Chapter 15

Otsondor

Kyungsoo melihat gadis itu berjalan di lorong menuju ruang makan. Sesuatu yang baru saja di dengarnya dari sang ayah, membuat Kyungsoo benar-benar harus mengurusnya dengan serius. Ya, untuk kali ini. Lalu saat kekuatan Eru yang sungguh luar biasa di hadiahkan kepadanya, seolah itu menjadi salah satu lubang cahaya yang suatu saat nanti akan membawanya kepada keterangan. Ia bisa melihat. Gadis itu. Ia telah tahu namanya Zee, seorang pelayan istana yang keras kepala dan tidak sopan. Mungkin saja orang lain melihatnya begitu. Namun bagi Kyungsoo, ia melihat berbeda. Kekuatan Eru membuatnya melihat jauh lebih dalam. Menganalisis lebih tajam. Dan merasakan lebih nyata. Dia bukan hanya seorang gadis pelayan istana biasa dan Zee tahu sesuatu yang sangat dibutuhkannya. Hanya itu kesimpulan yang bisa diambilnya.

Zee tersentak begitu Kyungsoo tiba-tiba memegang pergelangan tangannya. Gadis itu hendak mengambil piring kotor di meja dan Kyungsoo tiba-tiba saja muncul dihadapanya. Sorot mata anak laki-laki itu tampak berbeda kali ini. Sayu dan ketakutan.

"Ma-maaf pangeran." Zee mengelak risih berusaha melepas genggaman Kyungsoo. Ia tahu ada yang salah dengan pemuda di hadapannya ini. Namun ia tidak cukup tahu tentang apa yang membuat Kyungsoo tampak sangat ketakutan.

"Apa benar apa yang dikatakan ayahku tadi?" Kyungsoo bertanya.

Zee mengerutkan kening. Tidak cukup paham dengan ucapan anak laki-laki dihadapannya.

"Maaf pangeran. Saya tidak mengerti maksud anda."

"Ayahku bilang aku akan mati jika aku tidak berhasil memenangkan perperangan nanti. Dia bilang aku tidak seharusnya ada di dunia ini. Dia juga mengatakan bahwa bagaimana pun caranya aku harus memenangkan perperangan itu jika aku masih ingin hidup. Jika aku masih ingin menemui orang-orang yang ku sayangi. Apa itu benar? Kau tahu kan? Zee?"

Melihat ketakutan dan kepanikan Kyungsoo, Zee berpikir akan suatu hal. Apa yang direncanakan Venos sehingga memberitahu Kyungsoo akan sebuah rahasia yang seharusnya tetap di simpan dalam-dalam? Ini sepertinya akan berjalan tidak seperti perkiraan sebelumnya.

"Pangeran, saya sebenarnya tidak tahu banyak tentang apa yang sebenarnya terjadi. Namun dengan rasa menyesal saya katakan bahwa semua yang baru saja anda ucapkan adalah benar."

"Begitukah? Apa memang harus begitu?"

Zee mengangguk. "Mungkin seseorang bisa membantu mencarikan jalan keluar. Namun itu tidak mudah."

Kyungsoo kembali memusatkan perhatiannya kepada Zee. "Seseorang? Siapa yang kau maksud?"

" Seseorang yang selama ini terpenjara di bawah tanah istana ini. Orang yang selama ini menanti-nantikan kehadiran anda pangeran." Zee membalas dengan suara pelan.

"Siapa?"

"Namanya Sadron."

Lalu saat nama itu terucap, sesuatu yang pernah Kyungsoo alami sebelumnya kembali terputar di dalam ingatannya.

"Sadron?" Kyungsoo mengulang dengan pelan dan mencoba meresapi kembali ingatannya."Nyx pernah mengatakan nama itu kepadaku."

"Sadron adalah orang yang dipercaya oleh ibu anda untuk menjaga anda pangeran. Namun sesuatu terjadi di luar kendali saat itu, dan semua berakhir seperti ini." Zee melanjutkan.

