BAB 19

Spring in London
Please Subscribe to read the full chapter

BAB 19

 

 

“Changmin, bagaimana menurutmu?”  

Changmin tersentak dari lamunannya dan mengangkat wajah. “Hm?”  

Chris mengangkat alis dan menyesap teh Earl Grey-nya. “Bagaimana menurutmu?” tanyanya sekali lagi.  

“Tentang apa?”  

“Oh, bagus. Dia tidak mendengarkan kita dari tadi,” kata Julie sambil memutar bola matanya. “Apa yang kaulamunkan pagi-pagi begini, Changmin?”  

Changmin mengangkat bahu. “Tidak ada.”  

“Dia selalu begini kalau sudah berhari-hari tidak bertemu dengan Yunho. Kau ingat sewaktu Yunho pergi ke Lake District? Dia juga seperti ini,” kata Chris pada Julie. “Ngomong-ngomong sudah beberapa hari ini Yunho tidak kelihatan. Ke mana dia?”  

Changmin menyesap teh herbalnya dan memandang ke luar jendela dapur. Memang sudah beberapa hari ini ia tidak bertemu dengan Yunho. Tepatnya sejak Changmin mengucapkan kata-kata terkutuk itu. Sampai sekarang Changmin belum bisa melupakan ekspresi wajah Yunho saat itu, seolah-olah kata-kata Changmin melumpuhkannya seketika. Dan sampai sekarang perasaan bersalah itu masih mengimpit dadanya, membuatnya tidak tenang, tidak bisa tidur, tidak bisa makan, dan nyaris tidak bisa bernapas.  

Ia ingin menelepon Yunho untuk menjelaskan bahwa maksud kata-katanya waktu itu tidak seburuk yang terdengar, namun ia selalu mengurungkan niatnya di saat-saat terakhir. Ia takut Yunho masih marah padanya. Ia takut Yunho menolak berbicara dengannya. Tapi kalau dipikir-pikir, bukankah keadaan sekarang ini juga sudah seperti itu?

Kata-katanya yang gegabah itu telah melukai perasaan Yunho dan sekarang laki-laki itu tidka pernah menghubunginya lagi. Gagasan itu membuat Changmin semakin tertekan.  

“Changmin, kau tahu Yunho pergi ke mana?”  

Changmin tersentak lagi, tetapi ia terselamatkan dari keharusan menjawab pertanyaan Julie ketika bel pintu flat mereka berbunyi. Julie bangkit dari tempat duduknya dan pergi membuka pintu. Tidak lama kemudian ia masuk kembali ke dapur bersama Kim Jaejong.  

“Hai, teman-teman. Aku tahu aku datang pada waktu yang tepat. Aku sudah mencium aroma telur dan bacon dari depan pintu. Asal kalian tahu, aku belum sempat sarapan dan sekarang perutku benar-benar keroncongan,” kata Jaejong riang, benar-benar bertentangan dengan apa yang dirasakan Changmin saat itu.  

Chris mengibaskan tangan. “Duduk dan makanlah. Aku  tidak pernah menolak memberikan makanan kepada orang-orang kurus yang mengeluh dirinya kelaparan.”

“Jadi apa yang sedang kalian bicarakan?” tanya Jaejong sambil menuang secangkir kopi untuk dirinya sendiri.  

“Tentang Changmin yang sering melamun dan Yunho yang tidak terlihat akhir-akhir ini,” sahut Chris ringan.  

Jaejong mengangguk-angguk dan menyesap kopinya. “Benar juga. Waktu itu dia berkata padaku ada sedikit pekerjaan di Dublin.”  

“Jadi sekarang ini Yunho ada di Dublin? Pantas saja,” kata Julie, lalu menoleh ke arah Changmin. “Kau tidak pernah bilang.”  

Karena aku sendiri juga tidak tahu. Changmin menggigit bibir dan menoleh menatap Jaejong. Yunho pergi ke Dublin? Kenapa Jaejong bisa tahu itu?  

“Oh, ya, Changmin, aku datang ke sini untuk meminta bantuanmu.” Suara Jaejong menembus pikiran Changmin yang kusut. “Ada satu artikel yang ingin kutampilkan di majalahku dan kupikir kau bisa...”  

“Maaf, Jaejong,” sela Changmin cepat, nyaris tanpa berpikir. “Kurasa aku tidak bisa membantumu kali ini.”  

Jaejong terlihat agak kaget. “Oh,” gumamnya. “Kau sibuk sekali?”  

“Ya.” Changmin tersenyum sekilas, menghabiskan tehnya dan berdiri.

“Malah sekarang aku harus pergi kalau tidak mau diomeli fotograferku karena datang terlambat.”  

“Kau punya jadwal pemotretan hari ini? Bukankah tadi kau bilang...”  

