Aku mengikuti baekhyun untuk berpamitan pada hyerin dan juga yifan. Minsu memutuskan untuk tetap tinggal karena ingin bertemu dengan teman-teman lamanya.

"Aku tidak menyangka kau menikah secepat ini yifan," ucap baekhyun.

"Dan kau sama sekali tidak mengundangku. Jika saja bukan hyerin yang mengundangku mungkin aku sama sekali tidak akan pernah hadir di acaramu ini."

"Maafkan aku baek...aku sama sekali tidak bermaksud," ucap yifan tersenyum.

"Permintaan maafmu ditolak," ucap baekhyun.

Mereka tertawa bersama.

"Aeri…apa kau akan pulang sekarang?" tanya hyerin membuyarkan lamunanku.

"Ne...mian aku tidak bisa berlama-lama."

"Tak bisakah kau pulang sebentar lagi? Aku mohon tinggallah sebentar lagi."

Aku mengernyitkan dahi.

"Wae?"

"Apa kau sudah bertemu yixing?" Yifan tiba-tiba bertanya padaku.

Deg.

Yixing.

Kenapa tiba-tiba dia menanyakan tentang yixing? Sebuah goresan kembali tertoreh dihatiku saat mendengar namanya. Tapi...benar. Aku sama sekali belum melihatnya. Atau aku memang tidak akan melihatnya.

"Aku...sebaiknya aku pulang saja."

Entah kenapa aku merasa kalau keberadaanku disini mungkin saja tidak diharapkan oleh seseorang. Apalagi saat ini aku sedang bersama baekhyun.

Aku melangkahkan kakiku mengikuti baekhyun menuju pintu keluar. Aku hampir saja tiba di pintu lalu aku mendengar sebuah dentingan piano. Mendadak aku menghentikan langkahku.

Denting-denting itu kini telah berubah menjadi sebuah nada. Nada-nada yang sepertinya tak asing bagiku.

"Kau tahu...aku menciptakan lagu ini 15 menit yang lalu."

Aku mengernyitkan dahiku sambil membetulkan letak dudukku.

"15 menit?"

"Ne. Kau tidak percaya? Aku khusus menciptakan lagu ini untuk acara pernikahan."

"Pernikahan? Siapa?"

"Siapa? Aku juga tidak tahu. Ide ini muncul tiba-tiba saja, lalu aku membuatnya kemudian aku menelponmu. Hanya kau saja yang pernah mendengar lagu ini."

Aku tersenyum.

"Kau sangat jenius hey stranger. Terkadang aku ingin melihatmu memainkan piano."

"Hey..aku juga bisa bermain gitar."

"Kau harus menunjukkan semuanya padaku suatu saat."

"Tentu."

Aku menolehkan pandanganku kearah seseorang yang sedang memainkan nada-nada itu dengan jemarinya yang lembut. Jantungku bergetar hebat namun ada perasaan hangat yang kurasakan.

Aku melihatnya.

Lagi.

Setelah 3 bulan.

Aku menggigit bibirku. Aku terpana oleh keindahannya. Terdengar olehku suaranya yang menyejukkan hatiku.

Zhang yixing...benarkah itu kau?~

Aku terpaku.

Dia hanya berada beberapa meter saja dariku.

"Ayolah...." bisik baekhyun.

Aku menggeleng.

"Bukankah dia yang bernama yixing?"

"Baekhyun-ah, ayo kita pulang saja."

Aku menarik tangan baekhyun.

"Tidak."

Dia menahan pergelangan tanganku.

"Aku tahu hanya dia yang ada dipikiranmu. Kau harus menemuinya sekarang atau kau tidak akan pernah bertemu dengannya lagi."

Aku menatap baekhyun.

"Ayolah aeri....kau bukan wanita yang lemah oleh perasaan. Kau bahkan menolakku berkali-kali."

Aku memicingkan mataku pada baekhyun.

“Baekhyun-ah…”

Baekhyun mengangguk.

Kenapa baekhyun jadi begini? Benarkah aku harus menemuinya sekarang?~

Terdengar riuh tepuk tangan dari pendengar begitu pertunjukannya usai. Dia beranjak dari pianonya. Tersenyum pada semua orang. Lalu beranjak pergi meninggalkan ruangan.

Aku mengikutinya.

Tanpa suara.

Hatiku berdebar. Suara jantungku lebih kuat dari suara yang ada.

Dia pergi keluar dari ruangan. Meninggalkan gedung. Terseok menyusuri senja yang semakin kelam.

Apa kau tidak menyadari bahwa ada orang asing yang mengikutimu?~

Aku menunggunya. Menunggunya untuk menyadari kehadiranku.

Brukkk...

Aku hanya menatapnya. Menatap punggungnya dari kejauhan. Tanpa tersadar kakiku tersandung sebuah batu besar.

"Awww...."

Aku terjatuh.

Dan aku mengeluarkan suara tanpa kusadari. Dia menoleh. Aku yang masih dalam posisi tersungkur terkejut melihat kearahnya. Suasana hening seketika.