"Apa yang terjadi?" Kyungsoo kembali bertanya. Seolah ingin melengkapi rasa penasaran yang selama ini mengganjal di pikirannya. Berharap gadis itu cepat mengatakannya. Namun entah kenapa semua menjadi diam sementara, mata gadis itu tidak lagi menatap kepadanya namun kepada sesuatu yang ada di belakangnya. Dan saat itu juga Kyungsoo menoleh.

"Ku pikir kau bisa di ajak bekerjasama nona muda?" Venos berujar dengan ketus.

Zee menunduk, merasa malu atas kelancangannya. Dan yang hanya ada di dipikiran gadis itu saat ini adalah segera melangkahkan kaki pergi dari sana sesegera mungkin. Namun kepalan tangan kasar di pergelangan tangannya membuat gadis itu menegakkan kepala.

"Maafkan aku tuan. Aku mohon lepaskan aku. Aku berjanji tidak akan memberitahunya lebih jauh."

Kyungsoo benar-benar tidak paham akan situasi yang dilihatnya saat ini. Kenapa gadis itu memohon? Kenapa ayahnya berkata gadis itu tidak bisa diajak bekerja sama? Apakah ini sebuah pengkhianatan yang lain. Oh, sungguhkah? Apakah dirinya terlahir memang untuk dikhianati oleh semua orang? Kyungsoo berpikir demikian.

"Tuan Venos kumohon. Maafkan aku." Zee kembali memohon dengan harap. Namun Venos tidak menghiraukannya sedikit pun. Raja Bogles itu hanya mengkode pengawalnya untuk membawa gadis itu pergi dari ruangan yang mereka tempati kini.

"Dad, Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kau membawa Zee pergi?" Kyungsoo berlari mengejar Venos yang telah melangkah pergi.

"Kau tidak harus memikirkan itu sekarang Dyo. Sebentar lagi kita akan memulainya. Jadi semua hal yang kurasa mengganggu harus disingkirkan jauh-jauh. Tugasmu kini hanyalah untuk kembali memulihkan tenangamu. Jangan pikirkan lagi hal-hal tidak pasti yang akan mengganggumu. Karena saat kita nanti menang, aku menjamin semua akan berakhir dan akan berjalan semestinya. Kau paham. Beristirahatlah, karena esok atau lusa kita akan bersiap." Venos berkata dengan nada suara yang berbeda dari biasanya. Tersirat sebuah harapan yang harus terwujud disana. Lalu Kyungsoo hanya bisa terdiam bimbang di hadapan pintu kembar raksasa menuju singgasana ayahnya. Dan satu hal yang selama ini tidak pernah terlintas di pikiran anak laki-laki itu tiba-tiba saja muncul di otaknya kala itu. Bahwa ia teringat akan ibunya.

***

Chanyeol tidak peduli berapa banyak orang yang di tabraknya di lorong menuju kelas. Karena ia pikir dalam keadaan mendesak segala tindakan dilakukan. Chanyeol memperlambat langkahnya saat mencapai pintu kelas. Di carinya sosok kawan yang tadi pagi katanya akan datang lebih awal untuk mengecek keadaan. Entah keadaan apa namun skyukurlah Luhan telah ada di kelas. Chanyeol langsung meremas bahu anak laki-laki itu dan menyeretnya ke pojok kelas.

"Sshhh apa yang kau lakukan?" Luhan yang merasa bahunya perih, protes begitu mereka telah berada di pojok kelas.  Belum banyak siswa yang datang sehingga tidak terlalu menarik perhatian dan memunculkan gosip jika ada pasangan homo di kelas mereka.

"Ini gawat. Kurasa ini tidak akan lama lagi."

Luhan mengerutkan keningnya. "Apa maksudmu?"

Chanyeol berdecak lalu menghela napas frustasi. "Tadi aku melihat Professor Dorado datang ke sekolah dan pergi ke perpustakaan. Lalu karena aku curiga aku mengendap-endap mengikuti di belakang. Dan kau tahu apa yang dilakukan professor disana?" Chanyeol berbisik pelan.

