Chapter 30
Complicated Love StoryChapter 30
Nyonya Jung menghirup napasnya dalam-dalam sambil memandangi pintu kamar putri kesayangannya. Perlahan ia mengetuk kamar Soojung, berniat untuk membangunkan gadis itu pagi ini. Karena tidak mendapat respon sama sekali dari pemilik kamar, Nyonya Jung memutuskan untuk membuka pintu kamar putrinya itu tanpa dipersilahkan. Ia sedikin melongokkan diri mengintip aktivitas sang putri. Senyumnya mengembang saat melihat Soojung ternyata telas siap dengan seragam sekolahnya.
“Kupikir kau belum bangun,” Soojung tersenyum saat mendengar suara nyonya Jung memasuki gendang telinganya.
“Aku bukan pemalas, eomma. Mana mungkin aku belum bangun. Aku bukan Jongin si tukang tidur,” sahut Soojung tanpa menghapus senyumnya.
Nyonya Jung hanya mengangkat bahunya acuh lantas duduk dipinggir ranjang putrinya. Ia mengamati setiap gerak-gerik sang putri. Soojung benar-benar tumbuh dengan baik. Ia menjadi gadis cantik nan menawan, wajar jika banyak yang menaruh hati padanya. Nyonya Jung cukup menyadari bahwa putra para tetangganya juga menaruh hati pada Soojung, termasuk Luhan, Minho, dan Jongin. Hanya saja Jonginlah yang berhasil menawan hati putri semata wayangnya itu.
“Ahh ya, Luhan, Minho, dan Taemin, bukankah kemarin mereka sudah diumumkan lulus?” tanya nyonya Jung. Soojung menghentikan aktivitasnya sejenak lantas mengangguk untuk membenarkan.
“Itu berarti semester ini akan segera berakhir, bukan?” tanya nyonya Jung lagi. Soojung benar-benar menghentikan aktivitasnya di depan cermin. Ia hampir lupa tentang pembicaraan ayahnya tadi malam. Mungkin Soojung benar-benar ingin melupakannya.
“Hmm, tinggal sebulan lagi sebelum ujian akhir kenaikan kelas,” jawab Soojung kemudian. Nyonya Jung dapat menangkap nada sedih dari jawaban Soojung tadi.
“Mungkin eomma bisa membantumu, Jungie-ah,” Soojung mengerutkan alisnya setelah sang ibu menucapkannya.
“Yah, eomma bisa membujuk appamu agar kau dan eomma bisa tetap tinggal di sini,” jelas nyonya Jung.
“Benarkah?” tanya Soojung antusias. Nyonya Jung hanya mengangguk sambil tersenyum lembut.
“Itu tidak akan berhasil, eomma. Appa kan tidak pernah mau berpisah dengan eomma,” kata Soojung begitu menyadari bahwa ide itu sangat mustahil dilaksanakan.
“Yah, siapa juga yang akan meninggalkan appamu?” Soojung lagi-lagi dibuat penasaran.
“Eomma akan menemanimu di sini hingga kau lulus. Lalu setelah kau masuk kuliah, eomma akan menyusul appamu. Eomma yakin kau bisa menjaga dirimu sendiri saat kuliah nanti. Terlebih ada Jongin, kurasa ia bisa diandalkan,” jawab nyonya Jung.
“Jadi kau tidak perlu khawatir lagi, oke?” Soojung benar-benar senang mendengar tawaran dari ibunya itu. Dengan segera ia memeluk dan mengucapkan terima kasihnya terus menerus. Setidaknya kini ia bisa sedikit lega. Tidak harus berpisah dengan Kim Jongin, bukankah itu hal bagus?
O0O
Diam-diam Sehun mencuri pandang ke arah bangku Soojung dan Jinri. Pusat pandangannya tentu saja Soojung. Sudah beberapa waktu terakhir ini Soojung menghindarinya. Bahkan saat berangkat bersama tadi Soojung cenderung diam. Sehun benar-benar merasa frustasi. Belum selesai urusannya dengan Jinri, kini Soojung malah ikut menghindarinya.
“Hun, kau tahu bagaimana caranya mengerjakan yang ini?” pertanyaan Jongin membuat Sehun mengalihkan perhatiannya.
“Ckkss, aku juga tidak tahu. Kerjakan sendiri,” sahut Sehun ketus. Jongin terdiam sejenak mendengar penolakan sahabatnya itu.
“Aiish, kau pelit sekali sih. Ya sudah, nanti aku tanya Soojung saja,” kata Jongin kesal.
