Mr. Salad Kacang Almond

49 Days FF

IU menatap Shi hoo dengan polos. Dia bolak-balik memandanginya sambil sesekali menggeleng prihatin. Pria di hadapannya itu masih tidak mengatakan apapun. Dia cuma duduk dengan diam dan sepertinya berpikir. “Kau bingung ya?”. IU tiba-tiba muncul di hadapan Shi hoo dengan begitu dekat, membuatnya kaget dan jatuh ke belakang dari kursi taman. IU memegangi mulutnya dengan polos. Ia tersenyum meminta maaf.

 “Jangan katakan apapun dulu! diamlah!”. Shi hoo berteriak kesal. IU mengangguk, lalu bangkit dan meninggalkannya sendirian. Ia berjalan ke tukang ice cream di taman lalu membeli sebuah ice cream. Shi hoo mengernyit heran melihat IU bisa berinteraksi dengan tukang ice itu. Ia menatap IU dengan penuh curiga. “Heh! Ini reality show ya? Dimana kameranya? Aku harusnya tahu ini reality show. Okay... atau jangan-jangan kau ini suruhan Ayahku?”. Shi hoo menatap tajam dan terus melangkah menyudutkan IU ke pohon.

               IU yang polos hanya menatap dan berkedip aneh sambil terus memegangi ice creamnya. Shi hoo tertawa. “Hhahaha... benar! Kau pasti suruhan ayahku! Ah... ayahku hebat sekali bisa membuat lelucon seperti ini”. shi hoo berjalan pergi meninggalkan IU yang masih bengong. Ia menyebrang jalan dengan sok sambil terus tertawa memikirkan hasil pemikirannya yang sebenarnya memaksa. Sebuah mobil melaju kencang dari tikungan. Shi hoo seperti tersentak di tempatnya berdiri dan tak bisa menghindar. Dia kaget setengah mati. Bukannya jelas-jelas dia sedang menyebrang, bagaimana tidak terlihat? Mobil itu berlalu begitu saja. menembus tubuhnya dengan cepat secepat cahaya kilat saat petir. Shi hoo tergagap dan memandang ke IU yang masih mengamatinya dengan sesekali menjilat ice cream tanpa beban sedikitpun.

               “Kau menyedihkan!”. IU berjalan mendekat sambil terus menggeleng. “Duduklah kembali! Akan kujelaskan!”. Dia menggeret tangan Shi hoo ke kursi taman yang tadi. “Pelan-pelan, bagaimanapun juga aku ini lebih tua darimu!”. Shi hoo masih tidak bisa berhenti sewot.

“Baca ini!”. IU menyerahkan sebuah Tablet ke tangan Shi hoo. “Canggih sekali?”. Gumam Shi Hoo. Dia memainkan jarinya ke atas dan bawah sambil berusaha memahami isi tulisan di dalam tablet itu.

“Kau paham?”. IU menggigit ice cream-nya yang hampir habis. Shi hoo menatap dingin dan menggeleng.

 “Paham tapi sangat aneh”. Jawabnya. IU tertawa tapi kemudian disambut tatapan melotot Shi Hoo. “Hhehe.. ups.. aku akan jelaskan padamu”. Ujarnya. Dia memakan habis ice cream-nya dalam sekejap dan menguyahnya dengan susah payah. “Kau menyedihkan!”. Gumam Shi Hoo gantian.

               “Pertama, kau ingatkan saat mobilmu kehilangan kendali dan melaju menabrak pembatas jembatan lalu terjun ke dalam air?”. Shi hoo mengangguk cool. IU tersenyum, “Bagus, kedua kau ingatkan saat kau tahu jika tidak ada yang bisa mendengarmu dan kau TIDAK DIIJINKAN menyentuh apapun?”. Shi hoo mengangguk lagi sok keren tapi tetap saja terlihat bingung.

