Real Happy Ending

Nonamed

Wae Ireoni

Batas yang Penuh Pertanyaan

*-*

Aku duduk di kasur ku. Mencoba mencerna semua pikiran tentang ini semua. Semua.. Semua.. Semua yang membuatku bingung,kegilaan ini,keresahan akibat ramalan Luna,semuanya,semuanya yang terjadi setelah semua 'tragedi' tentang semua ini bermulai. Mungkin bisa disebut tragedi es teh susu tumpah,yang membuat ini semua terjadi.

Kami hanya dua orang yang bisu. Tak bisa mengungkapkan semuanya. Kami seperti anak kecil yang baru pertama kali melihat dunia luar,baru bisa berbicara. Kami tak dapat mengungkapkan masing-masing perasaan. Dan melakukan hal culun dengan menuliskannya di meja kafe. Semuanya.. Semuanya sangat aneh,kedekatan kami yang agak lebay,dan.. Yang seperti kalian tahu,selama ini,selama kalian membaca ini,kedengaran aneh bukan. Ketika kami pergi,dia selalu menyeretku pergi,ini hanya kebodohan belaka,kenapa begitu,kenapa aku berkata begitu sekarang.

Karena ini saatnya aku pergi. Sekarang tak ada lagi alasan aku tetap menetap di sini,tak ada. Aku tak perlu menyiksa diriku di kedai bodoh,jelek,murahan milik bu Hyorin,aku bisa bersantai di kampungku.

Yaah.. Begitulah. Akan kubiarkan Jinah yang tinggal di atas kedai,tapi seperti-nya dia tak berani tinggal sendirian di kota besar,jadi dia akan ikut pulang ke kampungku. Jadi mungkin Chorong saja yang akan tinggal di sini,tapi dia tak akan makan kalau tinggal di sini (gaji 30.000 kalau di tambah ini gimana mau makan?). Tapi itu terserah dia saja,mau dia mati atau apa. Entah mimpi apa aku malam ini.

Padahal.. Padahal.. Kemarin malam. Aku melirik kotak pizza itu. Yeah.. Kemarin malam,kalian ingat.. Ia mengajakku pergi,makan,membuat komik,lalu.. Jahatnya aku.

Ini semua berawal karena telepon dari mamaku kemarin malam. Ia berhasil menarikku ke jalan yang sesungguhnya bukan jalan semua yang terbuat dari garis khayal. Kurang lebih begitu. Hanya itu. Esok hari aku benar-benar akan pergi. Aku berpamitan dengan teman-temanku di kedai,aku berjanji akan terus menghubungi mereka (Yul,Tiff,Hyo eon) mereka bertiga saja dan tentunya teman-temanku dari shift siang. Setidaknya begitu. Aku jahat pada yang lainnya. Tak lupa aku memberi Chorong beberapa duit,dia membutuhkan itu,dan juga aku memberinya kunci rumahku walaupun dia punya duplikatnya. Aku berpesan padanya agar tidak terlalu pada iming-iming kebodohan dari keegoisan yang sudah membutakan gadis itu,dia melawan takdir terlalu dalam. Mungkin sama sepertiku yang buru-buru pergi begini. Aku berpesan dengan Luna agar ia tidak sotoy dan dikit-dikit ngeramal,dan juga pada Jongin agar ia tak se-sok sekarang dan mungkin lebih baik ia pergi dari kedai,ia kan bisa saja jadi orang hebat,kan dia bisa memenangkan kompetisi. Dan aku juga berpesan pada Jongdae agar memperhatikan sekitarnya.

Bus kami sudah datang. Aku dan Jinah langsung naik ke dalam bus. Sebuah mobil parkir di depan kedai. Dan aku ingin cepat-cepat pergi sekarang juga,dan kami sudah 10 meter jauhnya dari sana. "Yay! Akhirnya!",seruku menyandarkan punggung. "Kau aneh deh!",seru Jinah. "Kenapa?",tanyaku. "Terlalu kebelet pengen pulang,aneh",kata Jinah. "Aku hanya ingin bersantai,lari dari kenyataan yang gila",kataku. "Kerja di sana memang membuatku sedikit gila!",seruku. Jinah menatapku aneh. "Umma menawarkan lagi,bagaimana jika aku pulang! Makanya aku ingin sekali",kataku. Jinah tampak sedih. "Kenapa? Besok barang-barang kita akan diantar",kataku. "Oke deh.. Tapi aku kasihan dengan orang yang memberimu pizza dan kue itu",kata Jinah. "Kenapa dia?",tanyaku. "Menurutmu?",tanya Jinah. "Dia hanya orang baru,yang sok dekat,dan baik",kataku. "Cuma itu",kataku. Sedangkan bus melaju dengan kecepatan tinggi meninggalkan kota.

-THE END-

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
GiloGiloBeki
#1
Chapter 6: Udah dikasih paragrafnya! Soalnya kalau update dari hp paragrafnya ilang
kuropurple
#2
Chapter 6: Chap 6 tolong pakai paragraf dong author-nim, aku gabisa bacanya ;______;