Luhan menggeleng." Ia mencari buku aneh yang di curi Kyungsoo waktu itu. Lalu saat mereka mencarinya, buku itu sudah tidak ada di tempat biasa. Padahal beberapa hari yang lalu Madam Marry masih melihat buku itu di rak biasanya." Chanyeol menuntaskan.

"Jadi yang ingin kau katakan adalah buku itu hilang lagi?"

"Tidak! Maksudku, iya. Baiklah benar, ada dua hal yang ingin aku ambil dari kejadian tadi. Pertama bahwa buku itu hilang dan siapa kira-kira yang mencurinya. Lalu yang kedua adalah kenapa professor Dorado begitu marah saat mengetahui buku itu tidak lagi ada di perpustakaan. Apa ada suatu cara disana yang bisa dilakukan untuk mengalahkan kaum Bogles? Karena menurutku Professor Dorado tampak benar-benar murka dengan hilangnya buku itu. Apa yang direncanakan orang-orang dewasa itu?" Chanyeol kembali berbisik panjang.

"Kau tahu Yeol, aku sama sekali tidak mempunyai jawaban apapun atas apa yang baru saja kau sampaikan. Dan satu-satunya hal yang bisa kita lakukan saat ini adalah bertanya kepada seseorang yang lebih tahu di hutan Eve. Kita harus kesana secepatnya. Kau benar, kurasa sudah tidak lama lagi. Kemarin malam ada serangan lagi di perbatasan barat hutan. Mereka membakar rumah dan perkebunan penduduk. Salah satu korbannya adalah kerabat jauh keluarga kami. Mereka bilang para prajurit bogles sangat kejam. Dan a-aku tidak bisa membayangkan bagaimana Kyungsoo disana. Apa dia juga seperti itu?"

Chanyeol menepuk pelan bahu Luhan. "Sudahlah, benar apa yang kau katakan barusan. Kita harus sesegera mungkin pergi ke hutan Eve dan menemui Krystal."

Luhan mengangguk setuju.

"Apa ada kabar dari Baekhyun?" Entah kenapa kalimat itu terucap begitu saja dari mulut Luhan. Membuat langkah kaki Chanyeol berhenti.

"Aku tidak tahu." Anak laki-laki itu tersenyum paksa di akhir ucapannya.

***

Nyonya Byun hanya memandangi anak laki-lakinya dengan mata sayu. Napasnya terasa berat dan pikirannya kacau saat ini. Ia tahu bahwa sekarang adalah masa sulit. Saat kata kesetian dan pengkhianatan saling tumpang tindih. Sebenarnya ia sangat prihatin melihat nasib anaknya. Menjadi jaminan utama di atas permainan monopoli yang sedang dilakukan oleh para petinggi-petinggi itu. Namun suatu hal yang membuatnya bertahan sampai sekarang adalah keyakinan dari anaknya itu sendiri. Sikap optimisnya yang setiap malam sebelum tidur selalu berkata bahwa besok pasti akan lebih baik, bu. Tidak usah khawatir. Dan jujur sangat sulit untuk menerima itu dengan peran seorang ibu yang disandang oleh Nyonya Byun. Tetapi ia selalu berharap bahwa kalimat yang selalu disampaikan Baekhyun setiap malam itu akan terwujud dengan segera.

 

"Hari ini ibu akan menemanimu." Nyonya Byun berdiri dari duduknya dan turut memasukkan barang-barang kedalam tas punggung Baekhyun.

"Apa yang ibu bicarakan? Tidak, bu. Sudah berapa kali aku katakan soal ini. Aku tidak mau ibu ikut terlibat. Aku tidak mau membawa keluarga kita dalam sengsara. Cukup aku yang merasakannya. Tenang saja bu, hari ini pasti akan ada kabar baik. Ibu tidak perlu cemas."

"Tapi ibu tidak bisa selalu berdiam diri di rumah dan melihatmu pulang dengan bahu yang bungkuk. Ibu tidak menginginkan itu lagi. Ibu tidak apa-apa berbagi penderitaan denganmu. Karena kau adalah anakku Baek. Ibu tidak akan bisa menahan ini lebih lama." Nyonya Byun kembali membujuk anak satu-satunya.