“Binggo! Ding Dong! Hehehe...”. IU bersorak seolah ini keren. “Seriuslah sedikit!”. Sindir Shi hoo. IU langsung kembali ke posisinya yang serius. “Nah, dan kau pasti ingat saat aku datang memberimu handuk. Well, This is me. The Scheduler! Aku akan membantumu kembali ke badanmu dan menjadi manusia lagi. Ini tugasku”. IU tersenyum dan tiba-tiba beberapa kertas warna warni kecil turun dari langit seolah mereka menang undian hadiah mobil.

               “Hei... seriuslah sedikit!”. Teriak Shi Hoo. IU spontan balik berteriak, “Aku ini serius sekali! Kalau aku tidak serius aku tidak mungkin jadi seorang scheduler”. IU berdiri melotot sambil berkacak pinggang. Shi hoo memilih untuk diam. “Lanjutkan!”. Pinta Shi hoo malas.

IU menarik nafasnya sejenak lalu kembali menjelaskan. “Aku diutus untuk membantumu kembali jadi manusia dalam waktu 49 hari. Tapi itu tergantung usahamu. Peraturan pertama, Aku hanya akan membantumu tanpa mencampuri urusan orang-orang di dekatmu. Kedua, aku hanya membantumu saat kau memintaku dan ketiga, segala hal tentang perasaan manusia aku tidak bisa ikut campur”. IU mengakhiri penjelasannya yang semakin tidak jelas.

               “Lalu apa gunamu?”. Shi hoo menatap polos kali ini. IU jadi berpikir, dia merasa ikut bingung tiba-tiba. “Hya... aku sangat berguna. Aku ini perantaramu dengan manusia. Aku juga yang mengawasi segala tingkahmu dan aku yang akan membantumu kembali jadi manusia! Kenapa aku jadi ikut bingung. Huft...”. IU jadi murung. “Lalu caranya bagaimana aku kembali jadi manusia?”. Shi hoo menatap serius. “Apa kau tidak baca?”. IU berteriak keheranan sendiri. “Aku tidak paham”. “Okay, kujelaskan juga. Dalam waktu 49 hari kau harus memperbaiki 3 hubungan yang telah kau rusak secara sadar atau tidak sadar”. Shi hoo tertawa mendengarnya.

“Lupakan saja jika syaratnya seperti itu. Orang sepertiku tidak memiliki hubungan yang perlu kurusak karena sebuah hubungan saja aku tidak punya. Bagaimana jika diganti, aku harus memaafkan 3 kesalahan orang lain? Ah, tapi itu juga sulit” Shi hoo ribut sendiri. IU hanya menatap tanpa ekspresi.

               “Paman, kau ini diberitahu malah membuat peraturan sendiri”.

“Paman? Aku ini tidak tua-tua sekali. Panggil kakak saja! lagipula di dunia ini tidak ada yang menyayangiku lalu bagaimana orang yang tidak terlihat bahkan saat hidup sepertiku punya hubungan yang tulus?”. Shi hoo terlihat memendam kesedihannya.

“Aku tahu segala hal tentangmu. Tak perlu kau tutupi! Kau adalah anak ketiga dari 4 bersaudara. Tapi kau sebenarnya anak yang lahir dari istri lain ayahmu. Kau hidup tanpa kasih sayang Ibumu karena tinggal di rumah ayahmu dan istri tuanya. Lalu hubunganmu dengan semua saudaramu juga tidak baik. 2 bulan lalu, kekasihmu pergi meninggalkanmu setelah berhasil menipumu. Kau ini berandalan yang kurang kasih sayang. Kau juga anak yang tidak diperhatikan tapi karena kau laki-laki satu-satunya di keluarga besarmu maka kau diberikan segala kemewahan. Binggo?”. IU nyerocos seenaknya. Shi hoo terdiam mendengar kata-kata IU yang begitu polos.

