Chapter 3

Otsondor

“Kemana saja kau?”

“Kenapa tidak memberitahu kami?”

“Apa yang terjadi kepadamu?”

“Sohyun bilang kau sakit. Apa itu benar”

Kyungsoo pasrah. Sudah sepantasnya ia mendapat serangan pertanyaan dari teman-temannya. Tapi menurut Kyungsoo ini agak berlebihan. Ia hanya bolos satu hari dan menurut Kyungsoo itu bukanlah suatu hal yang perlu diperdebatkan.

“Kau tahu apa yang terjadi kemarin?”Kyungsoo sedikit tertarik dengan pertanyaan Baekhyun barusan.

“Untung kau tidak hadir kemarin.” Luhan menambahi.

Woooo ada apa ini. Kyungsoo bingung. Kenapa masalahnya menjadi berbelit-belit seperti ini?

“Tapi tetap saja kau masih dalam bahaya.” Jongin menuntaskan. Mereka semua kembali bersandar ke kursi mereka.

“Baiklah teman-teman, apa kalian sudah selesai menghakimiku?”

“Kami tidak menghakimimu Soo.” Kali ini Chanyeol yang berkomentar.

“Lalu kalian sebut apa kejadian barusan dengan tidak mengizinkanku memberikan pembelaan terhadap diriku. Biar kujelaskan semuanya. Mengerti. Jangan menyela.”

Kyungsoo merubah posisi duduknya menjadi sedikit lebih nyaman.

“Kemarin malam aku terlalu asik membaca buku aneh yang kutemukan di perpustakaan tempo hari. Apa kalian ingat? Aku membacanya sampai subuh. Lalu aku ketiduran sampai pagi. Begitu bangun aku merasakan kepalaku sakit, perutku sakit dan aku muntah. Jadi kuputuskan untuk tidak datang ke sekolah. Seharian aku tidur dan aku baru bangun sore harinya. Percayalah, badanku benar-benar terlalu lelah kemarin.”

Kyungsoo melipat tangannya di dada. Ia bersandar kepada kursinya.

“Kau tidak berbohong?” Baekhyun tampak kurang percaya.

“Tentu saja tidak. Untuk apa aku berbohong”

“Aku meragukan penjelasanmu Soo.” Baekhyun bersedekap. Menatap dalam ke arah Kyungsoo.

“Aku tidak memaksamu untuk percaya Baek.” Kyungsoo membuang muka. Tampak menghindari sesuatu.

‘Aku tidak yakin dengan alasannya’ Baekhyun berbisik pelan kepada Luhan disampingnya.

“Kau dalam bahaya tingkat dua.” Jongin memulai.

Kemudian Chanyeol melanjutkan dengan memberitahu Kyungsoo bahwa kemarin kepala sekolah mengumpulkan mereka di aula sepulang sekolah-tidak jadi saat istirahat siang karena menurut kabar yang di dengar Chanyeol kepala sekolah mengadakan rapat dadakan siang itu- Kepala sekolah meminta pengakuan dari semua siswa perihal buku yang hilang di perpustakaan. Siapapun yang mendengar ataupun melihatnya. Namun di tengah acara tiba-tiba saja kepala sekolah meninggalkan aula dan tidak kembali lagi setelah itu. Ada hal mendadak yang harus di urus kepala sekolah, itulah yang didengar Chanyeol dari kakak tingkatnya.

“Jadi kesimpulannya kau selamat untuk sementara. Apapun hal mendadak yang dihadiri oleh Profesor Dorado telah menyelamatkanmu. Tapi tidak sepenuhnya kau selamat Kyungsoo. Karena masih ada satu orang lagi yang tidak kita harapkan mengetahui masalah ini.” Jongin memelankan suaranya.

“Siapa?”

“Kris.” Ujar Baekhyun singkat.

“Apa?! B-bagaimana dia bisa tahu?” Kyungsoo mendesis lalu sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Baekhyun sehingga posisi mereka sangatlah dekat. Baekhyun bahkan bisa mencium dengan jelas aroma tubuh Kyungsoo yang khas. Seperti bau daun teh tetapi tidak terlalu kuat dan juga bau rumput. Mata Baekhyun sedikit teralih kepada sesuatu yang ada di leher Kyungsoo. Tampak kontras sekali dengan lehernya yang putih.