"Nenek membutuhkanmu disini, bu. Bukankah ibu lihat dia bahkan tidak sanggup untuk turun dari tempat tidurnya. Jagalah nenek selagi paman dan bibi pergi. Ini sudah benar."

Baekhyun sudah berubah menjadi seorang yang dewasa. Masalah yang dihadapinya mengasah mentalnya untuk berpikir lebih kritis dan tidak kekanak-kanakan lagi. Lalu, sama seperti hari-hari sebelumnya, Nyonya Byun hanya mampu melambaikan tangan di pintu dan tersenyum paksa dengan air mata berlinang menatap punggung anaknya. Mencari sebuah jalan untuk menyelamatkan orang-orang yang dicintainya.

" Baek kau tahu, negeri Rhun ini sangat lah luas. Bukan perkara mudah untuk menemukan seorang dokter yang tidak kau ketahui keberadaanya. Tapi pesanku hanya satu, ikuti saja kemana hatimu berjalan, kerena disana kau akan menemukan jalan keluar. Dan ingat satu hal lagi. Ibu tidak mau melihatmu pulang nanti dengan bahu yang bungkuk lagi. Kau mengerti?"

Baekhyun mengangguk. Diselingi senyum diantaranya.

***

"Kuharap ini tidak sia-sia. Aku sudah terlalu pusing untuk memikirkan ini semua." Chanyeol menghembuskan napas kuat. Kini mereka sudah berada di perbatasa hutan. Ada Sohyun dan Luhan. Kedua orang itu sejatinya juga mempunyai pemikiran yang sama dengan Chanyeol.

"Dan kuharap kita bisa menemukan Krystal di rumahnya." Sohyun menimpali.

"Ayo pergi" Luhan memimpin di depan. Sebuah langkah penuh harap yang di ayunkannya berharap semuanya akan terjawab secepatnya.

"Kalian yakin dia ada di dalam?" Sohyun agak sedikit ragu. Ini tidak seperti biasanya. Hutan terasa lebih hening dan mencekam. Begitupun rumah Krystal. Tidak ada asap yang keluar dari cerobong seperti biasa. Padahal udara cukup dingin hari ini.

"Kita tidak akan tahu kalau tidak melihatnya." Luhan mengambil langkah duluan dan mengetuk pintu kayu berukir itu.

"Krystal! Apa kau di dalam?"

Hening. Tidak ada jawaban.

"Krystal! Ini aku Sohyun dan yang lainnya" Gadis perempuan itu ikut mengetuk. Namun tetap sama. Tidak ada tanda-tanda seseorang ada di rumah.

"Apa dia pergi?" Chanyeol memandang sekeliling. Ini benar-benar terasa berbeda. Seolah hewan-hewan pun disuruh bungkam.

"Perasaanku tidak enak." Tambah anak laki-laki itu.

"Kurasa dia pergi." Balas Luhan.

"Kalian harus lihat ini!" Tiba-tiba Sohyun berseru. Ia tampak mengintip dari jendela kaca di sisi lain rumah itu.

"Ada apa?" Luhan dan Chanyeol datang beberapa saat kemudian.

"Kurasa ada yang tidak beres. Kita harus memeriksanya." Sohyun beranjak dan kembali berjalan menuju pintu depan. Anak perempuan itu mencoba memutar kenop pintu. Dan benar saja, pintunya tidak terkunci."Apa yang kau-" Ucapan Chanyeol terputus begitu saja begitu ia melihat keadaan di hadapannya.

"Kekacauan apa ini?" Luhan menyahut setelahnya.

Rumah Krystal tampak seperti baru saja di jarah oleh para perompak. Sangat berantakan. Piring dan keramik jatuh berserakan di lantai. Kursi kayu di dekat cerobong asap patah. Beberapa makanan jatuh berserakan di lantai dapur. Dan yang membuat kecemasan mereka semakin meningkat adalah ada tetesan darah di lantai.

"Ini sudah pasti ada yang tidak beres."

