BAB 5

Spring in London
Please Subscribe to read the full chapter

BAB 5

 

Yunho memandang ke sekeliling studio yang menjadi lokasi syuting hari itu, tetapi si aneh itu tidak terlihat. Sutradara Kang meminta para model bersiap-siap karena syuting akan segera dilanjutkan, tetapi model utamanya tidak terlihat di mana-mana. Mungkin ia pergi makan siang di luar dan belum kembali. Yunho mengembuskan napas dan mengingatkan diri sendiri untuk meminta nomor ponselnya supaya ia bisa menghubunginya kalau ada kejadian seperti ini lagi.  

“Nuna,” panggil Yunho sambil berjalan menghampiri Yoonhae yang sedang merapikan kostum di rak gantung. “Nuna tahu di mana dia?”  

“Dia siapa?” Yoonhae balas bertanya tanpa menoleh.  

“Siapa lagi? Si aneh itu. Shim Changmin. Di mana dia?”  

Sebelum Yoonhae sempat menjawab,  terdengar suara dari balik punggung Yunho yang berkata pelan, “Aku di sini.”  

Yunho berputar cepat dan langsung berhadapan dengan sepasang mata cokelat besar yang balas menatapnya dengan resah. Yunho bertanya-tanya apakah Changmin mendengar kata-kata “si aneh itu” tadi, namun langsung menyadari bahwa Changmin tidak mengerti bahasa Korea. Ia hanya mendengar Yunho menyebut namanya dan menyadari bahwa dirinya sedang dicari-cari.  

“Baguslah karena kau sudah di sini,” kata Yunho cepat-cepat. “Kau harus bersiap-siap sekarang.”  

Changmin menggigit bibir dan mengangguk singkat. “Oh, oke. Aku akan...” Katakatanya terhenti ketika ia tiba-tiba merasa dunia bergoyang. Seperti gempa bumi ringan yang sering dialaminya di Tokyo. Tetapi ini London. Tidak mungkin gempa bumi, bukan?  

Ketika ia mendapatkan keseimbangan tubuhnya kembali, Changmin menyadari Yunho sedang memegangi sikunya dan laki-laki itu menatapnya dengan alis berkerut samar. “Ada apa denganmu?” tanyanya.  

Changmin menggeleng bingung. “Aku tidak apa-apa,” sahutnya sambil menarik lengannya dari pegangan Yunho dan mundur selangkah. “Aku akan bersiap-siap sekarang.”  

“Kau sudah makan?” tanya Yunho lagi.  

Changmin tidak langsung menjawab. Setelah ragu sejenak, ia berkata, “Sudah.”  

Yunho tidak berkata apa-apa. Hanya  terlihat berpikir-pikir, lalu ia mengangguk dan tersenyum kecil. “Baiklah. Aku akan memanggilmu kalau semuanya sudah siap.”  

Changmin memandangi punggung Yunho yang menjauh sambil merenung, lalu ia berputar menghadap Yoonhae dan tersenyum. “Kostum mana yang harus kupakai?”  

Beberapa menit kemudian, setelah berganti pakaian dan berjalan kembali ke meja riasnya, Changmin melihat melihat dua bungkus  sandwich dan sekotak susu tergeletak di meja rias. Ia mengamati kedua  sandwich yang terlihat lezat itu. Sandwich kalkun dan sandwich mentimun. Secarik kertas kuning terselip di bawahnya.  

Aku tidak tahu kau vegetarian atau bukan dan aku tidak tahu kau suka kalkun atau tidak, tapi tolong makan saja daripada kau jatuh pingsan di tengah-tengah syuting. Kita tidak mau hal itu terjadi, bukan? - Y.  

Changmin memandang berkeliling sampai ia melihat Yunho di seberang ruangan. Laki-laki itu sedang menunduk menatap sesuatu yang ditunjukkan salah seorang kru dan mendengarkan dengan saksama. Lalu tiba-tiba ia mengangkat wajah dan bertemu  pandang dengan Changmin. Sebelum Changmin sempat berpikir apa yang harus dilakukannya, Yunho tersenyum sekilas kepadanya dan kembali memusatkan perhatian pada apa yang dikatakan kru di sampingnya.  

Menatap dua potong sandwich di tangan, Changmin hanya ragu sejenak, lalu membuka bungkusan  sandwich  kalkun dan menggigitnya. Ia memejamkan mata sejenak. Pada kenyataannya sandwich itu memang bukan sandwich paling enak di dunia, tetapi saat itu, bagi perutnya yang keroncongan,  sandwich  itu adalah salah satu makanan paling enak yang pernah dicicipi Changmin.  

