Chapter 12

Midget Bodyguard (SNSD Ver.)

07:00AM

 

"Ini sarapanmu Yoona-ssi!" Sulli menyodorkan sepiring penuh hidangan.

"Kamsahamnida. Kau sudah sarapan?"

"Ne aku sudah sarapan tadi di rumah. Aku permisi ke belakang." Yoona hanya mengangguk dan melahap sarapannya. Tidak lama Taeyeon muncul dengan menyodorkan uang jajan padanya.

"Ige mwoya?"

"Uang jajanmu. Kau tidak mau? Ya sudah." Yoona langsung merampasnya.

"Hahahaha so cute!" Taeyeon mencubit pipinya dengan gemas lalu duduk tepat di sampingnya sembari melihat pesan dari Tiffany. Melihatnya tersenyum-senyum sendiri membuat Yoona penasaran dengan mengintip ponselnya. Wajahnya mendadak suram setelah melihat nama Tiffany di sana.

"Taetae aku merindukanmu. Hah kalimat basi!" Taeyeon langsung menghalangi layar ponselnya.

"Yah kau mengintip?"

"Ne, wae?"

"Itu tidak sopan!" Taeyeon menyentil keningnya.

"Entah mengapa aku merasa khawatir padamu setelah kau bertemu dengan Tiffany." Taeyeon langsung tersenyum konyol.

"Apa yang membuatmu khawatir? Apa kau takut aku jadian lagi dengan Tiffany?" Godanya.

DEK!

Yoona langsung melotot padanya.

"Bagaimana tidak takut, dia mantanmu dan sekarang kalian sudah bertemu. Aku yakin waktumu pasti akan di sibukan dengannya dan lupa mengurusku. Kau pengawalku dan juga milikku, aku melarangmu berpacaran selama kau mengurusku." 

"Hahahahahahahaha!"

"Ada yang lucu?" Taeyeon hanya meresponnya dengan mengusap-ngusap rambut panjangnya.

"Maafkan aku Yoongie, yang kemarin aku katakan itu bohong. Tiffany bukan mantanku tapi dia hampir menjadi kekasihku. Karena dia lebih memilih karirnya dia meninggalkanku dan kami tidak pernah jadian."

"Jinja?" Taeyeon mengangguk sementara Yoona langsung berbinar dan bernapas lega.

"Soal mengurusmu jangan khawatir, aku akan mengurusmu dengan baik sesuai perintah kakakmu."

"Aku catat ucapanmu. Kaja kita berangkat sekarang." Yoona merangkul bahu pengawalnya tanpa canggung dan berjalan menuju mobil seperti sepasang kawan.

***

 

Mendapat persetujuan dari Bora dalam kesempatannya Taeyeon menyewa beberapa pekerja bangunan profesional untuk menghilangkan pagar-pagar kecil di tembok kamar Yoona dalam waktu yang singkat. Dan ketika melihat tembok itu sudah rata dia tersenyum-senyum sendiri membayangkan bagaimana reaksi Yoona setelah mengetahuinya.

"Agassi, semuanya sudah selesai."

"Good. Ini bayaran kalian dan terimakasih untuk waktunya. Aku tidak menyangka kalian akan mengerjakannya dengan secepat ini."

"Kamsahamnida, itu sudah tugas kami sebagai pekerja profesional. Kalau begitu kami pamit pulang." Taeyeon meresponnya dengan anggukan kemudian melihat jam tangannya. 

"Aku harus menjemput Yoona sekarang." Dia langsung melesat masuk ke dalam mobilnya.

 

Keesokan harinya, pukul enam pagi Taeyeon mengambil gitar dan duduk di samping kamar Yoona sembari cekikikan menatap jendela kamarnya. Dia berniat akan menganggunya dengan bernyanyi. Setelah dia meratakan temboknya Yoona belum menyadarinya dan dengan sengaja dia akan membuat Yoona segera menyadarinya.

“Naneun aniya, swipji anheul geot gata yeojeonhagedo neon nae haruharureul chaeugo... Ajigeun aniya, babocheoreom doenoeneun na... Ipgae maemdoneun mareul samkil su eopseo... It’s not fine ah ah ah ah, it’s not fine!”

Dengan di temani alunan gitar Taeyeon bernyanyi dengan suara merdunya. Suaranya yang cukup keras juga menggema hingga terdengar di telinga Yoona yang masih tertidur. Merasa terusik dia menutupi telinganya dengan bantal namun suara Taeyeon tetap terdengar jelas di telinganya. Jengkel Yoona melempar bantalnya kemudian bangkit dan membuka jendela kamar dengan kasar.

