Fourteen
UnlovedMengantarnya ke peristirahaatan terakhirnya, adalah hal paling menyedihkan untukku saat ini. Dari pada aku harus mengalami semuanya lebih baik aku menemaninya disana, aku tak tahan jika mengingat berapa banyak air mata yang ia teteskan untukku, berapa luka dihatinya yang tergores bahkan hanya karena perkataanku.
Melihat jiyeon menangis meraung raung menatap peti itu terbakar habis membuatku lebih terluka lagi. Aku tak bisa membayangkan bagaimana hati putri kecilku menangis kehilangan wanita kesayangannya.
Joohyun-a, maafkan aku.
****
"Aaargh!! Lepaskan jiyeon!!! Kenapa mommy ada disitu paman?!! Keluarkan mommy!!" Jiyeon berusaha melepaskan pelukan pamannya keras
Air mata terus mengalir di pipinya yang memerah.
"-j-jiyeon-a! Jiyeon-a!" Seunghyun terus berusaha menahannya.
"Mommy!!! Keluar!! Cepat keluar!! Disana panas! Mommy!! Jiyeon tak akan nakal lagi!" Jiyeon terus menangis menggapai gapai kaca tebal dihadapannya
"Appa! Kenapa diam saja?! Kenapa tak bantu mommy?! Appa!!!"
Jiyong memeluknya erat, sambil terus menahan air matanya.
Jiyeon masih terlalu kecil untuk merasakan siksaan berat ini. Ini salahnya, benar kata seunghyun, jiyeon tak boleh terluka. Luka ini akan ia bawa sampai kapanpun.
Taeyeon datang menghampirinya, memberikan selembar tissue pada jiyong.
"Sini, biar aku yang memeluknya" ucap taeyeon
"Tidak!!" Jiyeon menolak tawaran taeyeon
"Pasti eomma yang membuat mommy ada di sana! Eomma jahat!"
"J-jiyeon-a, tidak seperti itu" taeyeon menggapai tangannya
"Kalau begitu kembalikan mommy, eomma. Jangan biarkan mommy disana! Disana panas eomma mommy bisa sakit! Keluarkan mo-"
Seketika terdengar suara ledakan dari dalam ruang pembakaran, pertanda bahwa tubuhnya sudah mulai dilalap api didalam sana.
Jiyeon berlari menghampiri kaca tebal yang memisahkan dua ruangan itu. Air matanya bertambah deras, melihat seluruh peti itu masuk kedalam pembakaran. Sekarang ia benar benar kehilangan wanita itu, ia benar benar tak akan pernah bisa melihatnya lagi.
****
jiyong menggendong putri kecilnya kedalam kamar dan menidurkannya diatas ranjangnya, jiyeon tertidur karena kelalelahan ia menangis terlalu lama, bahkan didalam tidurnya ia masih terisak isak akibat apa yang ia lihat tadi. Taeyeon membantunya membawa barang jiyeon kedalam dan menyelimuti tubuhnya.
"...ji" taeyeon menepuk pundaknya pelan
Jiyong membalikkan tubuhnya
"Bisakah kita mencari cara supaya jiyeon menyukaiku? Aku takut dia membenci ku ji" lanjutnya
Jiyong memeluknya lembut.
"Kita cari bersama, supaya jiyeon tak membenci mu dan supaya keluargamu tak menghalangi kita lagi" ucap jiyong sambil mengelus punggungnya hangat.
"Maaf aku mengabaikanmu tadi, pikiranku sedang tak ada di tempatnya" lanjutnya.
"A-aku bukan orang yang menyebabkan kepergian irene-ssi, ji. Itu kecelakaan-hk. Aku tak merencanakannya supaya bisa k-kembali bersamamu. D-demi tuhan, tidak" ucap taeyeon dipelukannya.
"Shhtt, kau tak perlu mengatakannya supaya aku percaya, aku sudah tahu. Joohyun pergi bukan karena mu, tapi aku. Jadi berhentilah ketakutan" jawab jiyong sambil melepaskan pelukannya.
Taeyeon menatapnya perlahan.
"A-apa sekarang, kau bisa kembali padaku, jiyong-a?" Tanya taeyeon ragu
Jiyong terdiam.
Taeyeon tersenyum simpul.
"Baiklah, sekarang bersedihlah semaumu, menangislah sebanyak yang kau bisa, rasakan setiap luka yang tumbuh dihatimu, dan datanglah padaku setelahnya. Aku akan menyambutmu dengan pelukan hangat dikedua tangan ini" ucap taeyeon lalu keluar dari kamar itu.
"Aku pulang" ucap taeyeon sesampainya dirumah.
"Darimana saja kau, kim taeyeon?" Tanya jiwoong
"Abeoji menunggumu dikamarnya" Lanjut jiwoong
"Untuk apa? Aku tak ingin bicara dengannya" jawab taeyeon sambil mengabaikan kakaknya dan berjalan menuju kamar
"....-m-maaf, aku hanya- hanya tak ingin adik ku satu satunya terluka" ucap jiwoong
Taeyeon tersenyum sinis
Comments