003.
HeartlessRaut mukanya menunjukkan kegelisahan. Langkah kakinya terlihat ragu-ragu. Sesekali ia hendak melangkah maju namun kembali ia berbalik. Dalam benaknya bergelut pikiran-pikiran yang seolah memaksanya untuk tetap berlanjut.
Tidak ada yang salah dengan apa yang akan dilakukan. Ini benar, hanya saja kemungkinan besar ia tidak akan mendapatkan respon yang baik. Iya, kemungkinan besar sosok itu akan mengacuhkannya lagi dan lagi. Sama seperti hari kemarin.
Dengan tangan membawa kotak makanan, Soojung kembali mengayunkan kaki rampingnya. Tujuannya satu. Mencari sosok tinggi yang telah menyelamatkannya kemarin hari. Beberapa langkah terhenti kala lensa kelamnya menangkap sosok yang dimaksud tengah berdiri dengan teman-temannya tak jauh dari dirinya.
Sebentar ia menghirup nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya pelan. Sedetik kemudian ia kembali berjalan mendekatinya.
“Eung, Se-Sehun-ah.” Panggil Soojung sedikit takut.
Sosok pemilik nama melihat kearah Soojung dengan tatapan dingin. Sedangkan dua sosok lainnya yang bersama dengan Sehun memilih membiarkan keduanya untuk sendiri.
“A-aku.. Aku ingin mengucapkan terima kasih.” Tukasnya pelan. Soojung masih menunduk. Terlalu takut untuk sekedar melihat kilat wajah dingin Sehun.
Sehun membuang muka sebentar. “Eoh! Sama-sama.” Sahutnya datar lalu berbalik hendak meninggalkan Soojung.
“Tung-tunggu!” Soojung menahan tangan Sehun ketika kaki jenjang Sehun telah melangkah.
Sehun tersentak dan kembali berbalik. Ia menatap bingung Soojung masih dengan sorot mata tajam. Soojung menunduk takut ketika tatapan tajam itu menghujam blackhole miliknya. Mengetahui tatapan tak suka dari Sehun, langsung Soojung melepas tarikannya.
“Aku ingin memberikanmu kue ini sebagai tanda terima kasih.” Ucap Soojung seraya menyodorkan kotak makanan yang ia bawa.
Sekilas Sehun memandang dalam gadis itu. Masih dengan ekspresi yang sama tanpa ada suara yang terdengar dari bibir tipisnya, Sehun memutar bola matanya lalu berbalik. Sosok tinggi itu mengacuhkan Soojung yang telah bersusah payah mengumpulkan keberanian untuk menyerahkan kotak makanan itu kepada Sehun.
Sehun, Oh Sehun. Seseorang yang ada di hati Soojung sejak dua tahun yang lalu. Soojung begitu menyukai Sehun dengan sepenuh hati meskipun ia tahu bagaimana sosok dingin itu bersikap. Tak masalah baginya karena Soojung tak terlalu berharap lebih kepadanya. Ia lebih memilih untuk menyembunyikan perasaannya dari pada mendekati Sehun.
Soojung mendesah kecewa. Ia menatap punggung Sehun yang telah jauh dari pandangan matanya. Ia kembali melihat sendu kotak makanan di tangannya. Sebuah kue yang dibuat khusus oleh eommanya untuk orang yang telah menolong anak kesayangannya dari godaan orang tak dikenal. Bisa saja orang itu adalah suruhan orang-orang yang tak menyukai keluarga Jung.
Hatinya mencelos pedih. Rasa sakit dan sesak beradu jadi satu dan tumpah ruah dalam diri Soojung. Kekecewaan ini terasa sangat menyakitkan bagi Soojung. Ia berbalik dan berniat untuk kembali kekelas. Saat akan melangkah, seseorang menarik tangan Soojung hingga ia hampir saja terpelanting.
Soojung terkejut melihat siapa yang menariknya. Tatapan tak suka terpancar begitu jelas dari bola mata miliknya. Senyum menyeringai penuh kebencian diberikan kepada Soojung.
Ia berdecak pelan disertai umpatan lirih sebelum tangannya mendorong tubuh Soojung. “Ck, kau cukup berani yaa.. Jung Soojung.” Sindirnya.
“Mak-maksudmu?” tanya Soojung bingung tak mengerti.
Gadis itu melipat tangannya di depan dada. Tatapan penuh rasa tak suka itu masih menyorot dari iris kelamnya. Sekilas ia memutar bola matanya malas. “Jangan berlagak bodoh! Kau berusaha mendekati Sehun bukan?”
Soojung tersentak. Ia menggeleng cepat. “Ti-tidak! Aku tidak berniat mendekati Sehun. A-aku hanya ingin mengucapkan terima kasih.” Sahut Soojung lirih.
Tanpa diantisipasi oleh Soojung, gerakan tangan Sulli terasa sangat cepat. Ia meraih kotak makanan dari tangan Soojung secara paksa.
