BAB 14
Spring in LondonBAB 14
“Kalian sudah tahu besok adalah hari pertunjukan perdanaku, bukan?” tanya Julie untuk kesekian kalinya hari ini.
Chris mengadahkan wajah dengan gaya dramatis. “Kami tidak mungkin lupa, Julie,” katanya dengan nada ditarik-tarik. “Demi Tuhan, kau terus mengingatkan kami setiap jam. Ada apa denganmu? Tenanglah sedikit.”
Changmin baru saja pulang ketika Julie menariknya ke dapur, di sana Chris yang mengenakan piama sutra ungu sudah berdiri sambil memegang secangkir cokelat panas dan langsung melemparkan pertanyaan tadi. Julie terlihat sangat bersemangat. Juga tegang.
“Aku tidak bisa tenang,” kata Julie sambil berjalan mondar-mandir di dapur mereka yang kecil. “Ini peran utamaku yang pertama. Pertunjukan ini harus berhasil. Harus! Kalau ini berhasil baik, maka kesempatan-kesempatan besar lain akan terbuka untukku. Aku akan terkenal! Aku akan mendapat banyak tawaran! Aku akan mendapat kesempatan berbagi panggung dengan aktor-aktor besar! Aku akan...”
“Wow, berhenti sebentar,” sela Chris sambil mengacungkan sebelah tangan ke wajah Julie. “Pelan-pelan saja. Aku tidak bisa memahami kalau kau berbicara secepat kereta api ekspres. Tarik napas dalam-dalam.”
Julie mengangguk-angguk dan menarik napas dalam-dalam, mematuhi kata-kata Chris. Namun ia langsung menggeleng, “Tidak, tidak. Ini tidak berhasil. Aku tidak bisa tenang. Apakah kalian sudah mengundang semua teman kalian ke pertunjukanku?”
“Tenanglah, Sayang. Aku sudah mengundang semua temanku dan aku jamin mereka pasti datang,” sahut Chris. Lalu ia mengerdip ke arah Changmin dan berbisik, “Aku sudah mengancam mereka.”
Changmin tertawa.
Julie menoleh ke arah Changmin dan menyipitkan mata. “Bagaimana dengan Yunho?” tanyanya. “Kapan dia akan kembali ke London? Waktu itu dia sudah berjanji akan mengajak semua rekan kerjanya ke pertunjukanku. Kalau dia tidak jadi datang...”
“Dia akan kembali malam ini,” sahut Changmin cepat. “Setidaknya itulah yang dikatakannya padaku ketika dia meneleponku kemarin.”
Dan Changmin berharap itu benar. Yunho sudah pergi selama lebih dari seminggu dan Changmin berharap bisa segera bertemu dengannya, bukan hanya melihatnya di video yang dikirimkan Yunho untuknya. Changmin menghela napas dan mengembuskannya dengan pelan. Sepertinya ia mulai kacau. Yunho baru pergi selama seminggu, tetapi kenapa ia merasa seolah-olah Yunho sudah pergi lebih dari sebulan?
“Sekarang sudah larut dan aku sudah mengantuk,” kata Chris sambil menguap, lalu menatap Julie, “Dan kalau kau ingin aku tampil prima untuk pertunjukan perdanamu, kau akan membiarkanku tidur dengan tenang.”
Julie memberengut ke arah Chris yang berjalan ke kamarnya sendiri, lalu menoleh ke arah Changmin dan tersenyum. “Aku juga harus tidur sekarang. Aku tidak mau sampai ada lingkaran hitam di sekeliling mataku besok. Selamat malam.”
Changmin balas mengucapkan selamat malam dan masih berdiri bersandar di lemari dapur beberapa saat setelah Julie masuk ke kamar. Tubuhnya terasa lelah, namun pikirannya masih segar bugar. Dan seperti yang sering dialaminya akhir-akhir ini kalau sedang sendirian, pikirannya langsung melayang pada Jung Yunho. Apakah Yunho akan meneleponnya kalau ia sudah tiba di London? Mungkin tidak. Malam sudah larut dan Yunho pasti sangat lelah.
Changmin memejamkan mata dan menggeleng-geleng. Oh, dear. Ini harus dihentikan. Ia tidak bisa memikirkan Yunho terus. Yang harus dilakukannya sekarang adalah mandi dan tidur.
Namun ketika ia masuk ke kamarnya sendiri, ponselnya berbunyi. Ia mengeluarkan ponsel dari tas dan menatap tulisan yang muncul di layar.
Wajahnya langsung berseri-seri. “Yunho Hyung!”
“Wah, kedengarannya kau sedang gembira.” Suara Yunho terdengar agak lelah, namun masih ada tawa di dalamnya. “Kuh
Comments