013.
HeartlessPart 13.
Soojung menutup rapat tirai jendela kamarnya setelah puas melihat sosok Sehun yang memohon bagaikan seseorang yang memiliki harga diri. Rahangnya mengeras dengan kepalan di tangan yang siap menggempur apapun. Perasaannya sakit sekali. Segala amarah yang terkumpul di hatinya seakan enggan untuk pergi apalagi setelah menatap sosok yang akhir-akhir membuatnya emosi dan memaksa untuk menumbuhkan rasa benci. Setelah Soojung tahu kenyataan bahwa Jongin, teman yang telah menyelamatkannya itu meninggal. Walaupun tak ada keterangan yang menyebutkan Jongin meninggal karena Sehun namun ia cukup tahu bahwa semua ini karena Sehun.
Mungkin rasa bersalah Sehun pada Jongin membuat pemuda dingin itu begitu gencar mendekati Soojung. Gadis itu mulai mengerti dengan semua ini. Ia tak akan bisa dibodohi lagi seperti dulu.
Tanpa terasa air matanya jatuh mengingat sosok Jongin yang tak akan bisa ia temui lagi. Perasaannya memanas kala otaknya dengan keras memutar bayangan Jongin yang selama itu memperhatikan Soojung. Berlaku baik dan memberikan kenyamanan untuknya. Soojung menangis semakin dalam seiring dengan memori tentang Jongin yang begitu menyesakkan dadanya. Soojung terjatuh dan memeluk lututnya. Ia terisak dalam dan dalam.
Ketika Soojung berjuang dengan air mata yang seolah enggan pergi, pintu kamarnya dibuka seseorang. Soojung mendongak dan mendapati Sooyeon masuk dengan wajah khawatir. Dari air muka Sooyeon tampak banyak tanya yang tengah menggelayutinya. Sooyeon mendekati sang adik dan memeluknya.
“Kau kenapa Soojung? Kenapa menangis?” Sooyeon mengusap pipi Soojung yang membasah.
Soojung tak menjawab, ia memeluk tubuh Sooyeon yang semakin cemas dengan keadaan Soojung.
“Apa kau sakit lagi? Apa dadamu sakit lagi?” Sooyeon mengeratkan pelukan Soojung.
Soojung mengangguk dalam pelukan Sooyeon. Rasanya memang sakit namun bukan sakit penyakit yang selama ini menggerogotinya. Ada hal lain yang membuatnya harus menangis seperti ini. Kehilangan dan penyesalan yang seakan terlambat untuk disampaikan.
“Sehun...” lirih Soojung.
Sooyeon melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Soojung. “Sehun? Ada apa dengan Sehun?” Tanyanya heran. “Ah, sebenarnya apa yang terjadi pada kalian? Kenapa kalian seperti ini?” Niat awal Sooyeon mendatangi Soojung adalah untuk menanyakan hal ini. Ia begitu khawatir melihat Sehun yang ditolak oleh Soojung saat ingin menemuinya.
“Jongin...”
“Jongin?” Ulang Sooyeon. “Sebenarnya apa yang terjadi Soojung? Ceritakan pada unni.. Siapa tahu unni bisa membantumu..”
Sooyeon benar, Soojung menegakkan duduknya dan menatap wajah cemas sang kakak. Ia sejenak menunduk lalu kembali mendongak. Kali ini ia harus menceritakan apa yang telah ia pendam sendirian. Mungkin dengan demikian rasa sakit yang ada bisa sedikit terlepas. Ada sosok lain yang mengetahui kematian Jongin selain keluarga Jongin, Minho, tapi pemuda tinggi itu tak mengetahui apa dan siapa penyebabnya. Soojung hanya berspekulasi dan menyimpulkan sendiri ini semua.
“Sehun.. unni.. Sehun...” Isakan tangis Soojung semakin menyayat hati Sooyeon. Ada apa? Pertanyaan itu terus saja bergelayut dalam pikiran Sooyeon.
“Katakan sayang.. Apa yang membuatmu seperti ini?”
“Sehun membunuh Jongin... Sehun bukan orang baik.. Dia.. dia...” Soojung menangis lebih dalam saat ingin mengutarakan isi hatinya. Sedangkan Sooyeon terkejut dengan ucapan Soojung. Yang ia dengar tak salah ‘kan?
“Kau, yang kau katakan benar? Sehun membunuh Jongin?”
Soojung mengangguk. Sooyeon mengusap pipi Soojung. “Jelaskan pada unni maksudnya apa itu..”
Segera Soojung menceritakan apa yang sebenarnya terjadi kepadanya. Tentang dirinya yang diincar oleh orang lain, tentang dirinya yang diculik Jongin dengan alasan untuk menjauhkan dari Sehun juga tentang perasaannya pada Sehun dulu. Semua tak ada yang disembunyikan oleh Soojung. Apapun yang dialami oleh Soojung ia ceritakan. Sooyeon tak tahu harus menanggapinya bagaimana. Ia terkejut luar biasa. Bagaimana bisa sosok Sehun yang ia percaya sebagai penyelamat Soojung ternyata adalah pembunuh bayaran? Dadanya berdesir perih tak pernah menyangka jika adiknya menjadi incaran orang yang tak menyukai orangtuanya. Bukankah Soojung sudah tersiksa dengan penyakitnya dan sekarang..