“Yah mengapa kau bernyanyi di sini? Suaramu sangat mengganggu telingaku!”

“Ah good morning putri cantik! Suka-suka, kau dengar kan barusan suaraku ini sangat bagus?” Yoona memutar bola matanya.

"Tidak ada bagus-bagusnya. Sana cari tempat lain." Taeyeon malah menyeringhai.

“It’s not fine ah ah ah ah, it’s not fine!” Yoona menutup telinganya dengan kesal kemudian meraih sebuah benda dan melemparnya ke arah Taeyeon.

“Yah!"

“Aku bilang cari tempat lain. Kau ingin aku memakanmu hah?” Taeyeon kembali menyeringhai dengan menatap sang pelaku pelemparan.

"Kau belum menyadarinya ya?"

"Menyadari apa?" Taeyeon menunjuk tembok kamarnya dan Yoona mengikutinya. Detik selanjutnya Yoona melebarkan matanya dengan mulutnya yang terbuka lebar.

“NOOOOOOOOOOO!” Dia berteriak kemudian berlari keluar untuk melihatnya secara jelas. Dan sesampainya di luar Yoona menjatuhkan lututnya dengan tidak percaya.

“Tidak mungkin, tembok keberuntunganku...” 

“Ini hukuman untukmu karena semalam aku menangkap basah dirimu. Kau tidak akan bisa menyelinap lagi setelah tembok ini rata.” Yoona langsung menatap Taeyeon dengan penuh kemarahan.

"Beraninya kau Kim Taeyeon!" Dia langsung menyerang Taeyeon dengan menendang dan mendorong tubuhnya hingga terjatuh. Selanjutnya matanya tidak sengaja melihat gergaji mesin yang di simpan di samping garasi. Dengan menyeringhai evil dia meraih gergajinya sembari menyalakannya.

"Yah Yoona, apa yang akan kau lakukan?"

“Sepertinya kau sudah tau apa yang akan aku lakukan.” Taeyeon melebarkan matanya.

“K-kau akan membunuhku? Ommo!” Taeyeon menelan ludahnya kemudian Yoona mendekatinya dengan langkah slow motion. Dari arah lain Sulli yang baru saja membuang sampah muncul dengan mulut yang terbuka lebar.

“OMMO!” Sulli berlari menghampiri Taeyeon dan membantunya berdiri.

“Menjauhlah Sulli, aku tidak ingin menyakitimu."

"C-chakkaman, apa yang akan kau lakukan dengan Taeyeon-ssi?"

"Aku ingin membunuh si cebol ini!”

“M-MWO?” Sulli menatap Taeyeon dan mendapat respon gelengan kepala agar Sulli tidak pergi meninggalkannya sendiri.

“Sulli?“ Yoona melotot padanya karena Sulli malah melindungi Taeyeon.

"Baiklah jika itu mau kalian." Yoona kembali menyeringhai dengan semakin mendekati keduanya.

Tuhan apa yang harus aku lakukan? Yoona benar-benar terlihat serius ingin membunuhku. 

Taeyeon menepuk bahu Sulli.

“Dalam hitungan tiga!” Sulli mengerutkan keningnya.

"Maksudnya?"

“TIGA, RUN!” Taeyeon langsung melesat dan Sulli juga ikut berlari ke arah yang berbeda.

"Kau tidak bisa lari dariku sayang!" Yoona pun mengejar pengawalnya. Aksi kejar-kejaran pun terjadi hingga keduanya tidak sadar terus mengelilingi halaman rumah tanpa henti seperti Tom and Jerry. Taeyeon yang merasa lelah langsung bersembunyi di bawah meja yang ada di belakang rumah dengan terengah-engah.

“Aigoo mengapa aku terlihat seperti Jerry yang di mangsa Tom sekarang!” Tidak lama derap langkah kaki terdengar di telinganya. Dia menutup mulutnya dan melihat kaki Yoona mendekat ke arahnya dan berhenti tepat di sebelahnya.

“Where are you Taengoo? Keluarlah aku punya keju yang lezat untukmu!” Di balik ketegangannya Taeyeon merasa ingin tertawa karena dirinya merasa di anggap Jerry oleh Yoona. Selanjutnya Yoona kembali berjalan dan Taeyeon memejamkan matanya dengan bernapas lega.

“Di sini kau rupanya!” Taeyeon membuka matanya.

"AAAAAAAAAA!!!" Dia berteriak melihat wajah Yoona tepat berada di atas wajahnya. Dengan refleks dia mengangkat kepalanya dan menghantam meja dengan keras.