               Shi Hoo tersenyum, “Jadi Tuhan masih memperhatikanku rupanya?”. Dia tertawa sendiri. IU menatap simpati, “Bagaimanapun juga dia tulus menyayangimu. Dia yang paling tahu kau siapa”. Shi hoo memandang dingin dan jutek. “Jangan ucapkan apapun lagi. aku tidak berniat kembali hidup dan syarat yang kau berikan tidak masuk akal. Aku tidak ada alasan untuk hidup dan sepertinya menyenangkan melihat apa ada yang menyayangiku saat aku sekarat seperti itu”.

“Kau yakin? Kau ini harusnya bersyukur ada kesempatan seperti ini”.

“Akan kuputuskan nanti. Lalu bagaimana cara aku tahu jika aku sudah dimaafkan dan hubungannya jadi baik lagi?”. Shi hoo bertanya dengan santai.

“Ini point pentingnya! Kau harus menjalin hubungan baik dengan seorang manusia dan menitipkan jiwamu di sana”.

“Pelan-pelan! Aku makin pusing!”. Shi hoo menggeleng-geleng sambil mengangkat tangannya tidak mengerti.

               “Orang ini akan menjaga jiwamu. Kau itu arwah bukan manusia juga bukan jadi harus ada yang menjagamu dan sejak kecelakaan ini karena kesalahanmu sendiri maka kau tidak bisa menumpang di tubuh orang lain kecuali di saat terdesak”.

Shi hoo menatap kosong. tidak jelas, tidak bersemangat dan tidak paham sama sekali. IU tersenyum , “Hhehe... maaf paman, pasti pusing ya? Aku juga pusing paman menjelaskannya. Apalagi yang membuat peraturan ini. Jadi begini, ini adalah gelang yang akan aku berikan padamu. Kau lihat di hiasan yang ini? lihatlah dengan jeli. Ini berbentuk seperti airmata. Karena kasusmu ini unik dan pertama kalinya. Maka gelang ini tidak bisa kau sentuh sendiri. ini harus dititipkan pada jiwa yang murni. Jiwa yang tidak menyimpan dendam padamu tapi secara tidak sadar telah kau sakiti. Dia akan membantumu menemukan 3 hubungan yang harus kau perbaiki hingga kau berhasil mendapat maaf. 1 maaf akan menghilangkan 1 tetes airmata di dalam gelang ini. lihat hiasan ini baik-baik! Jadi setelah 3 hubungan berhasil kau perbaiki. Kau bisa kembali. Apa kau paham? karena aku tahu ini sedikit membuat pusing”.

               Shi hoo mengangguk-angguk menyimak. “Lalu siapa manusia itu?”. tanyanya. IU menggeleng, “Aku mana tahu. Itu tugasmu sendiri. menemukannya dan meminta bantuannya. Jika kau berhasil, waktu 49 harimu akan dimulai dari saat itu. jadi semakin lama kau menemukannya, semakin lama kau tidak jelas seperti ini”.

“Lalu jika aku menemukannya tapi tidak berhasil?”.

“Kau akan pergi ke neraka”.

“Aassshh... seram sekali? Jadi bukannya lebih baik aku tidak menemukannya? Waktuku tidak akan dibatasi jadi 49 hari kan jika aku belum menemukannya?”.

“Kau ini bodoh atau apa? jika kau tidak menemukannya dengan sengaja dan tidak berusaha. Siap-siap saja. mungkin tidak sampai 49 hari kau akan menghilang dari dunia ini dan kalau kau sampai nekat menyepelekan hidupmu seperti itu. jabatanku juga terancam! Aku ini scheduler dan kau klienku!”. IU cemberut. Tapi wajahnya malah semakin manis. Shi hoo mengangguk santai saja.

“Sekarang, antarkan aku ke tempat tubuhku berada!”

 

***

 

               Yi kyung masuk ke dalam kamar hotelnya dengan nafas tak karuan. Rasa traumanya muncul lagi. dia tidak suka melihat orang sekarat atau meninggal di hadapannya. itu mengingatkannya pada Yi soo secara tidak langsung. Yi kyung mengambil segelas air dan meneguknya dengan cepat. Ia harus tenang. Sesaat Yi Kyung ingat jika jas pria yang mati itu sudah ia tinggalkan di dalam taksi. Itu akan lebih baik daripada menyimpan atau membuangnya. Dia tidak tahu siapa pria itu tapi yang jelas semoga arwahnya tenang.

