Chapter 38
Complicated Love StoryDemi apapun, Luhan berani bersumpah bahwa dia sama sekali tidak menyangka dapat bertemu dengan Soojung dengan situasi seperti ini. Mungkin lain waktu dia harus menraktir teman semasa kuliahnya di Milan dulu, Kris. Jika bukan karena Kris yang mendadak harus menuruti kemauan istri dan anaknya untuk menghabiskan waktu libur bersama, Luhan mungkin tidak dapat bertemu dengan Soojung. Yah, mengingat kesempatannya untuk bertemu Soojung amat kecil. Ayolah, Soojung berada di sini, di Amerika, dan dirinya di Korea, mana mungkin mereka bertemu?
Tetapi, entah apa yang merasuki diri Luhan, membuat pemuda tampan itu mengabaikan segala ekstensi Jung Soojung. Pertama, ia cukup terkejut karena Soojung mengganti namanya menjadi Krystal, seorang designer muda yang Luhan tahu mulai diakui karyanya yang luar biasa. Krystal sama sekali tidak pernah diwawancarai satupun media, sehingga wajar Luhan sama sekali tidak tahu jika Krystal adalah Soojung. Yang kedua, Luhan masih cukup kecewa karena Soojung tiba-tiba pergi meninggalkan Korea, dengan catatan - sama sekali tidak memberitahunya. Luhan sangat terkejut manakala kembali ke Korea dan ia sama sekali tidak menemukan sosok Soojung. Baiklah, itu bukan berarti Luhan masih ada rasa pada Soojung, hanya saja bukankah Soojung selalu menganggap Luhan sebagai kakaknya? Bagaimana bisa ia tidak memberitahu perihal kepergiannya pada Luhan sama sekali?
“Ehm, kurasa yang ini saja. Lebih tampak misterius dan membuat orang penasaran,” Luhan membuyarkan lamunannya seketika begitu mendengar suara Soojung menginterupsinya.
“Kau baik-baik saja, oppa?” tanya Soojung sedikit khawatir. Jujur, Luhan amat merindukan panggilan ‘oppa’ keluar dari mulut Soojung. Dan itulah yang membuat dia ingin sekali memeluk Soojung begitu pertama kali melihat sosok gadis cantik itu. Namun, sekali lagi egonya mengendalikan seluruh raganya untuk tidak melakukannya.
“Eum, yah. Kalau begitu aku akan segera kirim hasil editannya padamu nanti, nona Krystal,” kata Luhan sambil berusaha memalingkan wajahnya. Soojung tersenyum tipis melihatnya.
“Hum, aku tinggal dulu, oppa. Ada yang meneleponku,” kata Soojung begitu mendengar suara dering ponselnya.
Luhan hanya mengangguk patuh. Kedua netra Luhan sama sekali tidak bisa lepas dari sosok Soojung. Gerak-geriknya, senyumnya, tawanya. Tunggu, Luhan dapat menangkap bahwa gadis itu tertawa denga rekannya di ujung telepon. Kedua mata rusa Luhan menyipit curiga. Siapa yang sebenarnya menelepon gadis itu? Luhan kemudian mengangkat bahunya acuh. Sudahlah, tidak baik ikut campur urusan orang, meski itu urusan Jung Soojung.
O0O
“Mwo?”
“Ya, Krys, cobalah tidak bersikap berlebihan,” kata Jessica sambil menutup telinganya.
“Ka-kau baru saja menyuruhku ke Korea?” tanya Soojung dengan bola mata yang melebar. Jessica tidak menjawab, ia hanya mengangguk membenarkan.
“Kenapa tidak yang lain saja? Kau tahu kan aku sama sekali tidak mau kembali ke Korea,” protes Soojung kesal.
“Sampai kapan, Krys? Bukankah dalam waktu dekat kau juga akan kembali ke sana?” tanya Jessica dengan tatapan mengintimidasi.
Soojung terdiam sejenak lantas menunduk, “A-aku bahkan belum menyetujui perihal kepindahanku kembali ke Korea,” katanya pelan
“What?” Jessica berseru mendengarnya.
