Chapter 6

Otsondor

Eryd, 16 tahun yang lalu.

Seorang pria berjubah putih berjalan dengan tergesa-gesa menuju halaman rumah keluarga Do. Pria dengan wajah pucat itu lantas mengetuk pintu kediaman keluarga Do sambil terus menenangkan seorang bayi yang ada di dalam gendongannya. Bayi itu terus menangis sejak tadi. Ia mempuyai rambut hitam kelam. Bibirnya merah pucat dan kecil, di lehernya terpasang sebuah kalung dengan mainan berbentuk lingkaran dengan ukiran yang sedikit aneh.

Sang pria berjubah tampak waspada. Tak jarang ia melirik ke arah kiri dan kanan sekedar memastikan tidak ada yang mengikutinya.

Beberapa saat kemudian pintu terbuka dan menampakkan sosok tuan Do yang mengenakan piyama berwarna biru kelam.

“Penasehat Do, maaf mengganggu waktu tidur anda.” Seseorang berjubah itu tampak sedikit membungkuk menaruh hormat.

“Sadron! Masuklah!” Tuan Do membukakan pintunya lebih lebar dan mempersilahkan sosok berjubah yang dipanggilnya Sadron masuk ke rumahnya.

Sadron memilih duduk di dekat perapian.

“Apa yang terjadi? ” Tuan Do duduk tepat dihadapan Sadron.

“Para Elf akhirnya berperang. Aku tidak tahu kenapa itu bisa terjadi. Namun yang pasti kaum kami dalam bahaya. Pasukan Bogles -peri iblis- tiba-tiba menyerang para Elves. Mereka ingin kami untuk bersekongkol dengan mereka untuk menyerang kalian para edan –sebutan manusia oleh kaum elf-“

“Kenapa para Bogles ingin menyerang para manusia?”

“Mereka merasa terancam dengan takluknya negeri Numen oleh para Edan. Para Edan yang serakah terus memperluas wilayah kekuasaan mereka dan kaum kami mulai terganggung. Kami para Elves sudah berusaha membicarakan masalah ini dengan pimpinan Bogles, namun mereka sudah tidak mau bersabar. Lalu mereka tiba-tiba menyerang kami dan memaksa untuk bergabung dengan mereka untuk melakukan penyerangan kepada para Edan” Sadron memperbaiki posisi duduknya

“Sadron aku benar-benar tidak paham dengan yang kau katakan. Bagaimana mungkin ini terjadi. Departemen keamanan telah menyepakati pembagian wilayah dengan kaum Elf dan tidak ada yang namanya perebutan wilayah.”

“Penasehat Do, bukankah sudah kukatakan, para Edan yang serakah dan haus kekuasaanlah yang melakukannya. Kalian para Edan yang mengikuti peraturan telah dikhianati.”

Tuan Do tampak gusar. Ia memijit kepalanya. Sebagai salah seorang penasehat departemen keamanan ia turut andil dalam masalah ini.

“Penasehat Do, kedatangan saya  kesini adalah untuk menitipkan anak ini kepada anda.”

Tuan Do mengangkat kepalanya lantas menatap bayi mungil yang sudah tidur terlelap di gendongan Sadron.

Siapa dia? Apa kata istriku nanti. Ia juga sedang mengandung, aku tidak bisa menerima anak ini Sadron.”

“Penasehat Do, anak ini bukanlah seorang anak yang biasa. Ia adalah seorang Eru. Takdirnya adalah untuk menjadi dewa para peri.”

“Kemana orangtuanya sehingga kau menyruhku untuk mengasuhnya?”

“Ibunya dibunuh oleh Rauko, pemimpin kaum Bogles. Melui dibunuh setelah ia berhasil menyembunyikan anaknya di hutan Eve. Melui berpesan kepadaku untuk membawa anaknya kepada seorang Edan di negeri Eryd. Dan ia menyebut nama anda penasehat Do. Ia mengatakan anda adalah orang yang sangat dipercayainya. Bahkan lebih dari suaminya yang berasal dari kaum Bogles itu. Anda diminta untuk merawat anak ini.”

