018.
Heartless“Tidak mungkin!!”
Tangan Sehun mengambil album foto itu dan mengamatinya dengan seksama. Mata tajamnya masih berfungsi baik bukan? Tidak mungkin sosok yang ada disana adalah orang yang ia kenal. Berulang kali Sehun membolak-balikkan album itu dan memiliki kesimpulan yang sama.
Bahwa apa yang Sehun lihat memang benar adanya.
Sosok di dalam foto itu memang orang yang Sehun kenal. Ia pun juga membaca nama yang tertulis disana. Senyum miring namun memilukan tercetak disana.
“Rekan baikku, Oh Seyoung?”
Lantas ia memejam. Pejaman kuat kelopak matanya membawa Sehun kembali pada tahun-tahun kelam itu. Bibirnya tergigit kuat dan tangannya mengepal erat. Ia masih bisa merangkai kenangan yang pahit menjadi satu kesimpulan yang masih belum pasti. Tapi, Sehun tahu bahwa ini memang berkaitan..
Tunggu!!
Segera ia membuka kelopak matanya. Menyadari bahwa dulu ada kata Tuan Jung tersebut. Kenapa Sehun tak menyadari hal ini sejak lama? Kenapa? Dengan gerakan tergesa ia mengorek lebih tentang apapun yang berkaitan dengan Oh Seyoung, sosok yang paling ia cintai. Karena Oh Seyoung adalah ayahnya.
Ya, ayahnya yang telah dibunuh dengan keji oleh orang-orang tak bertanggung jawab.
Sehun mulai membuka kembali album foto lain yang berisi teman-teman kerja Tuan Jung beberapa tahun yang lalu. Di dalam sana banyak terdapat foto-foto ayahnya yang tampak senang bersanding dengan Tuan Jung dan yang lain. Sehun bisa menyimpulkan bahwa mereka memang dekat.
Ia pun tak berhenti disana. Sehun mencari sesuatu yang mungkin bisa dijadikan sebagai penguat atas hipotesisnya yang masih lemah. Ia berjalan ke arah rak-rak yang sepertinya jarang disentuh. Di sana hanya berisi beberapa koran usang yang bisa Sehun taksir telah lama tertumpuk. Segera ia mengobrak-abrik bagian itu.
Dan Sehun menemukan sesuatu yang menarik. Ada lembaran koran yang mungkin sengaja dikumpulkan sebagai bahan analisis. Dimana semua berita yang termuat adalah tentang kematian Oh Seyoung dan keluarga. Sehun memejam. Dadanya bergemuruh dengan emosi yang membuncah. Ia masih belum yakin, tapi rasanya memang ada yang aneh.
“Sehun... Kau sedang apa?”
“Uh?” Sehun gelagapan begitu melihat Soojung yang berdiri di belakangnya dengan tatapan heran. Ia melongok melihat apa yang tengah dikerjakan oleh Sehun.
Mata cantiknya memicing. “Mencari apa? Ada sesuatu yang menarik?” Tanyanya.
“Tidak.” Dengan cepat ia menyembunyikan apa yang ia bawa. “Ini aku sedang bosan dan mencoba mencari sesuatu. Aku pikir disini ada sesuatu yang menarik untuk dilihat.” Tukasnya dengan senyum kikuk yang mengembang.
Soojung hanya mengangguk paham. Ia tak begitu tertarik untuk mengorek lebih dalam. Toh belajar di dalam sini memang sedikit membosankan. Bukan hal aneh jika Sehun mencari sesuatu untuk membuatnya kembali bersemangat.
“Ayo, kita makan dulu!! Habis itu kita belajar lagi.”
Sehun menurut. Ia berjalan di belakang Soojung untuk kembali ke tempat asal. Walaupun sebenarnya hatinya tak tenang dan pikiran kacau sedang menghantuinya, Sehun berusaha tenang. Ia tak ingin Soojung curiga dan apa yang ingin ia lakukan diketahui oleh Soojung.
.
.
.
Jelas hal ini tak bisa Sehun sembunyikan sendiri. Sejak ia berada di sekolah, bayang-bayang tentang masa lalu dan berbagai macam kemungkinan juga kesimpulan sementara bermain-main di otak. Sehun bahkan tak bisa kosentrasi untuk mengerjakan soal-soal ujian akhir penentuan kelulusan nanti.
Yang bisa Sehun lakukan adalah berbagi cerita itu. Tempat yang paling tepat adalah rumahnya, atau kedua hyungnya. Sehun yakin mereka bisa memberikan solusi bagi Sehun. Segera saja Sehun pulang ke rumah. Kebetulan juga kedua hyungnya itu sudah ada di rumah petang ini.
Sehun mengulum bibirnya gelisah. Pikiran itu masih belum hilang meski ia sudah bercerita kepada Sungkyu dan Junmyeon.
“Aku tidak sepenuhnya yakin kalau Tuan Jung yang membunuh keluargaku. Tapi...”
Sungkyu menepuk pundak Sehun. “Hyung tahu!! Pasti perasaan cemas dan pikiran yang tidak-tidak terus memburu. Apa disana tidak ada informasi yang bisa menguatkan keyakinanmu? Maksudku, apa tidak ada hal lain selain foto dan berita?” Tanya Sungkyu.