“Bagaimana Kris bisa tahu Baek?” Kyungsoo berbisik pelan. Namun Baekhyun terlalu penasaran dengan sesuatu yang ada di leher Kyungsoo sehingga ia tidak menanggapi pertanyaan Kyungsoo.

“Kyungsoo, kenapa dengan lehermu?”

Raut wajah Kyungsoo seketika berubah. Ia lantas buru-buru menaikkan kerah kemejanya. Namun percuma karena bekas seperti memar itu masih terlihat.

Semua terdiam dan menatap kearah Kyungsoo.

“Kyungsoo, kepala sekolah memanggilmu?” Tiba-tiba Suho datang memecah keheningan mereka.

Tanpa satu kata pun keluar dari mulutnya, Kyungsoo melangkah pergi.

“Kalian lihat, aku berani taruhan dia punya memar seperti cekikan di lehernya. Apa kalian masih percaya mengenai penjelasannya di awal tadi?” Baekhyun menggeleng-geleng heran.

~~~

Kyungsoo mendorong pintu besar ruang kepala sekolah.Dadanya sedikit berdegup saat memegang gagang pintu. Ia hanya teringat percakapan mereka tadi. Bagaimana kalau Prof. Dorado menanyakan perihal buku itu? apa yang harus dikatakannya?

“Oh, Kyungsoo... kemari nak, kemari”

Profesor Dorado langsung menyapanya begitu Kyungsoo membuka pintu. Ternyata kepala sekolah itu tidak sendirian di ruangannya.

Dad? Kau kah itu?” Mata Kyungsoo membulat begitu melihat sosok yang dikenalinya tengah duduk bersama prof. Dorado. “Kenapa tidak memberi kabar kalau dad akan pulang?” Kyungsoo yang masih kaget berjalan mendekat ke ayahnya.

“Duduklah!” Tuan Do menepuk kursi belundru di sebelahnya. Menyuruh Kyungsoo duduk.

Kyungsoo yang masih bingung duduk dengan ragu. “Ada apa ini?”

~~~

Siang itu Jongin makan siang bersama Luhan. Chanyeol menemai Baekhyun menjemput tugas mantranya di ruangan madam Loren, sementara Kyungsoo izin pulang lebih cepat.

“Kenapa Kyungsoo pulang lebih awal?” Luhan bertanya.

“Ayahnya pulang dan mereka berdua ada urusan. Kyungsoo bilang begitu kepadaku.” Jongin menjawab. Ia kembali menyisihkan mayonase yang ada di sandwichnya. Lag-lagi pria tua pemilik stand sandwich itu lupa untuk tidak menambahkannya pada milik jongin.

“Jongin, mengenai hal yang dikatakan Baekhyun tadi pagi. Apa itu benar seperti bekas cekikan?” Luhan berujar pelan. Takut orang lain mendengarnya.

Jongin menghentikan kunyahannya. Kemudian meneguk segelas jus  jeruk yang dipesannya. “Apa kau melihatnya dengan jelas?” Jongin balik bertanya.

“Aku tidak begitu yakin. Baekhyun lah yang paling dekat dengannya. Menurutmu apa itu ada hubungannya dengan buku yang di ambil Kyungsoo di perpustakaan tempo hari.”

“Maksudmu?” Jongin tampak serius.

“Aku hanya mengira. Kau dengar bukan penjelasan Kyungsoo di awal tadi. Ia tidak datang ke sekolah kemarin karena ia membaca buku itu sampai larut. Apa manurutmu yang Kyungsoo baca sampai ia tidak tidur. Setahuku ia bukanlah orang yang seperti itu.”

Jongin terdiam sejenak “Kau benar. Menurutmu ia menemukan sesuatu yang menarik dari buku itu? Dan dia tidak memberitahu kita?”

Luhan menggeleng. “Aku tidak tahu. Tapi menurutku apa pun yang dibacanya dari buku itu bukanlah sesuatu yang baik.”

“Kenapa?”

Luhan terdiam sejenak. Ia menatap Jongin serius. “Kau ingat saat Kyungsoo membuka lembar pertama buku itu, yang berisi sebaris tulisan dengan bahasa peri?”

Jongin mengangguk. “ Tulisan itu berisi peringatan.”

