BAB 12
Spring in LondonBAB 12
“Hyung mau ke Lake District? Hari ini?” tanya Changmin di ponsel dengan alis terangkat. Ia sedang minum teh dengan Julie di kafe di Holland Park ketika Yunho meneleponnya dan berkata bahwa ia akan pergi ke Lake District, New Country.
“Ya,” sahut Yunho di ujung sana. “Kami sedang mengerjakan video musik baru dan pengambilan gambarnya akan dilakukan di sana. Kudengar tempat itu sangat indah.”
“Kudengar juga begitu,” gumam Changmin sambil lalu. “Tapi, Yunho Hyung, apakah Hyung sudah cukup sehat untuk melakukan perjalanan jauh?”
Yunho tertawa. “Aku sudah sembuh, Changminnie. Sungguh. Jaewon Hyung juga tidak akan mengizinkan aku pergi kalau aku masih sakit.”
“Kapan Hyung akan kembali?”
“Entahlah. Aku tidak yakin. Kurasa hanya dua atau tiga hari.”
“Dua atau tiga hari?”
“Kenapa? Tentunya kau bisa bertahan beberapa hari tanpa aku, bukan?” gurau Yunho.
Changmin mendengus. “Aku sudah bertahan seumur hidup tanpa dirimu, Hyung, jadi aku yakin aku akan baik-baik saja.”
Saat itu Julie mencondongkan tubuhnya ke arah Changmin dan berbisik, “Apakah dia akan datang ke pertunjukanku?”
Changmin meneruskan pertanyaan Julie kepada Yunho.
“Katakan padanya aku pasti datang,” sahut Yunho. “Bukankah aku sudah pulang sebelum hari pertunjukan perdananya?”
“Dia pasti datang,” kata Changmin kepada Julie, lalu kembali berkata kepada Yunho, “Baiklah kalau begitu. Jaga dirimu, Changminnie.”
“Kau juga, Hyung. Aku akan meneleponmu lagi nanti.”
“Ada pekerjaan di North Country?” tanya Julie sambil memasukkan scone ke dalam mulut ketika Changmin sudah menutup ponsel.
“Katnaya dia akan pergi selama beberapa hari,” sahut Changmin pelan, lalu menoleh memandang ke luar jendela. Seperti biasa, langit London terlihat suram walaupun sinar mathari berusaha mengintip dari sela-sela awan.
“Oh, astaga,” kata Julie tiba-tiba. Seulas senyum lebar tersungging di bibirnya dan mata hijaunya berkilat-kilat penuh arti.
Changmin menatapnya dengan alis terangkat. “Apa?”
“Kau mendesah, Changmin,” kata Julie.
“Mendesah?” ulang Changmin sambil mengerjap kaget. Ia tidak mendesah.
“Aku tidak mendesah.”
Senyum Julie semakin lebar. “Kau sudah pasti mendesah tadi dan aku tahu jenis desahan seperti itu.” Julie mencondongkan tubuh dan menopang kedua siku di atas meja. Matanya menatap mata Changmin lurus-lurus. “Belum apa-apa kau sudah merindukannya.”
“Apa?”
Julie tertawa. “Oh, akui saja, Changmin. Kau menyukai laki-laki itu.”
“Aku...” Changmin terdiam sejenak, lalu mengembuskan napas. “Sebaiknya kita bicarakan hal lain saja.”
Julie mengangkat bahu. “Kenapa? Jung Yunho itu sangat tampan, baik, sopan, dan menyenangkan. Dan aku yakin dia juga menyukaimu. Jadi apa salahnya kalau...”
“Jaejong menyukainya,” sela Changmin.
“Aku tahu itu,” kata Julie, membuat Changmin heran. “Tapi lalu kenapa? Yunho tidak menyukainya, bukan?”
Changmin mengangkat bahu. “Aku sudah berjanji akan membantunya.”
“Membantu siapa? Jaejong?”
Changmin mengangguk.
“Maksudmu, membantunya mendekati Yunho?”
Changmin tidak menjawab. Julie menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya dengan perlahan. “Kau tahu, Changmin, kadang-kadang kau bisa sangat bodoh.”