"Menurut kalian Krys-"

"Ssstt... ada seseorang di luar" Luhan buru-buru membekap mulut Chanyeol begitu ia mendengar ada suara berisik dari luar.

Sohyun yang berada paling dekat dengan jendela, berusaha mengintip dari celah yang menurutnya tidak begitu mencurigakan. Dengan pandangan yang minim ia mencoba menajamkan penglihatannya berusaha melihat sesuatu apa yang membuat berisik di luar.

"Kau melihat sesuatu?" Chanyeol berbisik pelan. Anak laki-laki itu berjongkok di dekat Sohyun. Tampak sedikit cemas.

Pada awalnya Sohyun tidak menjawab. Namun beberapa saat kemudian ia berdiri dengan cepat dan berseru. "Oh tidak! Krystal, cepat tolong Krystal di luar!"

Luhan yang berada paling dekat dengan pintu langsung meloncat keluar dan menghampiri gadis berambut merah itu. Di susul oleh Chanyeol dan Sohyun.

"Oh tidak! Apa yang terjadi kepadamu? Lihatlah, lukanya sangat banyak." Sohyun langsung berseru sesaat seketika ia sampai di luar. "Yeol, Lu, ayo bawa dia masuk."

Sohyun beranjak terlebih dahulu. Ia membereskan kekacauan yang mengisi ruang tengah. Mengosongkan kursi sehingga Krystal bisa berbaring di sana.

"Darahnya sangat banyak." Sohyun menatap lengan atas Krystal yang menurutnya mendapat luka yang paling parah.

"Yeol tolong aku untuk mengambil air dan kain atau apa pun itu yang bisa digunakan untuk membalut luka ini."

"Aku akan membantu mencarikan kain." Luhan berinisiatif berdiri dan masuk ke satu-satunya kamar di rumah itu dan mencari apapun yang bisa digunakan untuk membalut lukanya.

"Krystal, kau masih bisa mendengarku? Bertahanlah, kami akan menyelamatkanmu. Tetaplah terjaga."

Sohyun terus mengajak Krystal berbicara. Ini ia lakukan agar Krystal tidak pingsan yang nantinya akan membuat keadaannya menjadi semakin lemah.

Beberapa saat kemudian Chanyeol datang dengan sepanci air dan tak lama setelah itu Luhan juga datang dengan sebuah baju kaos putih di tangannya.

"Krystal, tahanlah sakitnya sebentar karena aku akan membersihkan lukamu."

Bagi Krystal untuk membuka mulut saat ini sangatlah susah untuknya. Dan akhirnya anak perempuan itu hanya menganggukkan kepalanya pelan.

***

Senja datang begitu cepat. Entah kenapa terasa seperti ada yang mengendalikannya. Chanyeol menghela napas sembari menatap keluar jendela. Beberapa saat kemudian ia berbalik dan menatap Luhan dan Sohyun yang masih betah duduk menemani Krystal di ruang tengah.

"Apa kita tidak pulang?"

Sohyun menoleh cepat. " Dengan keadaan Krystal seperti ini kau masih memikirkan untuk pulang?"

"Tidak, bukan itu maksudku. Maafkan aku."

"Kalian pulang lah. Aku sudah tidak apa-apa." Krystal tiba-tiba berujar.

"Tidak, kami tidak akan meninggalkanmu sendirian disini." Sohyun menjawab dengan cepat.

"Dengan keadaanmu seperti ini kami tidak tenang untuk meninggalkanmu." Luhan melanjutkan. "Se-sebenarnya apa yang terjadi kepadamu?" Cukup lama terdiam sampai akhirnya Luhan melontarkan pertanyaan yang hendak ditanyakannya dari tadi. Sebenarnya bukan hanya dia, namun Sohyun dan Chanyeol sepertinya mempunyai pemikiran yang sama.

“Jika kau tidak keberatan bercerita.” Tambah Luhan di akhir ucapannya.

Krystal menghela napas berat. Ia memejamkan matanya sejenak lalu mencoba bangkit untuk duduk. Untuk saat ini badannya sudah tidak terasa sesakit sebelumnya. Lalu menit selanjutnya berubah menjadi sebuah penuturan rahasia yang selama ini terbungkus begitu rapi.