“Maksudmu? Jangan bilang kau tahu arti dari tulisan itu?”

Luhan mengangguk dan Jongin menelan ludah cemas.

Luhan mencondongkan tubuhnya mendekati Jongin dan berbisik pelan “ Pikir dua kali sebelum kau membukanya. Karena ini buku kutukan.

Jongin menghela napas berat. “Ini tidak benar” Ia memandang Luhan tidak percaya. “Kenapa kau tidak memberitahu Kyungsoo dari awal?”

“Waktu itu aku hanya tidak yakin dan aku tidak ingin membuat Kyungsoo kecewa. Ia tampak sangat bersemangat.”

“Kita harus memaksanya untuk mengembalikan buku itu secepatnya.”

Luhan mengangguk.

~~~

Kyungsoo tidak tahu alasan pasti kenapa ia di izinkan membeli senjata. Sepengetahuannya seseorang diperbolehkan untuk membeli senjata saat mereka telah lulus ujian tingkat tiga yang itu artinya masih satu tahun lagi untuk Kyungsoo. Namun hari ini kepala sekolah Dorado memberikan izin secara langsung kepadanya untuk membeli senjata. Bukankah itu sesuatu yang tidak biasa? Tapi lihat sisi positifnya Kyungsoo. Kau bisa memamerkannya kepada teman-temanmu. Dan itu keren.

Kyungsoo kembali fokus melangkah. Mengekori ayahnya menuju Dolen-sebuah toko yang mempunyai banyak rahasia di dalamnya. Toko senjata itu hanya berjarak beberapa blok dari sekolahnya. Dolen terletak diantara dua gedung tinggi yang mengapitnya sehingga membuat toko tua itu tampak sangat kecil.

Bel yang berada di pintu toko berdering begitu Kyungsoo dan ayahnya masuk ke dalam toko. Seumur hidupnya baru kali ini Kyungsoo memasuki toko senjata. Ternyata toko ini jauh dari deskripsi Baekhyun selama ini. Yang dilihat Kyungsoo hanyalah tumpukan besi tua dengan debu setebal satu senti. Baekhyun pasti bermimpi saat mengatakan toko senjata penuh dengan peralatan canggih dan mengkilap.

“Selamat siang, ada yang bisa saya bantu tuan?” seorang pria tua dengan janggut yang sudah memutih menyapa mereka.

“Selamat siang Brin!” Tuan Do menyapa si pria tua berjanggut.

“Oh, kau taHu namaku? Siapa gerangan dirimu?” Si pria tua bernama Brin memandang Tuan Do dengan lekat.

“Anda sudah lupa? Memang aku sudah sangat lama tidak kesini. Seingatku terakhir kali saat perang di negeri Numen.”

“Perang di Numen? Biar kuingat. Kalau tidak salah kau...kau..kau..” Brin tampak berpikir keras. “Penasehat Do, benar?”

“Ya, ini aku”

“Oh, senang sekali melihatmu kembali ke sini. Aku melihatmu di koran minggu lalu.” Brin tertawa di akhir ucapannya begitu pun Tuan Do.

“Brin, bisakah kau mencarikan anakku ini senjata yang cocok untuknya?”

Brin menatap Kyungsoo sejenak, kemudian beralih kembali kepada Tuan Do. “Dia anakmu? Sangat tampan. Sangat mirip denganmu sewaktu muda. Bisa kulihat surat kelulusan tingkat tiganya. Anda tahu Penasehat Do, kepala sekolah Dorado menambahkan peraturan untuk anak-anak yang ingin membeli senjata. Dia harus lulus ujian tingkat tiga. Beliau selalu mewanti-wantiku untuk selalu menanyakan hal tersebut.”

“Dia belum masuk ke tingkat tiga Brin. Anakku masih tingkat dua, jadi dia belum mempunyai surat kelulusan itu.”

Brin tampak heran “Lalu kenapa anda membawanya kesini? Kalau anda ketahuan kepala sekolah pasti akan marah.” Ia memelankan suaranya.

“Justru kepala sekolah yang menyuruh kami datang kesini. Kau tahu, anakku sangat cerdas ia telah mendapat izin dari Prof. Dorado untuk memiliki senjata.” Tuan Do kembali menjelaskan.

Brin menatap Kyungsoo agak lama. “Benarkah? Kalau begitu boleh ku pegang tanganmu anak muda?”

Kyungsoo sedikit ragu namun kemudian mengulurkan tangannya. Tangan Brin terasa dingin dan kasar.

“Siapa namamu nak?”

“Kyungsoo.”