Sehun merasa ubun-ubunnya mendidih saat Jongin menyebut nama Soojung dengan mesranya, seakan Soojung adalah milik Jongin seorang. Tidak tahukah Jongin bahwa mulanya hati Soojung adalah milik Sehun? Bahkan Sehun masih meyakini benar bahwa hati gadis itu masih menjadi miliknya. Sebenarnya Sehun dapat dengan mudah menjawab pertanyaan yang ditanyakan Jongin tadi. Tapi, entah mengapa ia tak ingin membantu Jongin. Ia kesal pada Jongin. Ia marah pada pemuda berkulit tan itu. Terlebih sejak ia melihat kejadian semalam, saat dengan mudahnya Jongin menikmati bibir ranum Soojung dengan mesra. Sehun benci itu. Dan dia tidak menyukainya.
Begitu jam istirahat tiba kedua lensa Sehun segera mengarah pada sosok Soojung yang tengah ditinggal Jinri. Akhir-akhir ini Jinri memang menghindari dirinya dan juga Soojung. Jinri tampaknya lebih asyik bergaul dengan Suzy dan rekan-rekannya. Dengan senyum terbaiknya Sehun mendekati bangku Soojung, berniat mengajak gadis itu ke kantin bersamanya.
“Soojungie, ayo kita ke kantin. Aku sudah lapar sekali,” ajak Sehun dengan kalimat manjanya. Biasanya Soojung selalu menuruti kemauan dan ajakan Sehun jika pemuda itu mengeluarkan jurus manjanya.
“Jongin, ayo ke kantin,” senyum Sehun menghilang saat Soojung sama sekali tidak menggubris ajakannya dan malah mengajak Jongin.
“Kau dan Sehun duluan saja. Aku ada urusan sebentar dengan pelatih,” kata Jongin seraya mengacak rambut Soojung lembut.
“Aku titipkan pacarku, Hun,” kata Jongin lagi sambil menepuk bahu sahabatnya dan beranjak pergi. Sehun mendengus kesal. Titip? Bahkan tanpa dititipkan padanya pun, Sehun akan selalu menjaga Soojung.
“Jadi, kita ke kantin sekarang?” tanya Sehun berusaha tersenyum.
“Aku tidak lapar. Aku mau ke perpustakaan saja,” tolak Soojung sambil beranjak meninggalkan Sehun.
Sehun menghembuskan napasnya jengah. Lagi-lagi Soojung menghindarinya. dengan segera Sehun menyamai langkah Soojung dan meraih lengan gadis itu. Perbuatan Sehun cukup berhasil karena langkah Soojung terhenti.
“Kenapa kau menghindariku, nona Jung?” tanya Sehun sambil menatap Soojung tajam. Soojung tidak menjawab apapun. Dia hanya membalas tatapan Sehun dengan tatapan yang lebih tajam.
“Lepaskan aku,” perintah Soojung dengan nada datar. Sorot mata Sehun berubah sendu. Sejak kecil hingga saat ini Soojung tidak pernah menatap dan berbicara padanya seperti ini.
“Jongin tadi menitipkanmu padaku, jadi aku sekarang bertanggung jawab padamu, Jungie. Sekarang ayo ke kantin dan makan,” akhirnya Sehun menggunakan nama Jongin untuk membujuk Soojung.
“Aku yakin, Jongin tidak akan mempermasalahkan jika aku tidak ke kantin untuk makan. Aku mau ke perpustakaan, dan jangan ikuti aku,” kata Soojung sambil melepaskan diri dari cengkeraman Sehun. Sehun hanya menghela napasnya dan mengalah pada gadis itu. Sehun memegangi dada kirinya yang merasa sesak. Entah mengapa penolakan Soojung membuatnya begitu tak sempurna.
O0O
Soojung masih melamun memandangi buku-buku yang tersusun rapi di raknya. Secara random Soojung memilih buku untuk dia baca. Ia lantas segera memilih tempat yang nyaman untuk membaca. Sayangnya, pikiran Soojung tidak bisa fokus untuk membaca. Ia menyesal telah sekasar tadi pada Sehun. Namun, Soojung merasa ia memang harus menghindari Sehun. Ini semua demi Jinri. Walau Soojung tidak tahu alasan dibalik kemarahan Jinri, namun ia menerka ini pasti berkaitan dengan dirinya dan Sehun. Memikirkannya benar-benar membuat Soojung merasa pusing.
Soojung menggigit bibirnya saat mendengar suara yang berasal dari perutnya. Ia kesal pada dirinya sendiri karena merasa lapar. Harusnya ia ke kantin kalau lapar, bukan ke perpustakaan. Tapi kalau ia ke kantin, berarti kegiatannya untuk menghindari Sehun akan gagal. Soojung merutuki Jongin diam-diam dalam benaknya. Andai saja Jongin tidak menemui pelatihnya, ia pasti dapat mengisi perut laparnya ini dengan makanan. Namun, tiba-tiba Soojung tersenyum mengingat Jongin. Waktu istirahat masih berjalan, dan mungkin saja Jongin belum makan karena harus bertemu pelati
Comments