Tuan Do terdiam. Menatap anak dalam gendongan Sadron fokus. Inikah anak Melui? Seorang wanita yang dulu dicintainya. Kenapa Melui menitipkan anak ini kepadanya? Bukankah dirinya telah menyakiti hati wanita itu? Kenapa Melui masih percaya kepadanya?

“Aku tidak bisa Sadron. Kami berbeda. Aku manusia sedangkan dia peri. Istriku juga belum tentu menyetujui.”

Tuan Do mengakui bahwa dirinya dan Melui dahulu sangat dekat. Bahkan lebih dari sekedar kawan. Tetapi itu sudah dahulu sekali. Cerita lama semasa mereka remaja. Saat mengetahui Melui adalah seorang peri, Tuan Do dengan berat hati harus memutuskan hubungan mereka. Dirinya tidak mau mengambil resiko. Perkawinan antara seorang manusia dan seorang peri dilarang dalam undang-undang negerinya. Dan sejak saat itu mereka sudah mulai jarang berhubungan. Sampai suatu ketika, Tuan Do mendapat kabar bahwa Melui telah menikah dengan seorang peri dari kaum Bogles.  Dan setelah itu, Tuan Do memutuskan untuk memulai hidup baru. Ia mencoba untuk melupakan Melui, cinta masa lalunya dan mencari seseorang yang sama dengannya.

“Kumohon Penasehat Do. Anak ini sangat berharga. Kelak ia akan menjadi pemimpin kaum Elf. Jika ia ditemukan oleh para Bogles maka kaum kami akan hancur begitupun para Edan.  Saya beritahu anda satu hal penasehat Do, Eru hanya akan muncul selama seratus tahun sekali. Mereka dipilih oleh Eru terdahulu dengan sangat banyak pertimbangan. Dan seseorang yang bisa menjadi seorang Eru bukanlah orang sembarangan. Anak ini punya kekuatan yang dahsyat. Ia kuat. Terlampu kuat. Maka dari itu kami para Elves tidak mau anak ini jatuh ketangan yang salah. Ditambah lagi didalam tubuhnya mengalir darah Bogles. Ayahnya adalah seorang Bogles. Bagaimanapun itu kami tidak dapat memungkiri kalau didalam jiwanya tertanam kejahatan.  Anak ini kelak bisa saja menjadi seorang pemimpin yang jahat dan kejam seperti kaum Bogles. Maka dari itu, kekuatan jahatnya tidak boleh terbangun di dalam dirinya. Karena jika itu terjadi, para elf  akan kacau balau. Didiklah ia dengan kasih sayang dan kebaikan. Dengan begitu perlahan kekuatan jahat itu akan menghilang. Penasehat Do, saya mohon. Saya tidak bisa berlama-lama disini. Saya harus mengungsikan para Elves yang masih selamat ke hutan Eve.”

“Tapi Sadron...”

“Anak ini bernama Dyo. Tapi mulai saat ini sampai kemudian namai anak ini dengan nama keluarga anda. Rahasiakan ini dari semua orang. Biarkan hanya anda dan istri anda yang mengetahui latarbelakangnya. Dan yang terpenting adalah rahasiakan ini dari Dyo. Rahasiakan kalau ia adalah seorang Eru. Dan jika waktunya nanti telah tiba saya akan memberitahu anda untuk mengungkapkan kepada anak ini siapa dia sebenarnya. Maaf saya tidak bisa memberitahu anda alasanya.  Karena Melui berpesan begitu.”

Tuan Do terdiam.

“Sekali lagi maaf merepotkan anda penasehat Do. Saya harus pergi sekarang dan jika nanti waktunya telah tiba saya akan kembali dan menjemput Dyo. Selamat Malam”

Tiba-tiba saja makhluk dari kaum elves itu menghilang di balik pintu kediaman Tuan Do.