“Baiklah, baiklah. Kyungsoo mari kita lihat apa yang cocok untukmu?”

Brin memejamkan matanya dan masih terus memegang tangan Kyungsoo. “Tangan yang hangat dan sangat lembut. Sesuatu yang besar tidak terlalu cocok untukmu. Benda tajam kurasa. Sesuatu yang terbuat dari besi? Bukan, bukan. Baja? Ini sedikit berbeda. Benda suci. Kau akan banyak memakainya. Jadi biar ku pikirkan” Brin terdiam.

“Panah mata naga!” Brin berseru lantas membuka matanya.

“Apa yang ku katakan tadi anak muda?” Ia malah bertanya kepada Kyungsoo

“Panah mata naga?” Jawab Kyungsoo tak yakin.

“Panah mata naga. Baiklah, baiklah, tunggu sebentar aku akan mencarinya”

Kyungsoo memandang ayahnya. “Dad, dia tampak tidak meyakinkan?” Ia menunjuk Brin yang sedang membongkar sebuah peti dengan susah payah. Menghamburkan semua barang yang menurutnya bukan panah mata naga.

Tuan Do hanya mengangkat bahunya. “Serahkan saja padanya.”

Brin kembali dengan sebuah panah di tangannya setelah menghilang beberapa saat di balik lorong.

“Ini dia. Panah mata naga dari negeri Numen. Buatan tangan dengan ketelitian yang sangat tinggi. Kau bisa merasakannya. Sangat halus. Kemari nak... kemari..” Brin meminta Kyungsoo untuk mendekat kepadanya. Dengan sedikit ragu Kyungsoo melangkah. Brin menyodorkan panahnya.

“Lihatlah penasehat Do, sangat cocok untuk anakmu” Brin berkomentar saat Kyungsoo memegang panah itu.

Benar. Rasanya sangat halus dan tidak berat. Kyungsoo suka ukiran naga dikedua ujung panahnya. Walaupun baunya seperti kayu lapuk. Tapi ini keren. “Dimana anak panahnya?” Kyungsoo bertanya karena tak melihat benda itu dimanapun.

“Oh, benar. Anak panah. Aku sampai lupa. Tunggu sebentar”

Brin kembali menghilang di ujung lorong.

“Bagaimana menurutmu dad? Apa ini keren” Kyungsoo berpose seperti seseorang yang akan memanah.

Tuan Do tertawa “Tentu saja. Brin tak pernah salah memilih senjata.”

“Maaf, menunggu lama. Ini nak, anak panahmu.”

Kyungsoo mengernyit heran. “Hanya satu? Bagaimana caranya aku memanah banyak orang kalau hanya ada satu anak panah.”

“Kau hanya perlu satu.” Brin berkata sambil tersenyum penuh arti.

“Jadi berapa yang harus ku bayar?”

“Oh, penasehat Do, anda terlalu terburu-buru. Baiklah, baiklah. Satu buah panah mata nag....” Suara Brin semakin samar karena ia berjalan menuju meja kasirnya bersama Tuan Do.

Kyungsoo berjalan menuju lorong yang dilewati Brin tadi. Ia terus berjalan sampai ia menemukan sebuah pintu kecil yang hanya setinggi pinggangnya. Samar-samar Kyungsoo mendengar seseorang memanggilnya dari arah pintu kecil itu. Penasaran ia membuka pintunya dan masuk. Didalam agak gelap. Hanya ada satu penerangan dari lilin yang sudah menghitam karena debu. Suara itu semakin jelas. Dan langkah Kyungsoo berhenti tepat di sebuah patung berbaju zirah. Suaranya dari sana. Kyungsoo terpaku. Kakinya terasa berat untuk melangkah.

datanglah...datanglah kepadaku my lord...”

Kyungsoo perlahan mengangkat tangannya berniat menyentuh si patung berbaju zirah.

datanglah...dan beri aku apa yang ada pada dirimu. My Lord...”

Kyungsoo mematung. Tangannya menggantung di udara. Tampak ragu untuk menyentuh patung itu. Namun tiba-tiba...

“AAARGHHHHHH.... LEPASKAN. DAD! DAD! TOLONG AKU! AAAARRGHHHH”

Sesuatu kembali mencekiknya. Sesuatu yang dingin. Kyungsoo mengapai-gapai pada udara kosong. Tubuhnya terangkat dan ia tercekik. Patung berbaju zirah itu pelakunya. Perlahan kepala Kyungsoo terasa berat dan dadanya sesak.

Lepaskan aku! a-apa yang kau inginkan?”

“Dirimu”

Kyungsoo tak dapat melihat. Semuanya sudah gelap.