“IT'S HURT!” Buru-buru dia merayap keluar dan berlari semampunya hingga dia berhenti di taman yang tidak jauh dari belakang rumah. Dengan lemas dia duduk di bawah pohon sembari mengistirahatkan kepalanya di balik pohon.

"Aigoo aku lupa Yoona itu evil! Aku jadi menyesal telah meratakan temboknya." Taeyeon pun meraba kepalanya yang menghantam meja tadi.

"Mana kepalaku menghantam meja, sakit."

“Kau lelah Kim Taeyeon?”

“Ne.”

“Apa kau haus?” Seseorang menyedorkan sebotol air.

"Sangat!" Taeyeon meraihnya dan meminumnya dengan cepat. Menyadari siapa yang memberikan minumnya Taeyeon langsung menyemburkan airnya.

“AAAAAAAAAAA... SEJAK KAPAN KAU ADA DI SINI YOONA?” Dia bangkit menjauh dari Yoona lalu melihat tangan dan sekitarnya takut-takut dia masih membawa gergajinya. 

“Itu tidak penting! Kita akhiri permainan ini aku lelah. Kaja kita kembali ke rumah, aku bisa terlambat ke sekolah.” Taeyeon mengerutkan kening.

“Kau tidak jadi m-membunuhku?”

“Membunuhmu? Hahahahaha aku bisa masuk penjara jika membunuhmu. Jangan khawatir aku hanya bercanda tapi untuk tembok itu aku tidak akan memaafkannya. Palli, aku bisa terlambat.” Taeyeon bernapas lega lalu Yoona menyeretnya.

 

Di sisi lain. Sehari setelah bertemu dengan orang yang dia cintainya, sebelum menghadiri pemotretan Tiffany memutuskan untuk menemui Taeyeon ke alamat yang dia berikan padanya. Saat tiba di tempat tujuan dia melihat sebuah mobil hitam keluar dari garasi dan Tiffany bisa melihat Taeyeon yang menyetirnya.

“Ikuti mobil itu!” Supir taxi memakirkan mobilnya kemudian mengikuti mobil Taeyeon dari belakang hingga mereka berhenti di sekolah. Detik selanjutnya Tiffany merasa geram melihat Taeyeon mengelus kepala Yoona dengan gemas.

Aku seperti melihat tatapan kasih sayang di matanya. Mengapa aku juga merasa ada sesuatu di antara mereka ya? 

Tiffany terus memperhatikan keduanya hingga Yoona memasuki sekolahnya.

Ini kesempatanku!

"Ini bayarannya." Tiffany keluar dari taxi lalu menghampiri Taeyeon.

“Taetae!”

“Fany! Apa yang kau lakukan di sini?”

“Berjalan kaki untuk menghadiri pemotretan.”

“Menghandiri pemotretan dengan berjalan kaki?” 

"Yes!"

“Di mana lokasi pemotretannya? Aku akan mengantarmu.”

“Tidak jauh dari sini. Apa tidak apa-apa kau mengantarku?”

“Gadis cantik sepertimu tidak pantas berjala kaki. Kaja, masuklah ke mobilku.” Tidak sadar sebuah senyuman konyol muncul di wajah Tiffany.

Sepertinya aku masih memiliki kesempatan untuk menjalin hubungan dengannya.

Mereka berdua masuk ke dalam mobil. Di perjalanan mereka hanya mengobrol hal acak tentang masa lalu mereka, menceritakan bagaimana kehidupan baru mereka hingga Tiffany merasa menyesal karena lebih memilih karirnya di banding Taeyeon. Dia menoleh ke samping lalu melihat Taeyeon hanya menyetir dengan satu tangan. Tidak mau membuang kesempatan dia menyentuh tangan Taeyeon yang di simpan di atas pahanya.

“Taetae serius aku sangat merindukanmu.”

“Me too.” Dengan polos Tiffany mencium pipinya.

CKIT!

Taeyeon menginjak remnya sekaligus dan meraba pipinya dengan menatap Tiffany.

“M-mengapa kau menciumku?” Tiffany tertawa.

“Hadiah karena aku meninggalkanmu saat itu. Lihat, kau terlihat gugup sekarang.” Taeyeon memalingkan wajahnya dengan malu kemudian kembali melajukan mobilnya.

“Jangan melakukan hal itu di saat aku sedang menyetir, itu bahaya.”

"I'm sorry!" Tiffany tersenyum menatapnya.

***

 

 

Di depan pintu perpustakaan Yoona sibuk menggerutu karena Taeyeon tidak mengangkat teleponnya. Berkali-kali dia mencoba menghubunginya namun Taeyeon tidak kunjung mengangkatnya.

