016
Heartless“Se-Sehun?”
Sehun terkesiap mendengar panggilan dari Soojung. Sepertinya gadis itu tak menunjukkan ketakutan atau kebencian seperti sebelumnya. Tak mau membuat Soojung kecewa, Sehun lantas menggerakkan kakinya untuk mendekat. Meski ada kecanggungan dan kekhawatiran di wajah Sehun, lelaki itu berusaha tersenyum.
Bak rembulan mampu direngkuh tangan, Soojung turut tersenyum. Wajah cantik Soojung yang sempat memucat dihiasi lengkungan dari bibir tipisnya. Sorot mata teduh itu meminta Sehun untuk lebih dekat. Dan Sehun mengerti, ia menggenggam tangan Soojung dengan sedikit keraguan.
“K-kau sudah baikan?” Semampunya Sehun mengeluarkan kata. Sebisanya ia memberikan pertanyaan hangat kepada Soojung. Ia ingin menghancurkan rasa canggung yang sempat menguasai.
Soojung mengangguk. Ia ingin bangkit dari berbaringnya namun gelengan dari Sehun menahannya.
“Apa masih ada yang sakit?” Satu pertanyaan yang terdengar aneh di telinga muncul kembali dari bibir Sehun.
Soojung terkikik, entah apa yang lucu rasanya ia perlu tertawa.
“Kenapa tertawa?” Tanya Sehun bingung melihat gadis itu tertawa menggemaskan.
Soojung menggeleng kecil. “Terima kasih Sehun-ah!! Mungkin kalau tidak ada kau aku tidak akan terbaring disini.” Tukas Soojung lengkap dengan senyum yang mengembang.
“A-ah!!” Sehun tersenyum lebih luwes lagi. Kali ini rasa getir dan khawatir yang sempat membumbung dari dalam hati berangsur menghilang. Mungkin melihat senyum yang ditawarkan oleh Soojung sehingga hal itu perlahan pergi. “Sudah kewajibanku untuk menolongmu.”
“Aku tidak tahu kalau kau akan sejauh itu kepadaku. Bagaimanapun itu aku berterima kasih kepadamu Sehun.”
Sehun mengusap punggung tangan Soojung. Ada getar berbeda manakala bola elangnya menangkap cerah wajah itu dan juga senyum yang mengembang. Ada reaksi yang tak pernah Sehun rasakan sebelumnya.
“Aku akan selalu menjagamu mulai saat ini.”
Dan Nyonya Jung bangkit dari duduknya. Sepertinya ia mulai kurang nyaman berada di dekat keduanya.
“Soojung, Sehun, eomma keluar dulu yaa, ada hal lain yang harus eomma urus.” Beliau pamit keluar untuk memberikan ruang kepada Soojung dan Sehun lebih leluasa berkelakar nantinya.
Keduanya mengangguk mengerti.
“Baik eomma.”
Setelahnya hanya tinggal Soojung dan Sehun. Lelaki itu mengamati wajah Soojung yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Sebenarnya ia merasa sedikit janggal. Apakah sebesar itu rasa terima kasih yang dituangkan Soojung sehingga gadis itu tak lagi membencinya? Masih hangat di dalam pelupuknya bayang-bayang ketika Soojung menolak mentah-mentah dirinya. Tapi saat ini? Sekedar pandangan bencipun tak ada. Ingin sekali Sehun menanyakan, tapi bibirnya seakan keluh tak bergerak.
Sementara Soojung, gadis itu sadar jika sejak tadi Sehun memperhatikannya. Soojung tahu ada kilat keheranan dari kedua mata elang Sehun, ia bukan gadis yang tak mengerti apapun. Ia tahu, mungkin Sehun sedikit bingung dengan sikapnya yang tiba-tiba berubah. Memang, perubahan sikap ditunjukan dengan jelas olehnya. Soojung memang sengaja untuk tak kembali membenci Sehun.
Ada banyak alasan untuk membuang kebencian yang sempat bersamanya beberapa saat yang lalu. Salah satunya adalah kebaikan Sehun yang telah menyelamatkan hidupnya. Bila tak ada Sehun saat itu mungkin Soojung tak bisa melihat keluarganya lagi. Selain itu, Soojung bisa melihat ada ketulusan yang sesungguhnya di kedua bola mata Sehun. Kali ini sorot mata Sehun tampak berbeda jika dibandingkan dengan dulu.
Meskipun rasa sakit masih tetap ada namun mencoba untuk menghilangkannya bukan hal yang salah kan?
“Sehun-ah!! Jangan melihatku seperti itu!!” Tukasnya pelan seraya mendorong wajah Sehun yang tampak masih intens melihatnya.
Sehun terhenyak lalu tersenyum kecil. “Kau tampak cantik Soojung-ah!!” Balasnya.
“Waahh, sejak kapan kau pandai menggombal? Apa itu memang dari lubuk hatimu?”
“Eh?” Rupanya Sehun baru menyadari bahwa ucapan refleknya itu terdengar aneh di telinga Soojung. Sehun juga tak tahu kanapa ia bisa mengatakan hal itu. Tapi memang sepertinya yang ada di dalam hati adalah kalimat itu.
Dan Soojung hanya tertawa. Ia tak ingin membuat Sehun tampak kikuk di dekatnya. Kali ini jelas sekali ia bisa merasakan kesungguhan dari Sehun. Semoga apa yang ia lakukan bukan hal yang salah. Semoga pilihannya untuk tak membenci Sehun lagi adalah hal yang benar.