 

***

 

               Shi hoo mengintip ruangan tempatnya dirawat. Ia sudah tidak setakut tadi. Belum ada yang datang menjenguknya atau mungkin tidak ada yang perduli. Ayahnya tiba-tiba datang dengan Ibu Tiri dan seorang kakak perempuannya. Mereka melewati Shi Hoo begitu saja. Melihat pintu terbuka, IU buru-buru mendorong Shi Hoo untuk ikut masuk ke dalam. Ayahnya menangis di sisi ranjangnya. Shi hoo cukup shock melihat ayahnya seperti itu. Ia menoleh ke scheduler yang ternyata sudah sedia tissu dan sedang menangis seperti menonton opera.

Shi hoo tidak dapat mengatakan apapun. Ia cukup tersentuh tapi tetap saja rasa sakit hatinya pada ayahnya itu tidak menghilang. Shi hoo berlari keluar begitu suster datang dan membuka pintu ruangannya.

               Ia berjalan dengan gontai di lorong rumah sakit. Ia menangis di sisi kursi tunggu. Benar-benar menangis. IU muncul di sisinya dengan sekotak tisu di tangan. ia mengulurkannya dengan lugu. “Paman, aku akan membantumu hidup lagi. jangan menangis!”. Hiburnya. Shi hoo sama sekali tidak mempermasalahkan itu. Dia hanya merasa tersentuh dengan tangisan ayahnya tapi hatinya terlalu sakit jika mengingat perlakuan semua anggota keluarganya itu. Ibu tirinya terlihat berjalan keluar dari kamar tempatnya koma. Ibu tirinya itu duduk di kursi tunggu. Ia terdiam memandangi ibu tirinya itu. selama ini Ia juga ingin diperhatikan dan diperlakukan sebagai seorang anak. Ibu tirinya tidak memasang ekspresi apapun. Dia senang atau ikut sedih tidak ada yang tahu. Shi hoo menatap penuh marah ke arahnya.

“Kau senang bukan? Pasti sangat senang sekarang”. maki Shi hoo. IU menatap polos. “Percuma! Dia tidak bisa mendengarmu. Sebaiknya kita pergi saja. mencari jiwa yang bisa menjagamu”. IU menarik tangan Shi Hoo pergi dari tempat itu.

               Shi hoo melepaskan tangannya dari gandengan IU. “Mulai sekarang biar aku atur hidupku sendiri! kau menghilanglah dan jangan muncul kecuali kupanggil!”. Bentak Shi Hoo. IU jadi kaget, tapi dia bisa mengerti. Pria ini hanya merasa harga dirinya menghilang dan dia sedang mempertaruhkan kebahagiaan orang-orang di sekitarnya. “Baiklah! Jika butuh aku, tinggal kau telp saja. aku kan sudah memberikanmu kartu namaku dan ini pakailah!”. IU memberikan sebuah handphone adroid keluaran terbaru pada Shi Hoo lalu dia tersenyum, melambai dan cling. Lenyap dari pandangan Shi hoo yang masih takjub dengan handphone pemberian si Scheduler itu. Ia tertawa konyol melihat handphone di tangannya.

 “Aku jadi bingung, sedang berada dalam dunia yang mana”. gumamnya.

               Shi hoo terus berjalan sepanjang malam. Dia duduk hampir 2 jam di halte bus, lalu seenaknya selonjoran di bawah lampu jalan, kemudian berdiri di tengah-tengah zebra cross membiarkan mobil dan para manusia melewatinya tanpa perduli. Kaki Shi hoo menuntunnya ke hotel Shin. Dia melangkah masuk dan memandang ke sekeliling. Matanya menangkap jas miliknya sedang berada dalam dekapan seorang bapak-bapak setengah baya. Bapak itu berbicara dengan resepsionis hotel tersebut. Shi hoo yang penasaran otomatis mendekat. “Bagaimana bisa jas mahalku ada di tangan orang itu?”. gumamnya.

