghianatannya kurang jleb! maksudnya kurang kuat mbak, tp overall udah bagus bgd kok :D
Jarang2 bisa konsumsi fantasy model beginian~ XD
Ayo semangat di update ya mbak, meh waiting for the next chapter~! ♥♥♥
lulubaekkie
#5
Chapter 14: authorniiim! astagaaa pinter bgt sih bikin ending disetiap chapter! bikin reader pengen langsung mencet 'next' karena sangking penasarannya. maap juga baru komen di last chap gara gara aku keasikam baca-_-v ffnya super daebak thor! bisa difilmin gak?:( hehe. lanjut ya thor, duh gabiaa ngomong sangking terkesima sama ff ini:') hwaiting ne~
dyofanz #6
Chapter 14: huaa jadi jongin yg berkhianat. siapa yg Benet? ;_;
nextt
immafans #7
Chapter 14: Haii. Aku bisa ngerasain feel film2 besar disini. No prob sih, malah jadi tau mau bayangi apa. Aku suka perpotongan dari scene satu ke scene lainnya itu pas bangeeet. Aaaaa kamu makan apa sih bisa bilin ff macem gini ;-; semangat unt chapter selanjutnya ya :D muahmuah
indahdo
#8
Chapter 13: yeay akhirnya update :)

gregetan bacanya, itu suratnya baek isinya apaan coba, trus kenapa dia ngilang gitu aja??
jongin bisa ngak tuh ambil bukunya, ternyata kyungsoo punya kelemahan juga. Kayaknya bakalan tambah seru buat chapter depan, ditunggu ya author-nim updatenya,
semangat...!!!

hwaiting^^
dyofanz #9
Chapter 13: huaa dyo punya kelemahan. duh makin greget. next chapter soon yaa
dyofanz #10
Chapter 12: gaksabar untuk kelanjutannya. beneran. Surat dari baek isinya apa, nyx kemana. NEXT CHAPTER PLS