* * *  

Yunho mendapati dirinya tersenyum melihat pemuda aneh itu menggigit sandwich dengan tekun, seolah-olah  sandwich  itu akan menguap kalau tidak segera dimasukkan ke mulut. Pikiran pertama yang muncul di benaknya adalah Shim Changmin bukan vegetarian. Lalu pikiran kedua adalah dugaannya memang benar. Ia nyaris pingsan karena kelaparan tadi. Yunho jadi ingin tahu apa yang dilakukannya selama waktu makan siang tadi, kalau memang tidak pergi makan.  

Ia membiarkan dirinya menatap ke arah Changmin sejenak, lalu berdoa dalam hati supaya Changmin itu tidak jatuh pingsan di tengah-tengah syuting. Jadwal syuting sudah cukup gila tanpa perlu ditambah dengan pingsannya model utama.  

Tetapi pada kenyataannya ia tidak perlu khawatir sama sekali. Proses syuting sepanjang sisa hari itu berjalan sangat lancar. Entah karena perut Changmin yang sudah terisi penuh sehingga ia bisa bekerja lebih baik atau karena suasana hati Sutradara Kang memang sedang baik, semua adegan yang direncanakan untuk hari itu diselesaikan dengan cepat dan memuaskan.

Kemudian segalanya bertambah menyenangkan ketika Sutradara Kang menghentikan proses syuting lebih awal daripada kemarin dan mengajak semua kru makan malam di restoran Korea yang berjarak satu blok dari studio.  

Restoran itu terletak di lantai dua, tepat di atas toko suvenir, di ujung jalan yang tidak terlalu ramai. Restoran kecil yang tadinya sepi itu berubah ramai karena kedatangan mereka dan mereka menempati hampir semua tempat kosong yang tersedia.  

“Aku belum pernah mencoba makanan Korea selain kimchi.” Kata Changmin. Memang benar, hanya kimchi masakan Korea yang ibu Changmin kuasai. Wajar saja, ibunya hanya menetap di Korea selama tiga bulan sebelum ayah Changmin, Shim Dongshin meninggal saat Changmin dan Taemin baru dua bulan di kandungan sang ibu, Naomi Ishida.

Yunho menoleh ke arah suara itu dan melihat Changmin sedang berbicara kepada Yoonhae.   Lalu Yoonhae menerjemahkan kata-kata Changmin ke dalam bahasa Korea sehingga penata rias lain yang duduk semeja dengan mereka mengerti.  

Changmin tersenyum dan mendengarkan sementara para penata rias itu mulai berlomba-lomba menjelaskan makanan kecil yang mulai disajikan di meja kepadanya dalam bahasa Inggris yang sepatah-sepatah dan kadang-kadang tanpa sadar dicampur bahasa Korea.  

Selama dua hari ini jadwal syuting sangat padat dan Changmin bahkan belum sempat banyak bicara dengan para kru. Ini akan menjadi kesempatan yang baik bagi mereka untuk lebih mengenal. Dan kelihatannya Changmin tidak mendapat kesulitan. Sekarang saja beberapa orang kru di meja lain mulai mendekatinya dan mengajaknya mengobrol dengan bantuan Yoonhae sebagai penerjemah. Tidak lama kemudian mereka mulai tertawa-tawa dan membicarakan hal-hal yang tidak bisa ditangkap Yunho dari tempat duduknya.  

Sutradara Kang mengatakan sesuatu kepadanya dan Yunho pun mengalihkan tatapan dari Changmin.  

* * *  

Changmin merasa senang malam itu. Lelah setengah mati, tentu saja, tapi juga senang.   Awalnya ia ingin menolak ketika diajak ikut makan malam karena dua alasan. Pertama, ia merasa ia mungkinakan disisihkan karena ia adalah satu-satunya orang yang tidak bisa berbahasa Korea di sana. Tetapi ternyata ia salah. Para kru memang tidak banyak bicara dan bersikap profesional ketika sedang bekerja, tetapi sekarang sikap mereka sangat berbeda. Mereka selalu mengajak Changmin bicara dan bercanda walaupun mereka tidak bisa berbahasa Inggris dan harus mencampur-campurkan bahasa Inggris mereka yang sepatah-sepatah dengan bahasa Korea dan isyarat tangan.   Kedua, ia sangat lelah. Ia hanya ingin pulang dan tidur. Ketika syuting hari itu berakhir, ia baru benar-benar menyadari betapa lelah dirinya.

Sebenarnya ajaib sekali ia masih bisa berdiri saat ini kalau mengingat jadwal kerjanya yang padat selama dua bulan terakhir, walaupun tentu saja sekarang ia merasa kakinya hampir tidak kuat lagi menopang tubuhnya.   Tetapi ia tidak bisa menolak ajakan Sutradara Kang untuk makan malam bersama. Ia tidak tahu apakah ia akan dianggap  tidak sopan kalau menolak. Ditambah lagi Yoonhae juga mendesaknya ikut. Karena tidak punya tenaga untuk berdebat. Changmin pun mengiyakan.   Dengan adanya Yoonhae yang bertindak sebagai penerjemah, Changmin harus mengakui bahwa ia tidak menyesal telah ikut makan malam  bersama.