               Ia melihat Yi Kyung mendekat dan melewatinya begitu saja. Shi Hoo berdiri begitu dekat dengannya. Yi kyung membungkuk, memberi salam dan dengan berat hati menerima jas itu kembali. Shi hoo baru paham jika tadi Yi Kyung mengikutinya untuk memberikan jas itu kembali sebelum terjadi kecelakaan. Yi Kyung melangkah dengan gontai masuk ke dalam lift. Shi hoo mengikutinya dengan gaya sok keren seperti biasa. Dia terlihat sewot karena Yi kyung sepertinya sengaja meninggalkan jasnya di dalam taksi. Yi kyung masuk ke dalam kamar hotelnya dan menaruh jas itu begitu saja di atas sofa. Shi hoo ikut masuk karena penasaran. “Kau menginap di hotel ini? pelayan hotel yang tidak biasa”. gumam Shi hoo. Ia duduk di sisi jasnya.

               Yi kyung masuk ke dalam kamar mandi dan beberapa menit kemudian keluar dengan handuk melilit tubuhnya. Dia baru saja mandi dan terlihat begitu segar. Shi hoo otomatis melotot melihatnya. Yi kyung membuka lemari bajunya dan memilih baju yang akan dipakainya tidur. Shi hoo makin berdebar tak karuan dan tidak berkedip saat Yi kyung akan melepas handuknya. Lampu tiba-tiba saja padam, sebuah tangan menariknya keluar kamar Yi kyung. Sedetik kemudian lampu menyala lagi. Yi kyung cukup kaget, dia merasakan sesuatu dan bolak-balik menatap ke sekeliling sampai akhirnya dia berpikir jika ini hal yang wajar. “Apa lampunya bermasalah?”. Pikirnya.

               IU berdiri dengan berkacak pinggang di hadapan Shi Hoo. Raut wajahnya tidak sepolos biasanya. Dia melirik seram.

“Kau hampir saja melakukan tindakan fatal! Kau tahu itu?”. IU nampak marah. Shi hoo berlagak bodoh dengan memasang wajah tidak paham dan mengelak. “aku tidak bisa menolak keadaan. Apapun yang kulihatkan tidak bisa merubah apapun. lagipula aku tidak bisa berbicara dengannya apalagi menyentuhnya”. Belanya. IU makin kesal. “Paman! Kau ini mata keranjang atau apa saat hidup? Kau mau langsung dijemput ke neraka?”. Teriak IU. Shi hoo langsung menggeleng dan tersenyum sambil terus mengelak. “Kau terlalu berlebihan. Aku tidak melakukan apapun”. “Aku mengawasimu! Ingat itu!”. peringat IU lalu menghilang dari hadapannya, meninggalkan Shi hoo yang berdiri sendirian di depan pintu kamar Yi Kyung.

               Yi Kyung membuka pintu kamarnya, hendak melangkah keluar. Shi hoo spontan menoleh. Wajah mereka saling berhadapan, begitu dekat. Yi kyung melotot kaget seolah melihat Shi Hoo. Ia terdiam di tempatnya dengan gemetaran.

Shi hoo sama terkejutnya apalagi setelah melihat respon Yi Kyung. Mereka terdiam dalam hening.

“Kau bisa melihatku?”. pikir Shi hoo dalam hati.

 

***

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
tasmirafkendra #1
Chapter 18: Anyway, I just finished with the last chapter, please update authornim. Why you stopped when you almost finished this story :(
tasmirafkendra #2
Chapter 10: I rewatched 49 days and tried my luck to search the fanfic, I found it, moreover it's in indonesian. I'm sooo excitedd. Authornim, I like the way you continue the story plot, I think you can be a movie script writer haha. Keep the good work on your other project ;D
FoundingTropas
#3
love to read more