“Kau ingin mendekati Sehun dengan ini ‘kan? Ingin mengalihkan perhatian darinya dengan kue ini?” decak Sulli. Lantas ia membuka kotak itu dan melemparkannya ke lantai.
Soojung terkejut dengan tindakan Sulli. Ia tak menyangka jika Sulli begitu membencinya. Padahal ia sama sekali tak seperti apa yang dikatakan Sulli. Soojung hampir menangis melihat perlakuan Sulli yang menurutnya sangat keterlaluan. Namun pertahanannya harus runtuh ketika merasakan sakit ditangannya. Sulli menginjak tangannya kala Soojung hendak membersihkan kotoran yang diakibatkan oleh Sulli.
“Aku sudah memperingatimu untuk tidak mendekati Sehun. Kau kira aku tidak tahu kalau kau sangat menyukai Sehun? Aku tahu itu! Dan ingat! Aku tidak akan segan-segan menyakitimu jika kau tetap mencoba mendekati Sehun! Mengerti!” bentak Sulli dengan kasar. Ia sama sekali tak peduli dengan sosok Soojung yang mengerang kesakitan. Bukan hanya tangannya yang sakit. Dada kirinya tiba-tiba terasa perih. Mungkin penyakitkan kambuh saat itu juga.
Soojung bersusah payah bangkit lalu menatap sendu wajah Sulli yang tampak begitu membencinya.
Sulli memutar bola matanya. “Jangan menatapku dengan wajah memelas seperti itu! Dasar gadis tak tahu diri.” Umpatnya lalu meninggalkan Soojung dengan kekacauan yang ia sebabkan.
Titik-titik air hangat jatuh begitu saja dari sudut matanya. Genangan air yang ditahan oleh kelopak mata Soojung terus memaksa untuk bebas sehingga menciptakan jalur bening di kedua pipi Soojung. Ia menangis seraya membersihkan kembali kotak makanan yang telah berserakan di lantai.
Ketika tangannya memunguti kue yang bercecer, tangan lain tampak membantu Soojung. Soojung tertegun melihat ada tangan lain yang membantunya. Lantas ia mendongak dan terhenyak kaget.
Mata cantiknya membesar tak percaya. “Eoh? Jong-Jongin-ah..” ucapnya lirih.
Sosok itu, Kim Jongin melihat Soojung dengan senyum manis mengembang. Senyum itu mengakibatkan kelopak mata Soojung tak berhenti mengerjab. Bahkan air mata yang sempat turun berhenti seketika.
“Kau baik-baik saja?” tanya Jongin ramah.
Soojung bertambah terkejut. Walaupun itu hanya pertanyaan sederhana namun cukup membuatnya tercengang dan kehilangan kata-kata. Pasalnya, selama ini ia sama sekali tak pernah mendengar Jongin bertanya kepadanya. Apalagi dengan suara seramah ini.
Bak robot yang telah disetel otomatis, Soojung mengangguk dan mengikuti gerak tubuh Jongin yang berdiri di sebelahnya.
“Te-terima kasih.” Tutur Soojung seraya menerima uluran kotak makanan dari Jongin.
Siswa berkulit tan itu tersenyum lembut. “Sama-sama. Jangan dimasukkan hati apa yang dikatakan Sulli. Dia memang terlalu berlebihan karena Sehun.” Ucapnya santai. Tangannya menepuk-nepuk rok selutut Soojung yang kotor akibat cipratan dari kue.
Berapa kali Soojung dibuat tertegun dengan sikap ramah yang tiba-tiba ditunjukkan oleh Jongin? Sedekar untuk bernafas normal dan memandang biasa saja ia tak mampu. Lagi-lagi ia harus bersikap seperti sebuah robot yang dikendalikan. Ia mengangguk pelan dengan bibir masih terbungkam bingung.
Jongin hanya tersenyum lalu meninggalkan Soojung yang masih berkutat dengan pikirannya yang tak mampu ia atasi. Aura yang dipancarkan oleh Jongin membuat Soojung terus tertegun hingga tak menyadari sosok Sunyoung telah berdiri keheranan di sebelahnya.
“Ada apa denganmu Soojung-ah? Apa yang sedang kau lihat?” tanya Sunyoung mengikuti arah pandang Soojung.
“Eh? Eung! Ah tidak apa-apa.” Senyum Soojung mengembang kikuk. “Kajja kita kembali kekelas, sebentar lagi pelajaran akan dimulai.” Tangan Soojung menggandeng lengan Sunyoung.
Keduanya kembali ke kelas. Seperti apa yang dikatakan Soojung, bel tanda pelajaran akan dimulai berdering keras. Memaksa para siswa untuk masuk ke dalam kelas masing-masing dan mengikuti pelajaran selanjutnya.
∞∞∞
“Unni...” Seru Soojung seketika sosok wanita muda turun dari mo
Comments