.
.
.
.
Sungkyu merasa keluarganya jauh berbeda dari sebelumnya. Ia tidak kaget saat mendengar Junmyun meminta Sungkyu untuk merestui hubungannya dengan Chorong. Tapi yang membuatnya sedikit terkejut adalah permintaan Sehun untuk mengijinkannya tinggal bersama keluarga Soojung. Sepertinya apa yang diceritakan oleh Eunji ada benarnya.
Jika sebelumnya Sehun akan mengelak setiap pertanyaan Sungkyu tentang Soojung, kali ini tidak. Bahkan tanpa ditanya, Sehun dengan senang hati akan berbicara. Sungkyu cukup puas melihat perubahan sikap yang ditunjukkan oleh Sehun. Lelaki itu mengerti bagaimana kerasnya hati Sehun dulu. Tapi sosok yang tengah ia tatap ini bukanlah Sehun yang dulu melainkan sosok Sehun dengan kelembutan hati. Sungkyu bisa merasakan ketulusan dan kesungguhan disana.
“Baiklah!! Tapi sesekali pulanglah!!” Sungkyu berujar final sebagai persetujuannya atas keinginan Sehun untuk tinggal di rumah Soojung.
Bibir Sehun melengkung. Ia senang mendengar ijin dari Sungkyu.”Terima kasih hyung, aku berjanji dan membuktikan bahwa aku serius dengan semuanya.” Sahutnya senang.
“Aku mengerti. Tapi jangan lupakan sekolahmu. Perbaiki nilaimu dan jangan buat kecewa keluarga. Kau sudah memutuskan untuk berubah, jadi rubahlah semua.”
Sehun mengangguk setuju. Ia tak akan melawan kata-kata Sungkyu tentang sekolahnya. Itu memang salah satu hal yang penting.
“Pasti. Aku juga harus memantaskan diriku untuk bersanding dengan Soojung.” Sehun menunduk. Ada semburat kemerahan yang muncul percuma di wajahnya. Mungkin saat ini ia sedikit malu mengungkit masalah ini. Karena sebelumnya Sehun tak akan seserius ini saat mengatakan suatu hubungan. “A-aku, bersungguh-sungguh dengan Soojung.”
Sedikit ingin tertawa, namun Sungkyu menahan. Ia tak ingin terlihat menggoda sang adik angkat. “Kau sungguh-sungguh mencintai Soojung? Apa kau berniat menikahinya?” Tanya Sungkyu.
“Ya, aku sungguh-sungguh mencintainya.” Ia menjeda ucapannya. Tangannya yang terasa gatal akibat rasa gugup dan rasa aneh itu saling menaut. “Un-untuk menikahinya.. Aku masih belum sampai kesana.”
Sungkyu tertawa. Kali ini sungguh ia merasa sedikit geli mendengar jawaban dari Sehun. Entah kerasukan setan darimana sehingga Sehun bisa mengatakan hal seperti ini. Jelas, ini bukan sosok Sehun yang telah ia kenal selama lebih dari lima tahun. Selama itu Sungkyu hanya tahu Sehun berhati dingin dan keras. Tapi ini? Sungkyu bahkan menemukan raut malu dan tersipu di wajah Sehun.
Ia lekas menepuk pundak Sehun. “Jelas saja kau masih belum memikirkan sampai sana. Kalian masih SMA. Perbaiki dulu cara hidupmu dan rubah semua hal buruk yang pernah bersamamu. Setelah kau benar-benar bisa dan siap, hyung akan mengijinkanmu menikahi Soojung.” Ujar Sungkyu dilengkapi kerlingan menggoda. Sesekali bersikap jahil kepada Sehun boleh kan?
“Hyuungg~, aku masih terlalu muda untuk menikah!!” Sungutnya mengelak.
Sungkyu tertawa renyah lagi. “Loh, hyung tidak memintamu menikah cepat loh!!” Dan Sungkyu semakin tertawa melihat bagaimana rupa Sehun. Sungguh, menggemaskan bagi Sungkyu manakala wajah yang biasanya selalu menunjukkan sisi dingin tanpa ekpresi itu tampak begitu lucu ketika ia tersipu malu.
Setelah itu mereka berdua tertawa bersama. Hanya banyolan kecil tentang pernikahan itu menimbulkan deretan tawa yang seolah enggan pergi. Sehun tertegun sejenak ketika memperhatikan wajah manis sang kakak yang terbalut kebahagiaan dari tawa itu. Ia bahkan tak tahu kapan terakhir kali bisa tertawa bersama seperti ini. Rasanya nyaris tak pernah ia tertawa begitu lepas dengan Sungkyu. Seingat Sehun yang ada hanya pekikan amarah dan seruan tugas kejam dari bibir Sungkyu. Walau terkadang ada beberapa bait kalimat bijak yang terdengar. Tapi merasakan tawa bersama rasanya bagaikan suatu hal yang mustahil dulu.
Sehun baru menyadari bahwa hidup dalam kungkungan kasih sayang jauh lebih menyenangkan daripada hidup dalam dendam dan kekejaman. Ia bersyukur, Sehun bersyukur setidaknya ia masih bisa merasakan hal itu.
.
.
.
.
.
“Waaahh, soojung!! Aku senang sekali melihatmu kembali. Kau tahu betapa aku merindukan dirimua?” Keluh Sunyoung begitu ia bisa bertemu dengan Soojung.
Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, pada akhirnya Soojung bisa pulang ke rumah. Meski ia belum boleh kemba
Comments