“Aku bertemu Jongin.”

Satu kalimat itu, hanya satu kalimat itu yang disampaikan gadis berambut merah dihadapan mereka setidaknya membuat ketiga kawan manusia itu terengah beberapa saat. Selain kabar tentang Baekhyun, informasi tentang Jongin menjadi salah satu list teratas dari pencarian informasi oleh mereka. Lalu saat Krystal berujar dengan kalimat pertamanya yang seperti itu, seolah ada seberkas cahaya yang menusuk mata mereka di saat kegelapan mengisinya.

“Dimana kau bertemu dengannya?”Luhan lah yang pertama kali menanggapi.

“Disini. Di depan halaman rumahku. Aku tidak sengaja melihatnya berjalan mengendap-endap di antara pepohonan. Tujuan awalku sebenarnya hanyalah untuk menemui seseorang di bukit belakang istana Bogles, tapi melihat gelagat yang aneh dari Jongin aku memutuskan untuk mengikutinya. Sampai suatu waktu tiba-tiba saja aku melihatnya menghilang. Kupikir dia menggunakan kekuatannya dan berteleportasi ke tempat yang hendak ia tuju. Tapi ternyata dugaanku salah. Tiba-tiba saja ia sudah berada dibelakangku dan membekap mulutku.”

“Apa? Kenapa Jongin melakukan itu?” Chanyeol akhirnya membuka suara.

Krystal menggeleng. “Dia menyerangku. Dan aku mencoba melawan. Lalu saat kami bertengkar hebat, sesuatu jatuh dari tas yang disandangnya. Dan itu adalah sebuah buku. Buku rahasia yang seharusnya disipan di perpustakaan Zeus. Tapi aku melihatnya, aku melihatnya terjatuh dari tas Jongin. Dan sewaktu itu ia tampak sangat panik dan bergegas hendak mengambilnya. Namun, karena posisiku lebih dekat dengan buku itu, maka akulah yang berhasil mengambilnya terlebih dahulu. Dan setelah itu, semua menjadi tambah kacau. Jongin begitu marah dan aku belum pernah melihatnya seperti itu. Aku berusaha untuk kabur dan kembali ke rumah. Namun untung baginya mempunyai kekuatan yang sangat berguna. Ia mengepungku di rumahku sendiri. Ia kembali menyerangku dan berusaha mengambil buku itu. Dan-dan ia berhasil. Aku terlalu lemah untuk melawan.”

“Kenapa Jongin tega melakukan itu kepada saudaranya sendiri?” Chanyeol kembali berujar.

Krystal mengangkat kepalanya cepat. Menoleh dengan tatapan heran kepada Chanyeol. “Siapa yang mengatakan kami adalah saudara?”

Dan semunya kembali terhenyak untuk yang kedua kalinya.

“Jadi kau dan Jongin bukanlah saudara? Kalian tidak- Oh Tuhan! Lelucon apa lagi kali ini yang kau buat Kim Jongin?” Chanyeol tampak sangat frustasi.

“Jadi apa yang Baekhyun katakan terbukti benar. Jongin adalah salah satu bawahan Bogles.” Sohyun menarik sebuah kesimpulan awal.

“Ku pikir Jongin adalah seorang manusia sama seperti kalian?” Krystal kembali berujar.

“Kenapa kau berpikir demikian?” Luhan bertanya.

“Karena dia yang mengatakan kepadaku. Jongin sering sekali menemuiku hanya sekedar untuk mengetahui keadaan Kyungsoo. Waktu itu aku sempat bertanya, siapa dia sebenarnya. Karena menurutku Jongin tampak sedikit berbeda dari kalian. Maksudku, ia terlampau rajin menanyai Kyungsoo. Dan ia mengatakan bahwa ia adalah seorang manusia yang sama seperti kalian. Dan aku percaya begitu saja karena kupikir Jongin memang sering bersama kalian dan dia juga bersekolah di Zeus.” Jelas Krystal.