Tuan Do menghela napas berat lantas menatap seorang bayi yang ada di dalam gendongannya. Ia hanya sedang berpikir, apa yang akan dihadapi anak malang ini dikemudian hari?

~~~

Do  Sohyun merenggut kesal. Ia meletakkan sendok buburnya ke atas meja makan dengan keras. Sehingga membuat bunyi prang mengisi kekosongan ruang makan keluarga Do. Pagi itu ia menghabiskan sarapannya sendirian. Ayahnya telah kembali ke Enidh untuk melanjutkan pekerjaan. Sementara ibunya telah berangkat kerja pagi-pagi sekali, bahkan sebelum dirinya bangun. Dan Kyungsoo sampai saat ini tampaknya masih belum beranjak dari tempat tidurnya.

Sohyun menggeram pelan sambil menatap jam tangannya. “Oh ayolah Kyungsoo, sudah pukul tujuh dan anak itu masih tidur. Apa yang ada di dalam kepalanya? Apa ia tidak pergi ke sekolah hari ini?”

Anak perempuan berambut merah itu melangkah dengan sangat terpaksa menuju kamar Kyungsoo. Ini sudah menjadi rutinitas paginya akhir-akhir ini. Entah kenapa Kyungsoo menjadi sering bangun terlambat. Ia pun tidak tahu.

Pintu kamar Kyungsoo berdecit ketika Sohyun mendorongnya. Pastilah ayahnya lupa memberi minyak pada engsel pintu kamar Kyungsoo kemarin siang.

“Sampai kapan ka-“

Sohyun seketika menghentikan ucapannya. Kemana Kyungsoo? Anak perempuan itu mendapati ranjang saudaranya telah kosong. Dengan selimut dan sprei yang berantakan.

“Kyungsoo kau di dalam?”

Sohyun mengetuk pintu kamar mandi namun tidak ada sahutan dari dalam. Ia pun membukanya dan Kyungsoo tidak ada didalam.

Sohyun kembali mengamati keadaan kamar Kyungsoo. Dan sesaat kemudian matanya terfokus kepada jendela yang terbuka lebar dengan gorden yang melambai-lambai tertiup angin.

“Oh tidak!” seru gadis itu lantas berlari keluar kamar.

~~~

Mata Baekhyun sedari tadi tidak berhenti mengamati sosok Kyungsoo yang duduk disampingnya. Lagi. Kejutan di pagi hari. Baekhyun kaget bukan main saat melihat Kyungsoo memasuki kelas dengan kepala tertunduk dan jaket berhoodi yang menutupi kepalanya. Baekhyun menangkap sekilas ada luka di wajah Kyungsoo. Sudut bibirnya membiru dan ada darah membeku di pelipis kananya. Jalannya pun terkesan sedikit dipaksakan. Ia tampak menyeret kaki kirinya.

Jongin, Chanyeol dan Luhan tidak membuka suara semenjak tadi. Mereka sibuk dengan pikiran masing masing.

“Ada apa denganmu?” Baekhyun berbisik pelan di dekat telinga Kyungsoo.

Tidak ada reaksi. Kyungsoo masih menenggelamkan wajahnya di meja. Sebisa mungkin hari ini ia menghindari pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut dirinya.

“Soo kenapa kau sampai terluka?”

Baekhyun meremas pelan bahu Kyungsoo, membuat anak laki-laki itu meringis tertahan.

“Oooh maafkan aku.”

“Apa kau bertengkar dengan seseorang?” Baekhyun kembali bertanya. Dan tetap tidak ada jawaban dari Kyungsoo.

“Soo, kau baik-baik saja?” Kembali Baekhyun mengusik Kyungsoo yang sedari tadi berusaha untuk diam tidak menggubris pertanyaan Baekhyun.

“Apa yang terja-“

“BERHENTI MENANYAIKU BYUN BAEKHYUN!”