“Kita harus mengatakan ini pada eomma dan appa..” Sooyeon bangkit hendak melakukan apa yang ia katakan. Namun tangan Soojung lebih dulu mencegah.
Kedua alis Sooyeon menaut dengan kening yang berkerut.
“A-aku tidak mau Sehun terlalu banyak masalah...” Ucapnya pelan. Sooyeon masih tak paham dengan maksud Soojung. Soojung menatap dalam Sooyeon. “Di-dia telah menolongku unni.. Jadi jangan katakan pada eomma dan appa.. Aku memang kecewa kepadanya, tapi bukankah dia sudah menyesal atas semua itu.. Bahkan dia berusaha untuk mendekatiku lagi unni...”
Sooyeon semakin tak mengerti dengan adiknya. Ada apa dengan Soojung? Kenapa ia terkesan plin-plan?
“Maksudmu? Kenapa kau malah membela Sehun?”
“Bu-bukan begitu unni... Dia sudah merasa bersalah dengan kematian Jongin, akan menyakitkan baginya jika appa dan eomma bertindak atas hal ini..” Soojung menunduk. Menghindar dari tatapan penuh tanya Sooyeon.
“Ada apa denganmu Soojung?”
Soojung menggeleng. “Entahlah unni, tapi aku mohon.. Jangan katakan kepada lainnya..” Soojung menggenggam tangan Sooyeon.
Gadis bersurai cokelat terang itu mendesah pasrah. Keinginan untuk ikut menyelesaikan masalah Soojung dengan Sehun harus ia tahan. Gadis ini tak menginginkan sesuatu yang berat terjadi pada Sehun. Sooyeon masih belum paham dengan adiknya, tapi sebagai kakak ia hanya bisa menurut. Asal adiknya senang kenapa tidak?
Sedangkan Soojung, ia sendiri tak tahu mengapa merasa kasihan jika nantinya Sehun mendapatkan masalah yang lebih. Soojung tahu bagaimana watak appa-nya yang tak akan tinggal diam dengan ini semua. Walaupun Sehun telah menolongnya dalam mata hukum Sehun juga bersalah, ia memiliki rencana untuk membunuh. Apalagi profesi Sehun sebagai seorang pembunuh bayaran akan semakin sulit menolongnya. Lebih baik tak usah memberi tahukan pada lainnya, cukup Sooyeon. Dan selanjutnya Soojung akan melihat bagaimana usaha Sehun dalam menebus kesalahannya. Ada yang menggelitik dalam hati Soojung. Kemana rasa benci itu pergi tiba-tiba?
∞∞∞
Sungkyu membuang putung rokok yang tersisa ke atas tanah. Ia membalikkan badan dan melirik sekilas Joonmyeon yang tampak tenang dengan rokoknya. Ada yang tengah mengganggu pikiran Sungkyu. Semua ini tentang adik angkatnya. Oh Sehun, entah mengapa sikap Sehun yang begitu antusias mengejar Soojung menarik perhatian hyung tertuanya. Semula Sungkyu tak mengerti maksud dari Sehun, namun setelah mendengar penuturan pemuda datar itu, ia mulai paham. Alasan Sehun seperti ini adalah adik kandungnya, Kim Jongin. Namun juga sesuatu yang sering Sehun elak selama ini.
Cinta..
Sungkyu bisa membaca dari gelagat Sehun bahwa pemuda datar itu sedikit menumbuhkan rasa cinta dalam dirinya. Hal yang aneh mengingat selama ini pemuda itu terus hidup dalam kubangan kebencian dan tak memiliki perasaan sama sekali. Tapi kali ini?
“Sehun, mana Sehun?” Sungkyu mengambil kopi yang sudah disediakan Eunji dan menyeruputnya.
Joonmyeon membuang sisa rokok. “Keluar, setelah pulang sekolah tadi.. Kenapa? Apa ada yang ingin hyung diskusikan dengannya?” tanyanya heran.
“Hahhh...” Sungkyu menghela nafas panjang. Ia meregangkan ototnya yang sedikit kaku akibat bekerja sebagai pelayan kafe malam tadi. “Iya, membahas tentang kelanjutan hidupnya.. Apa dia akan terus memohon pada Soojung? Aku dengar gadis itu membenci Sehun yang telah membunuh Jongin...” sahutnya.
Joonmyeon tersentak, ia mendekati Sungkyu untuk mengorek lebih dalam lagi. Dibandingkan dengan hyung-nya, Joonmyeon memang tidak begitu mengetahui tentang Sehun. Ia mungkin terlalu larut dalam pekerjaan barunya.
“Hyung, hyung tahu darimana itu semua?”
Senyum dalam dilemparkan Sungkyu. “Jelas terlihat dari cerita Sehun.. Aku bukan orang baru
Comments