Makanannya enak dan orang-orangnya menyenangkan. Dan Changmin menyadari ia banyak tertawa selama makan malam karena lelucon yang dilontarkan para kru. Sudah lama sekali ia tidak tertawa-tertawa seperti itu.  

Walaupun ia bersenang-senang, rasa kantuk tetap menyerangnya. Tentu saja itu tidak aneh mengingat sudah beberapa minggu terakhir ini ia kurang tidur. Ia tidak tahu sudah berapa kali ia menguap diam-diam selama makan malam.   Dan sekarang ia menguap lagi.

“Ngomong-ngomong, apa pendapatmu tentang Yunho?”

Changmin buru-buru mengatupkan mulut dan menoleh menatap Yoonhae. “Hm?”

“Bagaimana pendapatmu tentang Yunho? Dia baik, bukan?” tanya Yoonhae sekali lagi.  

Changmin menoleh ke arah meja yang tadi ditempati Yunho, tetapi tidak melihat laki-laki itu di sana. Changmin menggigit bibir. Sebenarnyaia sama sekali tidak memikirkan Jung Yunho selama dua jam terakhir ini, dan menurutnya itu sesuatu yang bagus. Lalu kenapa Yoonhae tiba-tiba harus membicarakan laki-laki itu? Kalau boleh memilih, Changmin benar-benar tidak ingin berbicara tentang Jung Yunho. Bahkan tidak ingin berpikir tentangnya. Tetapi salah satu hal yang diketahui pasti oleh Changmin tentang Yoonhae adalah bahwa kalau wanita itu ingin membicarakan sesuatu, tidak ada yang bisa menghentikannya.  

Sadar bahwa Yoonhae masih menatapnya dan jelas-jelas berharap ia mengatakan sesuatu, Changmin memaksakan senyum kecil dan bergumam, “Sepertinya kau mengenalnya dengan baik.”  

Senyum Yoonhae melebar bangga. “Tentu saja. Aku bahkan mengenal kakak perempuannya yang dulu juga adalah model terkenal. Sedangkan kakak laki-lakinya... yah, aku hanya sempat bertemu dengannya satu kali—sebelum dia meninggal dunia, tentu saja.”  

Changmin menyesap minumannya dengan pelan.  

Yoonhae mencondongkan tubuhnya ke arah Changmin dan bergumam pelan, “Kecelakaan lalu lintas. Tiga tahun lalu. Mengemudi sambil mabuk.”  

“Oh ya?”  

“Oh, ya.” Yoonhae me

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
vitachami
#1
Chapter 25: Sorry crys, saya baru baca ceritanya..
Cerita ini benar2 bagus dan membuat saya berbunga2..
Walaupun ini remake dari novel, tapi klo di edot jadi homin rasanya lebih wow, terima kasih karena sudah mengupload dsini..
Semoga terus berkarya yaa n sukses buat kmu
Dilian
#2
Chapter 25: yeeeeeiii, gk bs berkata ap2, hnya makasih udah buat novel ilana tan jdi ff homin,
Dilian
#3
Chapter 19: selalu bagian ini jdi favku,aaaah, sekarang tmbah jdi fav ku krna homin...
Dilian
#4
Chapter 15: Baca novelny udah bertahun2 yg lalu, dan baca lagi tpi dg versi homin, ngerasa seneng aja,hahaha, aku suka bget ff ini d buat homin version, udah baca smpe chapter ini dan ttep gk bs ilangin rasa deg2an,sma puas ngebaca yunho sm changmin, rasanya mau meledak saking happy ny, hehe
Dilian
#5
Chapter 2: tanpa sengaja ketemu FF ini, dan berhubung udah pernah baca novel ny Ilana Tan ini, jdi ny tambah penasaran gimana novel ny d buat versi homin uggggh, gk bs berhenti senyum2 sendiri ngebayangi si changmin as naomi, hahaha bru baca satu chapter aja udah penasaran bgeeet, like it so far,
MaxRen13 #6
Chapter 25: Loading...

End??? Serius??? Gantung bgt kek pilem jpang
MaxRen13 #7
Chapter 24: Oh my! Scene tbc-nya sinetron abis T.T
Hhahahahahha
MaxRen13 #8
Chapter 23: Yaaa.. Yun lo cembukur ma kmbarannya changmin T. T
MaxRen13 #9
Chapter 22: Maaf aku bru smpet baca..
Aku lnjut..
Bigeast88 #10
Chapter 25: Thor, bakal ad side storynya gaa??? :'3 ya mungkin potosyutnya pake kostum pengantin *plak
Ato mungkin encehnya *ngarep *oy