Kyungsoo berteriak dan membuat seisi kelas memandang kearahnya. Tak disangka ia mencengkram kerah seragam Baekhyun. Menatap tajam teman satu mejanya itu. Sesaat Baekhyun diselimuti rasa takut yang sangat. Ia melihat ada seberkas kilatan warna merah di mata Kyungsoo yang sampai kini tidak melepas fokus dari matanya.

Kyungsoo melepas cengkramannya dari Baekhyun lantas berjalan keluar kelas. Diiringi pandangan penuh tanya dari murid satu kelas. Semuanya tidak ada yang mampu berbicara.

Bakhyun merapikan kembali kerah bajunya lantas memandang ketiga kawannya dengan tidak percaya.

“Aku sangat yakin itu bukan Kyungsoo”

~~~

Jongin menaiki anak tangga terakhir dan berjalan menyusuri lorong lantai dua bangunan Zeus. Sesaat kemudian ia berhenti tepat didepan sebuah kelas dengan papan bertuliskan “Ruang Ramuan” di atas pintu. Jongin sedikit mengintip di kaca yang terdapat pada pintu dan mencari-cari sosok anak perempuan berambut merah.

“Oh!” Jongin berseru kaget saat tiba-tiba pintu kayu itu terbuka dan segerombolan siswa berhamburan keluar. Jongin melangkah mundur sambil ditatapi heran oleh siswa tingkat satu.

“Jongin?”

Jongin beralih pandang ke sumber suara. Dilihatnya anak perempuan berambut merah tengah menatapnya heran.

“Sohyun” Jongin menghampiri adik perempuan Kyungsoo itu.

“Ya?”

“Hmm a-apa kau ada kelas setelah ini?”

Sohyun terdiam sejenak. Menerka-nerka dari raut wajah Jongin. Lantas kemudian ia menggeleng. “Tidak, ini kelas terakhirku hari ini. Kenapa?”

“Ada yang ingin kutanyakan kepadamu.”

Sohyun  memandang Jongin penasaran. “Apa itu?”

“Tidak disini.”

~~~

Angin musim gugur yang dingin menerpa wajah pucat Sohyun. Ia kembali mengeratkan jaket tebal yang dipakainya. Segelas coklat hangat berada di genggamannya. Asapnya menggepul ke udara. Di sebelah gadis itu ada Jongin yang juga memegang segelas . Mereka duduk di bangku penonton stadion sepak bola Zeus.

“Kenapa membawaku ke lapangan sepak bola? Apa Luhan bermain sepak bola hari ini?”

Jongin tertawa ringan. Ia tahu bahwa sejak dulu Soohyun mengagumi Luhan. Anak itu tidak akan absen melihat Luhan bertanding.

“Jika itu aku yang bermain apa kau masih tetap datang menonton?”

Dengan lekas Sohyun memandang Jongin tajam. “Tidak untukmu Jongin.”

Jongin kembali tertawa.

“Apa yang ingin kau tanyakan sehingga membawaku ke tempat tak berorang ini?” Sohyun memandang ke lapangan hijau yang tak berpenghuni dedepannya.

Jongin menghela napas berat. “Sebelumnya maaf kalau aku menganggu waktumu.”

“Tidak usah berbasa-basi, aku tidak suka.” Sohyun sedikit protes.

“Baiklah-baiklah. Ini tentang Kyungsoo.”

Jongin dapat melihat dengan jelas perubahan wajah Sohyun. Mata Sohyun yang pada awalnya berpendar ceria seketika berubah menjadi sorot ketakutan.

“A-apa yang ingin kau tanyakan?” Sohyun tampak gugup.

“Tadi pagi aku melihatnya babak belur dengan luka dan memar  yang memenuhi wajahnya. Kau tahu apa yang terjadi? Apa dia berkelahi dengan seseorang?”

Sohyun terdiam sangat lama sebelum memutuskan membuka suara. “A-aku tidak tahu. Saat ku tanya ia tidak mau bercerita.”