“Tapi Jongin mengatakan kepada kami bahwa ia adalah saudaramu. Dia mengatakan bahwa kalian adalah seorang anak keturunan manusia dan peri. Kalian tidak seharusnya terlahir di negeri ini. Kalian hidup terpisah adalah untuk menghindari orang-orang jika ada yang mengetahui keberadaan kalian.  Karena jika kalian tertangkap,  maka sesuai peraturan, kalian akan dibunuh. Dia bilang begitu kepada kami.” Luhan tampak benar-benar kecewa.

“Permainan apa yang sedang dimainkannya sekarang? Aku bukan siapa-siapa dari Kim Jongin. Aku adalah seorang peri. Aku adalah seorang peri penjaga.”

“Tapi professor Dorado bilang bahwa tidak ada yang namanya penjaga di hutan Eve.” Chanyeol tiba-tiba menimpali.

“Kau yakin orang itu berada di pihak yang sama denganmu? Aku meragukan itu Yeol.” Krystal menjawab dengan yakin.

Sesaat mereka semua terdiam.

“Jadi-kesimpulannya adalah Jongin telah berkhianat. Dia telah menipu kita selama ini. Dialah yang mencuri buku rahasia di rumah Tuan Do dan juga di perpustakaan Zeus. Dan dia adalah anak buah kaum Bogles, yang artinya mulai sekarang dia adalah musuh kita.” Sohyun menuntaskan.

“Kurasa ini akan berakhir buruk. Apa Kyungsoo tahu tentang ini?”

Krystal menggeleng. “Sebenarnya selama ini aku mempunyai seseorang yang memberiku semua informasi tentang Kyungsoo. Mungkin kalian berpikir, dari mana aku mendapatkan semua informasi itu. Ada seseorang yang bekerja di istana Bogles. Dia adalah seorang temanku. Kami saling mengenal karena aku mengenal Sadron dan Sadron adalah pamannya. Kalian tahu bahwa Sadron adalah wali Kyungsoo. Saat hendak menjemput Kyungsoo ke Eryd, Sadron ditangkap oleh Bogles dan diancam akan dibunuh. Lalu Zee, yang merupakan keponakannya menyerahkan diri sepenuhnya kepada Venos untuk menyelamatkan Pamannya. Zee tidak ingin Sadron dibunuh. Karena Sadron adalah satu-satunya keluarga yang dimilikinya, maka dia mengabdikan diri kepada kaum Bogles itu. Tapi, di lain sisi, gadis itu tidak sepenuhnya ingin menyerah begitu saja. Setiap beberapa hari sekalia akan keluar untuk memesan keperluan istana dan saat itulah aku bertemu dengannya. Ia menceritakan semuanya tentang Kyungsoo dan apapun itu yang ia lihat di istana. Semua ia lakukan hanya untuk membebaskan Sadron. Tetapi tadi sewaktu aku hendak bertemu dengannya aku melihat Jongin dan ini pun terjadi. Entah kenapa aku merasa ada yang tidak beres. Aku harus menemui Zee.”

“Kupikir, jangan untuk saat ini. Kau harus memulihkan tenagamu dahulu.” Ujar Sohyun.

“Tapi, aku merasa ada yang tidak beres. Ada sesuatu yang salah disini.” Balas Krystal.

“Memang ada yang salah. Semua ini telah salah dari awal. Kim Jongin. Aaaahh, kukira dia benar-benar sahabat kita.” Chanyeol tampak terpukul.

“Malam ini kami akan menemanimu. Jika tenagamu pulih, besok kita akan pergi ke istana Bogles dan menemui temanmu itu. Semoga saja kita tidak ketahuan. Kuharap kalian setuju.” Luhan memberi usulan. Dan yang lain tampaknya munurut saja karena tidak mempunyai ide yang lebih baik dari yang disampaikan Luhan.

***

 

Selamat siang semuanya.

