005.
HeartlessRisau angin yang mengoyak jendela kamar itu seolah tak memiliki keinginan untuk berhenti. Sedari tadi racauan itu terus saja berulang di tengah dinginnya malam hingga membuat sesosok yang tengah menikmati tidurnya mendengus tak karuan. Ia beranjak dan mulai menutup rapat jendela itu lalu kembali membaringkan tubuhnya.
Sementara satu sosok yang entah sejak kapan mulai mengagumi tumpukan tulisan itu masih berkutat dengan apa yang ia baca. Hampir dua jam ia menghabiskan waktunya untuk belajar dan membaca. Sesekali senyum simpul ia berikan saat kalimat yang menurutnya sangat menarik terbaca oleh mata tajamnya.
“Jongin-ah! Aku lapar. Bisakah kau membuatkanku makanan?” Sehun duduk dari tidurnya seraya mengusap perut yang tiba-tiba berbunyi nyaring.
Jongin menoleh. “Aku lebih tua darimu! Enak saja menyuruhku. Buat sendiri sana.” Sahutnya ketus kemudian kembali menatap buku yang ia bawa.
“Ck, awas saja kalau kau meminta nanti.” umpatnya. Sehun bangkit dan berjalan keluar kamar. Sementara Jongin hanya terkekeh kecil dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
Sesaat akan membuka lembaran berikutnya, sesuatu teringat di benaknya. Lantas ia mengambil ponsel dan hendak mengetikkan pesan kepada seseorang. Setelahnya ia meletakkan kembali ponsel itu dengan senyum yang tak tahu mengapa terlihat lebih menawan dan lebar daripada sebelumnya.
Cukup lama sosok Sehun kembali dengan tangan membawa semangkuk mie ramen panas. Ekspresinya berubah aneh, ia seolah menggoda Jongin dengan mencium-cium asap yang mengepul secara seduktif. Jongin hanya berdecak geli melihat tingkah Sehun yang menurutnya sangat aneh.
“Sepertinya ada yang sedikit berubah disini.” Ucap Jongin seraya meletakkan buku di atas meja lalu mendekat kearah Sehun.
Sehun menghentikan seruputannya dan memandang penuh tanya ke arah Jongin.
“Kau sedikit lebih terbuka dan lebih ramah mungkin.” Sahut Jongin.
“Maksudmu?”
Pemuda dengan bibir penuh menggoda itu tertawa pelan namun terkesan canggung. “Kau! Kau mulai memperhatikan wanita bukan?” Jongin mengambil alih mangkuk Sehun. Sedikit protes tetapi tak dihiraukan oleh Jongin.
Sehun mendesah pelan. “Lalu ada masalah?”
“Tidak. Hanya saja aku heran.”
“Dengan?”
“Kenapa kau memilih gadis itu?” Jongin menatap dengan pandangan yang sulit Sehun artikan. Seperti bukan sosok Jongin yang ia kenal.
Tangan Sehun meraih kembali mangkuk itu lalu menyeruput sisa mie yang masih ada. “Feeling saja.”
“Eh? Feeling? Kau benar-benar menyukainya?”
Kali ini Sehun benar-benar dibuat heran dengan Jongin. Apa masalahnya jika ia dekat dengan seorang gadis. Bukankah selama ini ia selalu meminta Sehun untuk tidak terlalu dingin dan lebih memperhatikan orang sekitar? Lalu mengapa ia harus menginterogasinya dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu? Atau mungkin.. Jangan-jangan...
“Entahlah...” Sahut Sehun datar seraya bangkit dari duduknya. Ia melangkah keluar kamar untuk mengembalikan piring. Hatinya tiba-tiba sedikit merasa aneh. Pertanyaan yang terlontar dari Jongin kembali mengangung dalam pikirannya.
Apa kau benar-benar menyukainya?
Kalimat itu... Kalimat itu seolah menghipnotis dalam pikiran Sehun. Sejenak ia menghentikan gerakan tangannya sebelum kembali memikirkan kata-kata itu. Apa yang dimaksud suka? Ia sama sekali tak tertarik dengan gadis itu, tidak. Ini hanya sebuah kontrak yang mengharuskan ia untuk tetap fokus menjalani apa yang menjadi tugasnya. Benar, Sehun bisa menjawab pertanyaan yang menggelayutinya itu.
Ini pasti akibat lebih dari sekali ia mendengar kata-kata menyukai hingga berakibat terekam jelas di otaknya. Salah sunbaenya juga yang menggodanya terus dengan kata-kata itu. Namun Sehun masih yakin dan percaya bahwa dalam hatinya memang tidak ada apa-apa untuk gadis itu selain melakukan apa yang di perintahkan. Kejam. Sehun tahu itu kejam. Namun ia tak peduli. Memang apa gunanya belas kasihan? Tidak ada bukan?