"Kemana si cebol itu?" Dia mendesah pasrah kemudian memukul pintu perpustakaan.

“Yoona?” Dia melompat kaget dan melihat Hyorin berdiri di sampingnya.

“Seonsaeng-nim, ada apa?”

“Aku ingin memberikan surat ini tapi tadi kau tidak ada di kelas. Besok ada rapat orang tua untuk membahas ujian dan try out.” Yoona meraih suratnya.

“Tapi... Orang tuaku sudah t-tiada.”

“Astaga aku lupa tentang hal itu. Jangan hawatir, masih ada kakakmu bukan? Dia bisa mewakilimu.” Yoona mengangguk.

“Ya sudah, saya permisi.” Hyorin mengelus kepalanya sebelum pergi. 

Aneh, tidak biasanya dia melakukan hal ini.

Yoona pun memutuskan untuk menunggu Taeyeon di kantin bersama Sulli. Sejam menunggu dia mulai kesal karena Taeyeon tidak kunjung datang dan tidak membalas pesannya.

Aku jadi menyesal tidak jadi membunuhnya tadi pagi, hrrr! 

Yoona kemudian menengok ke arah Sulli yang mencoba menghubungi Taeyeon, berharap dia mengangkatnya namun kemudian Sulli menutup teleponnya.

“Taeyeon-ssi tidak mengangkatnya.”

“Arght aku bersumpah aku menyesal tidak jadi membunuhnya!” Sulli tertawa.

“Mengapa kau tertawa?”

“Karena kalian berdua terlihat sangat lucu. Aku jadi teringat dengan kejadian tadi pagi.”

“Kejadian tadi pagi aku hanya menakut-nakutinya.” Sulli mengangguk mengerti dan tidak lama dia melihat Taeyeon berlari dengan kencang ke arahnya.

“Mianhae aku terlambat!” Taeyeon berhenti dengan terengah-engah kemudian Yoona mendekat dan mendaratkan tinju di perutnya.

“Akh! M-mengapa kau memukulku?”

“Satu, karena kau tidak mengangkat teleponku. Dua, kau datang terlambat!” 

“Mianhae, tadi aku menemani Tiffany ke studio dan lupa tidak mengaktifkan suaranya.” Yoona langsung melotot mendengar namanya.

“Mengapa kau menemaninya? Apa yang kau lakukan di sana bersamanya hah?”

“Aku hanya menemaninya dan melihatnya melakukan sesi pemotretan.” 

"Hanya itu tidak ada yang lainnya?" Taeyeon mengangguk.

“Awas jika kau macam-macam dengannya." Taeyeon mendadak ingin tertawa.

"Don't worry, i'm yours." Senyuman lega pun di perlihatkan Yoona.

"Ya sudah. Sulli mari kita pulang bersama.”

“Uh, apa itu tidak apa-apa?”

“Tentu saja, kau ini pelayanku.” Yoona menyeretnya menuju mobil dan Taeyeon mengikuti mereka dari belakang.

 

TBC

  

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
kidleader_tae #1
Chapter 21: YoonTae 😍😘
deer_yoongie_
#2
Chapter 22: Waahhhhh..... :'( dan cerita ini pun berakhir.. terima kasih author yang telah menemani jiwa yoontae saya selama beberapa waktu. Cerita author-nim bagaikan oase di tengah gurun... hehe Sekali lagi terima kasih. Akan tetap setia menanti update cerita yoontae yang sedang berjalan, atau pun yang baru *ngarep hihi
Yoongie02
#3
Chapter 22: Ommo udah ending aja T_T
Coba di akhir bad scenenya lanjut thor *otak mesum dasar haha..
Yoongie02
#4
Chapter 21: My favorite part pas Yoona narik cd Taeyeon pake giginya.. kebayang wajah menggodanya kaya apa haha
deer_yoongie_
#5
Chapter 21: Menunggu sesi kedua.. HAHAHA
yy_101
#6
Chapter 21: THATS SO HOOOOOTTT!!!!
Yoongie02
#7
Chapter 20: Chapter ni byk kissnya >_< Iya thor adegan itu dong haha
taetae_sone
#8
Chapter 20: Everytime kiss hoihoi dong thor *kabur :v
deer_yoongie_
#9
Chapter 20: yeeaayyy akhirnya... umm setelah yoona lulus........ lanjutkan dengan kehidupan mereka di rumah taeng, OK author-nim? hehehe woahhh terima kasih atas update-annya. author jjang!! :D