Aku balik lagi, seneng akhirnya bisa update. Maaf ya aku baru bisa update sekarang. Soalnya aku harus ngetik ulang chapter ini dari awal lagi karena hp aku hilang. Sementara semua data-datanya disana dan belum aku pindahin ke laptop. Sedih :( Dan maaf klau chap ini tambah ga jelas.

Tapi ga apa apa, yang penting sekarang chap 15 nya udah di update. Semoga masih pada ingat ya ceritanya. buat yang udah lupa, sok di baca lagi chap sebelumnya. hehehe...

Makasih semuanya :D

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
kyungsoosaid #1
Chapter 16: halo, ini komentar pertama aku sejak membuat akun - kemarin.

tidak bisa berkata apapun, ini luar biasa. kyungsoo disini, sosok yg aku idamkan. apalagi ada krystal - aku kyungstal ship. walaupun kisah kyungsoo dgn dunia nya, teman temannya, elf, bogles jauuuuuh lebih menarik. ya, aku sudah menunggu ff ini lama , dan akhirnya chapter 16 muncul! aku harap ff ini brakhir dgn luar biasa bahagia, <3
lulubaekkie
#2
Chapter 16: Iya Thor, aku sample lumutan nungguinnya:'( haha~ oke ditunggu endingnya~ penasaran gimana perangnya >.< hwaiting thornim!~
DOut29 #3
Chapter 15: Ah chapter semalam baru saya bilang konspirasi penghianatannya kurang, eh~ Udah nongol aja yg bikin greget, Kim Jongin!!! Who the hell are you?! DX
Seriusan deh bc ini ff makin lama makin penasaran, dibuat ga bisa sembarangan nebak, salah mulu sih tebakan saya soalnya wkwkwk XD
Tptptptp kenapa Jongin berkhianat?! Aduhhh~ Please buruan di update lg yaaa
DOut29 #4
Chapter 14: Saya baru nemu FF ini dan... Wow~ Semangat ngebut bacanya sampe part 14 >o<
Bagus bgd mbak~ ♥♥♥
Saya bisa ngerasa feel harry potter digabungi je Frodo, terus sedikit2 sentuhan twilight di FF ini XD
Menurut saya yg agak kurang ni ya mbak -menurut saya loh - Konflik batin si D.O sama Konspirasi penghianatannya kurang jleb! maksudnya kurang kuat mbak, tp overall udah bagus bgd kok :D
Jarang2 bisa konsumsi fantasy model beginian~ XD
Ayo semangat di update ya mbak, meh waiting for the next chapter~! ♥♥♥
lulubaekkie
#5
Chapter 14: authorniiim! astagaaa pinter bgt sih bikin ending disetiap chapter! bikin reader pengen langsung mencet 'next' karena sangking penasarannya. maap juga baru komen di last chap gara gara aku keasikam baca-_-v ffnya super daebak thor! bisa difilmin gak?:( hehe. lanjut ya thor, duh gabiaa ngomong sangking terkesima sama ff ini:') hwaiting ne~
dyofanz #6
Chapter 14: huaa jadi jongin yg berkhianat. siapa yg Benet? ;_;
nextt
immafans #7
Chapter 14: Haii. Aku bisa ngerasain feel film2 besar disini. No prob sih, malah jadi tau mau bayangi apa. Aku suka perpotongan dari scene satu ke scene lainnya itu pas bangeeet. Aaaaa kamu makan apa sih bisa bilin ff macem gini ;-; semangat unt chapter selanjutnya ya :D muahmuah
indahdo
#8
Chapter 13: yeay akhirnya update :)

gregetan bacanya, itu suratnya baek isinya apaan coba, trus kenapa dia ngilang gitu aja??
jongin bisa ngak tuh ambil bukunya, ternyata kyungsoo punya kelemahan juga. Kayaknya bakalan tambah seru buat chapter depan, ditunggu ya author-nim updatenya,
semangat...!!!

hwaiting^^
dyofanz #9
Chapter 13: huaa dyo punya kelemahan. duh makin greget. next chapter soon yaa
dyofanz #10
Chapter 12: gaksabar untuk kelanjutannya. beneran. Surat dari baek isinya apa, nyx kemana. NEXT CHAPTER PLS