Yah, selama dua hari ini Sehun tampak sedikit mendekati Soojung. Sebenarnya Sehun masih menampakkan aura dingin jika berada di sekitar Soojung, namun kedua temannya mampu melihat bahwa ada yang berbeda dari Sehun ketika ia tak sengaja ataupun disengaja duduk di sekitar Soojung saat makan siang. Hingga Soojung merasakan kehadiran Sehun dan sedikit memberanikan diri untuk menyapa Sehun yang berakhir dengan senyum tipis dari bibir Sehun.
Sementara Jongin? Bagaimana dengan perasaannya?
∞∞∞
Kicauan burung menyambut riang datangnya cahaya mentari yang siap menghangatkan bumi ini. Suaranya mampu menyihir siapa saja yang tengah terlelap untuk membuka mata melihat indahnya dunia. Tak bosan-bosannya, sekumpulan unggas-unggas kecil masih bersenandung riang dibalik rindangnya pohon hijau.
Menit-menit bertambah, senandung dari unggas kecil serasa tertutup riuh rendah suara manusia yang bergerombol masuk kedalam gedung bangunan tinggi itu. SM High School, sekejap saja berubah menjadi lautan manusia saat detik-detik terakhir sebelum bel masuk dibunyikan.
Sehun menghentikan langkahnya dan memandang tajam sosok yang tak pernah bosan mengikutinya. Ini masih pagi, namun umpatan kasar sudah melayang bebas kearahnya. Seolah telinga itu tuli atau bagaimana, Sulli tak peduli dan terus menempel. Geram dan kesal, Sehun memberikan isyarat kepada Tao dan Jongin untuk membereskan gadis itu. Dan tak butuh waktu lama, Sulli telah menghilang bersamaan dengan seretan tangan Jongin. Sedangkan Tao masih mengikuti langkah Sehun.
Sesosok yang tak sengaja menarik perhatian Sehun membuatnya kembali menghentikan langkahnya. Mata tajamnya memandang lurus dengan ekspresi yang tak mampu Tao baca. Ia mengikuti arah pandang Sehun lalu berdecak pelan.
“Kalau memang kau berani dan berniat mendekatinya, datangi saja dia. Mumpung tidak ada Sunyoung di sekitarnya. Kau tahu ‘kan siapa Sungyoung?” Tukasnya pelan namun dengan nada sedikit usil.
Sehun melirik sekilas Tao dengan tatapan tak suka. Seolah ia tak setuju dengan perkataannya. Namun yang terjadi malah sebaliknya. Sehun melangkah mendekati sosok Soojung yang tampak mencari sesuatu di dalam tas. Hampir saja ia bisa bersama bila teman dekat Soojung tak lebih dulu mendekat.
Pemuda tinggi itu hanya memandang gamang Soojung yang berlalu dari pandangannya. Cukup lama sepasang lensa Sehun menyorot dingin tubuh Soojung hingga Tao datang dan menepuk pundaknya.
“Belum rejekimu kawan. Ayo kita ke kelas. Sepertinya Jongin juga sudah berada disana.” ucap Tao seraya menggandeng tangan Sehun.
∞∞∞
Perasaannya entah mengapa akhir-akhir ini sangat tajam. Ia bisa merasakan hal kecil kejadian yang tak terduga dalam hidupnya. Ambil contoh siswa tampan berkulit tan yang tiba-tiba bersikap baik kepadanya setelah hampir tiga tahun mengenal satu sama lain. Bukan-bukan. Perlu dikoreksi jika mengenal satu sama lain. Lebih tepatnya saling tahu tidak sampai sedekat itu.
Lalu setelahnya? Aura dingin yang selalu bertengger di sekitar tubuh tinggi Sehun juga perlahan memudar saat di dekatnya. Senyum yang tak pernah tampak di mata siswa lain secara jelas terpantul di lensanya. Hingga menimbulkan sesuatu yang bergerak konstan di dalam perutnya menyebabkan tingkat emosi kebahagian bertambah. Terlalu berlebihan? Entahlah, itu apa yang dirasakan oleh Soojung. Setidaknya jauh lebih baik daripada yang lalu.
Saat ini Soojung menikmati dingin musim semi di taman belakang sekolah seraya mendengarkan alunan musik yang terdengar menenangkan. Sesekali bibir tipisnya ikut bergerak sejalan dengan musik itu. Matanya ikut terpejam meresapi setiap bait penuh dengan kata-kata cinta. Lagu-lagu itu seakan menghipnotisnya untuk terus mendengarkan tanpa henti.
Sosok lain yang baru saja tiba di tempat itu tersenyum simpul. Tanpa ada niatan untuk mengganggu ia duduk di sebelahny
Comments