“Jess, you know everything, right? A-ku punya kenangan buruk di sana dan lagi ada orang yang tak ingin kutemui,” kata Soojung masih dengan menundukkan kepalanya.
Jessica mendengus pelan dibuatnya, “Dengar, Jungie. Bukankah kau kini sudah memiliki kehidupan yang baru? Kau tidak perlu takut lagi menghadapi masa lalu, kini sudah ada orang yang mampu menjadi tameng dan peganganmu,” katanya sambil menepuk bahu Soojung lembut.
“Tapi, eonnie,”
“Sudahlah, lagipula ini hanya perjalanan bisnis. Kau bisa kembali ke mari begitu kerja sama kita dengan perusahaan itu berakhir,” bujuk Jessica.
Krystal mendesah pelan, “Baiklah, untuk kali ini saja,” katanya mengalah.
Kedua mata Jessica berbinar mendengarnya, “Thanks, Krissie.”
Krystal hanya tersenyum kecut lantas segera memutuskan untuk keluar dari ruangan Jessica. Ia perlu menenangkan diri sekarang. Soojung keluar dari ruangan Jessica dengan langkah gontai. Namun, seluruh tubuhnya terkesiap begitu menemukan sosok Luhan di depan ruangan sepupunya itu.
“O-oppa,”
“Oh, hey. Aku ingin menyerhkan hasil editan fotoku,” kata Luhan sambil menyerahkan sebuah memory card pada Soojung.
“Uhm, yah. Terima kasih,” kata Soojung pelan dan mencoba tersenyum.
.
.
.
.
“Eum, mau menemaniku minum kopi?” tanya Luhan berusaha memecah kecanggungan yang melingkupi mereka.
Kedua mata Soojung mengerjap pelan. Lalu hanya mengangguk setuju. Soojung rasa ini merupakan kemajuan yang baik untuk memperbaiki hubungannya dengan Luhan.
O0O
Suasana kiranya belum membaik meski mereka telah tiba di sebuah caffe, yang letaknya tak jauh dari butik dan galeri Jessica. Namun, tampaknya tidak ada satupun baik dari sisi Luhan, maupun Soojung yang ingin memulai pembicaraan. Mereka tampaknya sedang berpikir sambil mencoba merangkai kata. Mereka sudah sangat lama tidak bertemu, jadi wajar jika merasa canggung sama lain.
“Ehm, jadi bagaimana kabar oppa sekarang ini?” tanya Soojung pelan sambil mengelus pegangan cangkirnya dengan jemarinya yang lentik.
“Yah, seperti yang kau lihat,” jawab Luhan asal. Detik berikutnya ia merutuki diri sendiri, niat awal ingin memperbaiki hubungannya dengan Soojung, malah dia sendiri yang menghancurkannya.
“Paman dan bibi?”
“Yah, mereka juga baik,” jawab Luhan sambil tersenyum tipis. Setidaknya ini akan memperbaiki jawabannya yang tadi.
Soojung menganggukkan kepalanya mengerti. Dan keheningan sekali lagi tercipta. Keduanya tampak kehabisan bahan obrolan.
“Taemin dan Naeun akan segera menikah,” celetuk Luhan membuat mulut Soojung membulat sempurna.
“Benarkah?”
Soojung berdecak pelan, “Aku sama sekali tidak menyangka mereka akan selanggeng itu. Kasihan Naeun eonnie,” komentar Soojung sambil menyandarkan punggungnya di bangku. Luhan tersenyum kecil melihat tingkah Soojung. Tampaknya Soojungnya baru saja kembali.
“Mungkin yang satu ini akan membuatmu lebih syok,” Soojung mengangkat sebelah alisnya penasaran begitu mendengar perkataan Luhan.
“Minho dan Jiyeon. Yah, akhirnya Minho memutuskan untuk melamar gadis itu,” kata Luhan dengan raut wajah yang cerah.
“Wah, itu berita yang sangat bagus,” sahut Soojung dengan mata berbinar.
Comments