“Aku tahu jadwalku sendiri,” Changmin memotong kata-kata Chris dengan ketus dan menatap temannya dengan mata disipitkan. “Dan aku sangat sibuk hari ini.”  

Chris mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. “Oh, baiklah, dear. Simpan cakarmu.”  

Setelah menggumamkan selamat tinggal yang tidak jelas, Changmin meraih jaket dan tasnya dari kamar, lalu bergegas meninggalkan flatnya yang mulai terasa menyesakkan. Di luar, ia mendongak menatap langit yang tumben-tumbennya cerah—bertentangan dengan suasana hatinya—dan menarik napas  dalam-dalam, namun usahanya itu tidak berhasil melenyapkan beban dalam dadanya. Juga tidak berhasil membuat suasana hatinya membaik.  

Sebenarnya Changmin tidak punya jadwal kerja pagi ini, namun ia terlalu resah untuk duduk di rumah tanpa melakukan apa-apa, terlebih lagi setelah Jaejong datang dan berkata bahwa Yunho sedang berada di Dublin. Changmin mengembuskan napas dengan keras. Ia harus menenangkan diri. Ia harus pergi ke tempat yang bisa membuatnya tenang. Mungkin ia bisa ke Harrod’s. Ya, berbelanja selalu berhasil membuatnya gembira.  

Namun anehnya, ia akhirnya tidak jadi pergi ke Harrod’s. Tanpa benar-benar disadarinya, langkah kakinya membawanya kembali ke taman kecil yang pernah dikunjunginya bersama Yunho. Tempat ia dan Yunho pernah makan  fish and chips  paling enak di London. Tempat yang justru selalu mengingatkannya pada Jung Yunho.   Benar-benar menyedihkan.  

Taman itu sudah dipenuhi bunga, tepat seperti yang pernah dikatakan Yunho, namun Changmin hampir tidak memerhatikan keadaan di sekelilingnya. Ia hanya menyusuri jalan setapak di samping kolam dengan kepala tertunduk dan memikirkan... memikirkan...

Astaga, ada apa dengannya? Changmin meringis dan memukul kepalanya sendiri. “Bodoh. Jangan terus memikirkan orang itu.”  

Tetapi kalau ia  memang tidak mau memikirkan orang itu, kalau ia memang tidak seharusnya memikirkan Jung Yunho, kenapa di antara semua tempat yang bisa dikunjunginya di London ia justru datang ke sini?

Ia benar-benar menyedihkan. Benar-benar...  

Changmin terkesiap keras ketika lengannya mendadak dicengkeram, disusul suara rendah dan datar yang berkata, “Kau mau terjun ke dalam kolam?”  

Changmin me

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
vitachami
#1
Chapter 25: Sorry crys, saya baru baca ceritanya..
Cerita ini benar2 bagus dan membuat saya berbunga2..
Walaupun ini remake dari novel, tapi klo di edot jadi homin rasanya lebih wow, terima kasih karena sudah mengupload dsini..
Semoga terus berkarya yaa n sukses buat kmu
Dilian
#2
Chapter 25: yeeeeeiii, gk bs berkata ap2, hnya makasih udah buat novel ilana tan jdi ff homin,
Dilian
#3
Chapter 19: selalu bagian ini jdi favku,aaaah, sekarang tmbah jdi fav ku krna homin...
Dilian
#4
Chapter 15: Baca novelny udah bertahun2 yg lalu, dan baca lagi tpi dg versi homin, ngerasa seneng aja,hahaha, aku suka bget ff ini d buat homin version, udah baca smpe chapter ini dan ttep gk bs ilangin rasa deg2an,sma puas ngebaca yunho sm changmin, rasanya mau meledak saking happy ny, hehe
Dilian
#5
Chapter 2: tanpa sengaja ketemu FF ini, dan berhubung udah pernah baca novel ny Ilana Tan ini, jdi ny tambah penasaran gimana novel ny d buat versi homin uggggh, gk bs berhenti senyum2 sendiri ngebayangi si changmin as naomi, hahaha bru baca satu chapter aja udah penasaran bgeeet, like it so far,
MaxRen13 #6
Chapter 25: Loading...

End??? Serius??? Gantung bgt kek pilem jpang
MaxRen13 #7
Chapter 24: Oh my! Scene tbc-nya sinetron abis T.T
Hhahahahahha
MaxRen13 #8
Chapter 23: Yaaa.. Yun lo cembukur ma kmbarannya changmin T. T
MaxRen13 #9
Chapter 22: Maaf aku bru smpet baca..
Aku lnjut..
Bigeast88 #10
Chapter 25: Thor, bakal ad side storynya gaa??? :'3 ya mungkin potosyutnya pake kostum pengantin *plak
Ato mungkin encehnya *ngarep *oy