Jongin menghela napas berat. Ini benar-benar sulit. “Apa kau sering melihat Kyungsoo bertingkah aneh akhir-akhir ini?”

Sohyun memandang Jongin. “Aku tidak yakin, t-tapi aku sering mendengar ia berbicara dengan seseorang di kamarnya pada tengah malam.  Saat aku pergi ke kamarnya tiba-tiba saja ia tidak ada di kamar. Dengan jendela kamar yang terbuka.  Aku tidak tahu ia pergi kemana. Namun saat pagi aku selalu menemukannya tertidur di halaman belakang dengan baju yang kotor . Dan terkadang dengan luka dan memar ditubuhnya.”

“Apa itu yang terjadi pada Kyungsoo pagi tadi?”

Sohyun mengangguk dengan ragu.

“Tapi tadi pagi ia tampak berbeda.”

Ucapan Sohyun yang tiba-tiba itu mengalihkan fokus  Jongin dari gelas cappucino yang dipegangnya.

“Kyungsoo tampak bukan seperti dia yang biasa. Saat aku membangunkannya di halaman belakang ia hanya diam dan tak bicara sedikitpun. Bahkan saat hendak berangkat sekolah. ia bahkan tidak menyentuh sarapannya, padahal selama ini ia tidak pernah begitu. Jongin apa kau tahu sesuatu? Aku takut. Aku takut sesuatu yang buruk akan terjadi.”

Jongin memandang Sohyun dengan iba. Kemudian ia mengusap puncak kepala gadis itu. “Tenanglah, kita akan menyelidikinya. Kau tidak usah takut.”

~~~

“Hey kalian. Aku tidak tahu apa yang terjadi tapi Jongin menyuruh kalian menumuinya di pintu selatan.”

Suho menginterupsi Luhan Baekhyun dan Chanyeol yang saat itu tengah bermain ular tangga. Tak perlu bersikeras, mereka bertiga langsung bergerak dan meninggalkan permainan mereka yang kini berserakan dimeja. Suho hanya menggeleng heran.

“Jongin!”

Chanyeol berseru begitu melihat Jongin dan Soo Hyun yang tengah mengamati sesuatu di balik pintu. Mereka menoleh bersamaan dan mengkode supaya Chanyeol dan yang lainnya mendekat kepada mereka.

“Ada apa?” Luhan bertanya sambil ikut memandang keruangan di balik pintu. Didepannya ada Sohyun yang otomatis membuat gadis itu memerah.

“Tadi aku dan Sohyun melihat seseorang dengan gelagat aneh menuruni tangga ini dan Sohyun yakin orang itu adalah Kyungsoo.”

“Apa!”

“Sssttt kecilkan suaramu Baek”

“Apa yang dilakukannya? Dan aku baru tahu ada anak tangga didalam tembok.” Baekhyun mengamati pintu yang tampak sama seperti dinding dihadapannya.

“Begitupun aku. Dan ini pasti jalan rahasia. Ingat peta sekolah yang diperlihatkan Kyungsoo kepada kita? Aku berasumsi kalau ini adalah jalan dengan garis merah putus-puts itu.”

“Maksudmu ini adalah jalan rahasia menuju hutan Eve?” Luhan berbisik pelan.

Jongin mengangguk mantap.

“Aku tidak ikut. Sampaikan salamku kepada Kyungsoo” Baekhyun melangkah mundur namun Chanyeol buru-buru menariknya dan mengunci tubuh anak laki-laki yang lebih kecil darinya itu dengan tangannya.

”Kau tidak boleh kabur. Apa kau mau membiarkan Kyungsoo sendirian dalam bahaya?”

“Yeol! Dengarkan aku! Sampai kapanpun aku tidak akan memasuki hutan Eve. Hutan itu berbahaya dan aku tida-“

“Hey! Apa yang kalian lakukan? Cepat kembali ke atas!”

Baekhyun berteriak pelan kepada Luhan Jongin dan Sohyun yang ternyata telah melangkah menuruni anak tangga itu.

“Ayo Baek! Dan jangan memberontak” Dengan Baekhyun yang masih dalam kuasanya Chanyeol pun melangkah  menurui tangga. Tak lupa ia menutup pintu di atasnya.

“Gelap sekali”

Begitu komentar Sohyun saat menuruni anak tangga. Udara didalam sangat minim. Dan bau tanah liat sangat kuat menusuk hidung mereka.

“Baek  keluarkan cahayamu!” Jongin memerintah dari depan.

“Aku tidak mau! Kau tahu kita dilarang menggunakan kekuatan di sekolah? aku tidak mau alarm kebakaran itu berbunyi dan menggemparkan satu sekolah.” Baekhyun masih tampak kesal.