~~~

just waiting for next chapter

thanks for reading :)

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
kyungsoosaid #1
Chapter 16: halo, ini komentar pertama aku sejak membuat akun - kemarin.

tidak bisa berkata apapun, ini luar biasa. kyungsoo disini, sosok yg aku idamkan. apalagi ada krystal - aku kyungstal ship. walaupun kisah kyungsoo dgn dunia nya, teman temannya, elf, bogles jauuuuuh lebih menarik. ya, aku sudah menunggu ff ini lama , dan akhirnya chapter 16 muncul! aku harap ff ini brakhir dgn luar biasa bahagia, <3
lulubaekkie
#2
Chapter 16: Iya Thor, aku sample lumutan nungguinnya:'( haha~ oke ditunggu endingnya~ penasaran gimana perangnya >.< hwaiting thornim!~
DOut29 #3
Chapter 15: Ah chapter semalam baru saya bilang konspirasi penghianatannya kurang, eh~ Udah nongol aja yg bikin greget, Kim Jongin!!! Who the hell are you?! DX
Seriusan deh bc ini ff makin lama makin penasaran, dibuat ga bisa sembarangan nebak, salah mulu sih tebakan saya soalnya wkwkwk XD
Tptptptp kenapa Jongin berkhianat?! Aduhhh~ Please buruan di update lg yaaa
DOut29 #4
Chapter 14: Saya baru nemu FF ini dan... Wow~ Semangat ngebut bacanya sampe part 14 >o<
Bagus bgd mbak~ ♥♥♥
Saya bisa ngerasa feel harry potter digabungi je Frodo, terus sedikit2 sentuhan twilight di FF ini XD
Menurut saya yg agak kurang ni ya mbak -menurut saya loh - Konflik batin si D.O sama Konspirasi penghianatannya kurang jleb! maksudnya kurang kuat mbak, tp overall udah bagus bgd kok :D
Jarang2 bisa konsumsi fantasy model beginian~ XD
Ayo semangat di update ya mbak, meh waiting for the next chapter~! ♥♥♥
lulubaekkie
#5
Chapter 14: authorniiim! astagaaa pinter bgt sih bikin ending disetiap chapter! bikin reader pengen langsung mencet 'next' karena sangking penasarannya. maap juga baru komen di last chap gara gara aku keasikam baca-_-v ffnya super daebak thor! bisa difilmin gak?:( hehe. lanjut ya thor, duh gabiaa ngomong sangking terkesima sama ff ini:') hwaiting ne~
dyofanz #6
Chapter 14: huaa jadi jongin yg berkhianat. siapa yg Benet? ;_;
nextt
immafans #7
Chapter 14: Haii. Aku bisa ngerasain feel film2 besar disini. No prob sih, malah jadi tau mau bayangi apa. Aku suka perpotongan dari scene satu ke scene lainnya itu pas bangeeet. Aaaaa kamu makan apa sih bisa bilin ff macem gini ;-; semangat unt chapter selanjutnya ya :D muahmuah
indahdo
#8
Chapter 13: yeay akhirnya update :)

gregetan bacanya, itu suratnya baek isinya apaan coba, trus kenapa dia ngilang gitu aja??
jongin bisa ngak tuh ambil bukunya, ternyata kyungsoo punya kelemahan juga. Kayaknya bakalan tambah seru buat chapter depan, ditunggu ya author-nim updatenya,
semangat...!!!

hwaiting^^
dyofanz #9
Chapter 13: huaa dyo punya kelemahan. duh makin greget. next chapter soon yaa
dyofanz #10
Chapter 12: gaksabar untuk kelanjutannya. beneran. Surat dari baek isinya apa, nyx kemana. NEXT CHAPTER PLS