Changmin tidak berkomentar. Ia hanya menunduk dan mengaduk-aduk tehnya.
“Ngomong-ngomong soal Jaejong,” gumam Julie tiba-tiba.
Changmin mengangkat wajah dan melihat Julie sedang memandang ke arah pintu restoran. Changmin mengikuti arah pandang Julie dan matanya langsung menangkap sosok Kim Jaejong yang sedang berjalan ke meja mereka sambil tersenyum cerah. Terakhir kali Changmin bertemu dengan Jaejong adalah empat hari yang lalu, ketika mereka pulang dari apartemen Yunho.
“Halo,” sapa Jaejong ceria ketika ia sudah berdiri di samping meja Changmin dan Julie. “Aku kebetulan lewat dan melihat kalian dari luar restoran, jadi kuputuskan untuk ikut bergabung dengan kalian. Kalian tidak keberatan, bukan?”
“Tidak, tidak. Silakan duduk,” kata Julie sambil bergeser ke kursi di sampingnya untuk memberi tempat kepada Jaejong.
Jaejong melepas jaket sambil memesan secangkir teh pada seorang pelayan yang menghampirinya. Setelah si pelayan pergi, Jaejong menatap Changmin dan Julie bergantian. “Jadi apa yang sedang kalian bicarakan?” Changmin melirik
Julie sekilas, lalu menatap Jaejong dan berkata, “Hanya tentang pertunjukan Julie minggu depan. Dia ingin memastikan kita semua datang. Kau juga pasti datang, bukan?”
Selama beberapa saat mereka mengobrol tentang berbagai hal sambil minum teh dan melahap semua scone dan kue kecil yang mereka pesan. Lalu tiba-tiba Jaejong berkata, “Ngomong-ngomong, kenapa Chris dan Yunho tidak ikut minum teh bersama kita?”
“Chris tidak bisa meninggalkan restoran,” sahut Julie. “Sedangkan Yunho sedang pergi ke luar kota.”
Alis Jaejong terangkat dan ia menoleh ke arah Changmin. “Ke luar kota? Ke mana?”
Changmin memaksakan seulas senyum tipis. “Lake District,” gumamnya. “Ada pekerjaan di sana.”
“Lake District,” gumam Jaejong dengan nada merenung. Sesaat kemudian ia menatap Changmin dan Julie bergantian. “Ada yang mau pesan scone lagi? Scone di sini benar-benar enak.”
* * *
Tiga hari kemudian
Begitu Changmin membuka pintu flatnya, aroma tidak asing langsung menyerbu hidungnya. Aroma masakan. Seulas senyum otomatis tersungging di bibirnya. Pasti Chris sudah ada di rumah. Dan kalau menilai dari aromanya, ia pasti sedang memasak sesuatu yang lezat.
“Changmin, kaukah itu?” seru Chris dari dapur.
“Ya, ini aku,” Changmin balas berseru sambil menggantung jaket dan melepas sepatunya. Lalu ia berjalan ke dapur. “Aromanya enak sekali.”
Chris sedang mengaduk-aduk sesuatu di panci sementara Julie duduk di meja makan dan memotong-motong sayuran hijau dengan canggung. Changmin tersenyum memikirkan bagaimana jadinya Julie kalau ia disuruh memerankan koki andal dalam drama. Ia pasti gagal total.
“Kuharap kau belum makan malam, Sayang,” kata Chris, lalu mencicipi saus yang sedang dimasaknya. “Oh... Ya Tuhan, aku benar-benar jenius. Saus ini benarbenar lezat. Aku bisa jatuh cinta pada diriku sendiri.”
“Aku belum makan malam dan aku kelaparan,” kata Changmin. Ia menghampiri Chris dan mengintip ke dalam panci. “Kita akan makan apa malam ini?”
“Pasta,” kata Chris. “Oh ya, bagaimana kalau kau mengundang Yunho makan malam bersama kita? Kuharap dia tidak alergi lobster.”
Changmin menggeleng. “Yunho Hyung belum kembali ke London.”
“Kenapa? Bukankah dia bilang hanya dua atau tiga hari?” tanya Julie.
“Kemarin malam dia meneleponku dan sepertinya ada
Comments