BAB 20
Spring in LondonBAB 20
“Jadi kemarin kau tidak mengantar Yunho ke bandara?” tanya Julie sambil mengangkat kedua kaki ke atas kursi dan menyesap kopi paginya.
Changmin mengaduk-aduk tehnya dan mendesah. “Dia tidak mengizinkan aku mengantarnya ke bandara.”
“Dia pasti takut kau menangis meraung-raung di bandara,” komentar Chris sambil menunduk dan mengeluarkan roti dari oven. “Laki-laki seperti Yunho tidak suka menjadi pusat tontonan.”
Changmin mendengus. “Kau lupa dia seorang model? Dia sudah terbiasa menjadi pusat tontonan. Dan apa maksudmu dengan aku yang menangis meraung-raung?”
“Mungkin kau memang bukan tipe orang yang menangis meraung-raung,” koreksi Chris dan memindahkan roti-roti dalam loyang ke piring besar. “Kau tipe orang yang langsung menutup diri dan tenggelam dalam kesedihan sendiri.”
Changmin menyesap tehnya tanpa berkata apa-apa.
Julie menyikutnya. “Hei, kau dan Yunho baik-baik saja, bukan? Tidak bertengkar atau semacamnya?”
Changmin tertegun. Apakah ia dan Yunho baik-baik saja? Entahlah.
“Changmin?”
Changmin buru-buru memaksakan senyum dan berkata, “Semuanya baik-baik saja.”
Saat itu bel pintu berbunyi dan Chris menegakkan tubuh. “Aku berani bertaruh itu pasti Jaejong dan dia datang untuk meminta bantuan Changmin sekaligus sarapan gratis di sini,” gerutunya riang dan berjalan ke pintu.
Beberapa detik kemudian Changmin dan Julie mendengar Chris berseru lantang,
“Aku benar!”
“Benar apanya?” tanya Jaejong ketika ia muncul di dapur. “Astaga, aromanya enak sekali.”
“Duduklah dan anggap rumah sendiri,” kata Julie sambil menggeser kursi untuk memberi tempat kepada tamu mereka.
“Jaejong, kenapa kau datang pagi-pagi begini?” tanya Changmin.
“Selain untuk mencicipi masakanku, tentu saja,” sela Chris sambil nyengir.
“Aku ingin meminta bantuan Changmin,” sahut Jaejong sambil meraih salah satu roti dari tumpukan.
“Seperti biasa,” sela Chris.
Tetapi sepertinya Jaejong tidak mendengar, karena ia langsung menoleh ke arah Changmin dan berkata, “Kami berencana menerbitkan edisi khusus yang memuat perancang-perancang baru di seluruh penjuru Inggris dan pagi ini kami akan mengadakan rapat untuk membahas rencana ini lebih mendetail. Kuharap kau bisa bergabung. Biasanya kau memiliki gagasan-gagasan unik yang sangat berguna.”
Changmin ingin mendesah keras. Ia sudah tahu apa yang akan terjadi di rapat itu kalau ia ikut serta. Seperti di rapat-rapat lain yang pernah dihadirinya, Changmin-lah yang akan selalu melontarkan ide-ide dan menjelaskan semua rencananya sementara Jaejong akan menuruti semua gagasannya tanpa menyumbangkan ide apa pun.
“Maaf, Jaejong. Aku tidak bisa. Jadwal kerjaku penuh sepanjang hari ini,” kata Changmin. Ia bersyukur ia tidak perlu berbohong untuk menolak permintaan temannya karena seharian ini ia memang akan sangat sibuk.
Jaejong mendesah keras dan menggeleng-geleng. “Aneh sekali. Kenapa semua orang yang kuhubungi selalu sibuk?” gerutunya pada diri sendiri.
“Pertama-tama sepupuku, lalu kau. Dan Yunho juga tidak bisa dihubungi sejak kemarin. Ada apa dengan semua orang?”
“Yunho? Tentu saja kau tidak bisa menghubunginya karena dia sudah pulang ke Korea,” kata Julie.
Mata Jaejong terbel
Comments