Perfect stranger
Hey...stranger!
"Aku tahu."
“Benarkah?”
“Tentu saja.”
Aku tersenyum.
Kini tak asing lagi mendengar suaranya. Hampir setiap malam tepat pukul 12 dia menelponku. Kami bercerita banyak hal. Bercerita tentang kehidupan sehari-hari. Dia juga memintaku untuk mengajarinya sedikit tentang pengucapan hangulnya yang salah. Walaupun begitu dia tetap orang asing. Aku masih belum tahu siapa namanya. Begitu juga sebaliknya.
"Hey...kenapa tertawa?"
"Aku tidak tertawa."
"Lalu?"
"Aku hanya tersenyum."
"Apa bedanya?"
Aku kembali tersenyum.
"Hey...,"
"Hey stranger.... berhentilah memanggilku hey, bisakah kau?"
"Aku tidak bisa."
Aku mengerucutkan bibirku.
"Lalu bagaimana dengan temanmu itu?" tanyanya lagi.
"Dia akhirnya terjatuh dan ditertawakan oleh banyak orang."
Aku tertawa.
Kami juga membahas hal-hal yang ringan dan mudah untuk dia mengerti.
"Baiklah. Kalau begitu sudah saatnya kau tidur. Jaljayo."
Suaranya lembut. Aku baru menyadarinya.
"Hmmm....jaljayo."
"Kau bisa mendengarnya?"
Malam ini dia menelponku lagi.
"Hmmm...."
Aku mengangguk.
Sebuah dentingan piano terdengar melalui earphoneku.
"Bagaimana? Aku belum begitu mahir."
"Kau bilang belum mahir? Itu sempurna. Kau menciptakannya sendiri?"
"Hmmm."
"Kau hebat. Kau jenius."
"Kau terlalu berlebihan. Aku bahkan tidak bisa membaca nada."
"Tapi kau bisa menciptakan sebuah nada."
"Aku tidak tahu. Aku tidak percaya diri."
"Kau harus percaya diri. Bukankah perlombaannya besok? Kau harus semangat. Jiayoo!!"
Dia tersenyum.
"Hey...."
"Kenapa kau menelponku? Bukankah perlombaannya malam ini?"
"Ne…dan sehabis ini adalah giliranku. Kau harus memberiku semangat."
"Fighting hey stranger! Kau pasti bisa!"
"Hey…. Aku menang."
"Jeongmalyo?"
"Tapi hanya juara 2."
"Tidak apa-apa. Kau sudah hebat. Aku kagum padamu."
"Xie xie. Aku punya hadiah untukmu."
"Hadiah?"
"Karena kau menyemangatiku."
Aku terdiam.
Menunggu.
Lalu aku mendengar suara dentingan piano. Dan suaranya. Dia menyanyi. Aku mulai merasa deg-degan. Aku tidak tahu kenapa. Walaupun aku tidak tahu apa yang dia nyanyikan karena dia menyanyikannya dalam bahasa mandarin. Namun aku merasa terhanyut oleh suaranya.
"Maafkan aku. Aku tidak bisa bernyanyi dalam bahasa korea."
"Kau tidak perlu meminta maaf. Dan hey... suaramu indah sekali."
"Gomawo. Aku berjanji suatu hari nanti aku akan menyanyikan sebuah lagu dalam bahasa korea untukmu."
Aku merasa ada yang tidak beres dengan jantungku setelah mendengar perkataannya.
“Kau sedang apa?”
“Aku sedang mengerjakan tugas.”
“Ini sudah larut malam. Tidurlah.”
“Hey…stranger. Terima kasih sudah mengingatkanku.”
Aku tersenyum.
“Jaljayo.”
“Jaljayo…”
Aku meletakkan ponselku dan tidur sambil tersenyum.
"Aku ingin bertemu denganmu."
Aku deg-degan. Sekarang setiap kali aku mendengar suaranya, aku deg-degan.
"Suatu hari nanti mungkin kita bisa bertemu."
"Liburan musim panas ini aku berencana untuk mengikuti study exchange ke seoul."
Aku membuka lebar mataku.
"Mungkin kita bisa bertemu."
Bertemu dengannya? Orang asing yang setiap hari berbicara denganku ditelpon.
"Aku akan mengabarimu lagi jika aku telah mendapatkan izin dari orangtuaku."
Comments