“Bisa saja mereka mengumpulkan berita keluargamu karena merasa terpukul. Bukankah kau bilang kalau mereka terlihat dekat?” Junmyeon ikut menimpali setelah ia hanya diam mendengar.
“Bisa saja. Tapi...”
Ada ulasan senyum yang tampak di wajah manis Sungkyu. “Kekhawatiranmu dan kemarahanmu menyudutkan dirimu untuk berasumsi bahwa Tuan Jung adalah pembunuh keluargamu. Begitu kan Sehun?” Tebak Sungkyu melihat bagaimana ekspresi Sehun berkata.
Bagaikan robot yang disetel sama, Sehun mengangguk berulang. Ia juga membiarkan desahan putus asa memburu dari bibir tipisnya. “Aku harus bagaimana hyung?” Tanya Sehun bingung. Perasaannya berkecamuk tak menentu.
“Hmmm, coba kau cari dulu informasi tentang mereka. Siapa tahu ada yang bisa menuntunmu.” Sahut Junmyeon.
“Kita tidak mendengar secara detail tentang pembunuhan keluargamu. Kau sendiri yang memutuskan untuk menutup rapat kasus itu dan berusaha mencarinya sendirian.” Sungkyu menjeda ucapannya demi menyesap sedikit kopi dari cingkirnya. “Ku pikir kau akan menyerah pada hal itu.”
“Awalnya aku juga ingin berhenti mencari setelah kematian Jongin. Tapi.. Ahhhhgggkkk..” Sehun mengacak frustasi surai cokelat tuanya. Ia tak tahu harus bagaimana.
Ini adalah hal baru bagi Sehun setelah sekian lama kehilangan jejak siapa yang membunuh keluarganya. Semenjak Sehun berada di keluarga Sungkyu ia sama sekali tak mendapatkan tanda-tanda tentang siapa pelaku itu. Ia hanya melakukan tugas dengan baik meski dendam masih menyertainya.
Tapi saat ini? Walaupun belum terang kebenarannya, ada titik yang membuat Sehun terbelenggu. Ia harus bagaimana? Apakah mengorek kembali dendam yang sempat ia sampirkan demi kehidupan yang lebih baik?
“Tanyakan baik-baik pada Tuan Jung.” Sungkyu menyahut dengan wajah tenang.
Sehun mendelik terkejut. Bagaimana mungkin?
“Kenapa tidak? Hanya sekedar tanya apakah dia mengenal keluargamu atau tidak. Kalau dia curiga, katakan saja kau tidak sengaja melihat foto ayahmu di album foto miliknya.”
Sehun tak menjawab. Bibirnya terkunci untuk beberapa saat. Otaknya bekerja untuk memproses kata-kata Sungkyu. Bukan hal aneh memang. Itu suatu hal yang wajar. Tak ada salahnya bertanya. Tapi...
Masih banyak keraguan dan kecamuk yang tak tahu apa maksudnya mengikat kuat kepercayaan diri Sehun.
“Aku akan memikirkannya lagi. Kalau ada sesuatu, aku akan bilang ke kalian.”
Dan yang lain hanya mengangguk setuju.
.
.
.
.
Ada rasa syukur yang patut Sehun ucapkan. Malam ini kediaman Jung cukup sepi. Hanya ada Soojung dan beberapa pembantu. Kakak dan orangtua sedang ada urusan di luar. Sehun pun yakin Soojung juga sudah tertidur. Mengingat saat ini jam telah menunjukkan tengah malam.
Ia melihat sekitar. Tak ada siapapun lantas memegang kenop siap untuk masuk ke dalam. Seperti yang telah direncanakan, Sehun ingin menggali informasi dari dalam sana. Siapa tahu ada petunjuk lain yang bisa memberikan ketenangan bagi Sehun. Tidak berada dalam kebimbangan seperti ini.
Berhasil masuk, Sehun segera mendekat ke tempat lalu yang membawanya berpikir aneh. Ada banyak tumpukan koran dan majalah disana. Ia memperhatikan betul setiap berita yang ia baca. Sampai pada akhirnya ada sebuah artikel yang menarik baginya.
“Perjalanan Hidup Seorang Menteri Jung.”
Dengan seksama Sehun membaca barisan kata artikel itu. Rahangnya mengeras seiring dengan sapuan sorot tajamnya. Ia seakan menahan segala amarah yang membuncah di dalam diri.
Jung Woojung yang merupakan Menteri Keuangan memiliki kisah yang cukup menginspirasi saat masih muda. Ia adalah anak dari seorang pegawai pemerintah dengan gaji yang tak seberapa. Memiliki tekad yang kuat Jung Woojung berusaha membangun ekonomi keluarga dengan menaburkan peruntungannya dalam berbisnis. Ia beruntung memiliki teman seperjuangan Oh Seyoung yang mengulurkan tangan untuk membantu mengembangkan bisnis.
Sebelum mereka mendapatkan kesuksesan yang luar biasa. Mereka berdua merintis bisnis kecil-kecilan dari sebuah kafe kemudian berkembang menjadi perusahaan tekstil dan lain sebagainya.
Tiba-tiba perasaan Sehun tersentil. Jadi sebelum keluarga Soojung menjadi keluarga seperti ini, keluarganya lah yang membantu mereka. Sehun pun membaca sekilas lagi apa bait selanjutnya. Tapi ia menemukan hal yang menarik.
Please Subscribe to read the full chapter
Comments