~~~

Seberkas cahaya menyilaukan penglihatan Jongin. Anak laki-laki itu menggeser kembali sebuah papan yang ada di atas kepalanya. Lantas kemudian menyeruaklah cahaya matahari kedalam lorong panjang yang mereka lewati. Jongin melompat keluar. Kemudian ia mengulurkan tangannya kepada Sohyun di bawah.

“Kita dimana?” Luhan bertanya. Ia menatap heran semak belukar yang terpampang jelas di hadapanya.

“Dimana pun kita sekarang, yang pasti kita telah keluar dari Zeus.” Semua memandang Jongin. Ia menunjuk tembok pembatas tinggi Zeus yang berada di belakang mereka. Bangunan Zeus tampak jelas dari sini. Dengan empat menara penjaga yang berdiri sesuai arah mata angin. “Dan itu menara selatan. Yang artinya kita berada di pintu masuk hutan Eve.” Jongin kembali berbalik dan menatap hutan kelam dan berkabut dihadapan mereka.

Semua terdiam. Tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Ratusan anak tangga yang mereka lewati ternyata membawa mereka ke tempat terlarang negeri Eryd.

Pantas saja udaranya minim. Kita menusuri tangga bawah tanah.” Chanyeol berkomentar. Dan Baekhyun masih dalam kuasanya.

“Oh, ibuku akan mengusirku kalau ia tahu hal ini.” Baekhyun membatin sendiri. Tampaknya masih belum rela menginjakkan kakinya di tanah hutan Eve.

“Hey, aku melihat sesuatu bergerak disana!” Tiba-tiba Sohyun berkomentar saraya menunjuk sebuah semak dekat pohon oak yang telah berlumut disebelah kiri mereka.

Semua fokus pada arah yang ditunjuk Sohyun.

“Kau pikir itu apa?” Chanyeol bertanya kepada siapa pun yang mendengarnya saat ini.

“Kurasa bukan sesuatu yang baik, Yeol. Bisa saja monster pemakan kaki atau troll atau ular berkepala tiga.” Baekhyun memberi kan jawaban.

Semak itu kembali bergerak. Dan tanpa disangka, Jongin berlari ke arah sana dan tiba-tiba menghilang dibalik semak itu.

“JONGIN!” Semua berteriak kaget.

“Bodoh! Apa yang dia lakukan? Apa dia gila?” Baekhyun kembali menggerutu.

“Apa Jongin baik-baik saja?” Sohyun tampak khawatir. Ia memainkan jari-jarinya gugup.

Semua terdiam. Suara angin mengisi kekosongan mereka. Tidak ada yang berani mengeluarkan suara pun beranjak dari tempat pijakan mereka. Dan Jongin masih belum kembali.

“Oh, lihat! Sesuatu bergerak lagi di sana.” Baekhyun menunjuk ke arah semak yang sama. Semua tampak waspada. Bersiap-siap menghadapi apapun yang akan muncul dari balik sana.

“Jongin?!” Luhan berseru.

 Jongin kembali. Dan raut wajahnya tampak serius.

“Kalian tidak akan percaya ini.”

~~~

Chapter 6 done!

Aku lagi senang banget. Tadi pagi waktu buka internet tiba-tiba ada foto teaser EXO

Ga sabar pengen cepet-cepet tanggal 15

O ya, makasih buat yang udah baca sampai chapter ini. Doa kan semoga aku bisa nyelesaiin cerita ini sampai tamat. Soalnya next chapter udah mau masuk ke konflik intinya.

Thank's for reading :)

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
kyungsoosaid #1
Chapter 16: halo, ini komentar pertama aku sejak membuat akun - kemarin.

tidak bisa berkata apapun, ini luar biasa. kyungsoo disini, sosok yg aku idamkan. apalagi ada krystal - aku kyungstal ship. walaupun kisah kyungsoo dgn dunia nya, teman temannya, elf, bogles jauuuuuh lebih menarik. ya, aku sudah menunggu ff ini lama , dan akhirnya chapter 16 muncul! aku harap ff ini brakhir dgn luar biasa bahagia, <3
lulubaekkie
#2
Chapter 16: Iya Thor, aku sample lumutan nungguinnya:'( haha~ oke ditunggu endingnya~ penasaran gimana perangnya >.< hwaiting thornim!~
DOut29 #3
Chapter 15: Ah chapter semalam baru saya bilang konspirasi penghianatannya kurang, eh~ Udah nongol aja yg bikin greget, Kim Jongin!!! Who the hell are you?! DX
Seriusan deh bc ini ff makin lama makin penasaran, dibuat ga bisa sembarangan nebak, salah mulu sih tebakan saya soalnya wkwkwk XD
Tptptptp kenapa Jongin berkhianat?! Aduhhh~ Please buruan di update lg yaaa
DOut29 #4
Chapter 14: Saya baru nemu FF ini dan... Wow~ Semangat ngebut bacanya sampe part 14 >o<
Bagus bgd mbak~ ♥♥♥
Saya bisa ngerasa feel harry potter digabungi je Frodo, terus sedikit2 sentuhan twilight di FF ini XD
Menurut saya yg agak kurang ni ya mbak -menurut saya loh - Konflik batin si D.O sama Konspirasi penghianatannya kurang jleb! maksudnya kurang kuat mbak, tp overall udah bagus bgd kok :D
Jarang2 bisa konsumsi fantasy model beginian~ XD
Ayo semangat di update ya mbak, meh waiting for the next chapter~! ♥♥♥
lulubaekkie
#5
Chapter 14: authorniiim! astagaaa pinter bgt sih bikin ending disetiap chapter! bikin reader pengen langsung mencet 'next' karena sangking penasarannya. maap juga baru komen di last chap gara gara aku keasikam baca-_-v ffnya super daebak thor! bisa difilmin gak?:( hehe. lanjut ya thor, duh gabiaa ngomong sangking terkesima sama ff ini:') hwaiting ne~
dyofanz #6
Chapter 14: huaa jadi jongin yg berkhianat. siapa yg Benet? ;_;
nextt
immafans #7
Chapter 14: Haii. Aku bisa ngerasain feel film2 besar disini. No prob sih, malah jadi tau mau bayangi apa. Aku suka perpotongan dari scene satu ke scene lainnya itu pas bangeeet. Aaaaa kamu makan apa sih bisa bilin ff macem gini ;-; semangat unt chapter selanjutnya ya :D muahmuah
indahdo
#8
Chapter 13: yeay akhirnya update :)

gregetan bacanya, itu suratnya baek isinya apaan coba, trus kenapa dia ngilang gitu aja??
jongin bisa ngak tuh ambil bukunya, ternyata kyungsoo punya kelemahan juga. Kayaknya bakalan tambah seru buat chapter depan, ditunggu ya author-nim updatenya,
semangat...!!!

hwaiting^^
dyofanz #9
Chapter 13: huaa dyo punya kelemahan. duh makin greget. next chapter soon yaa
dyofanz #10
Chapter 12: gaksabar untuk kelanjutannya. beneran. Surat dari baek isinya apa, nyx kemana. NEXT CHAPTER PLS