THE WHITE FLAG IN YOUR HEART

49 Days FF

               Yi kyung berbaring lelah di atas ranjangnya. Hidupnya jadi kacau selama beberapa hari ini. segala hal tentang hotel malah terlupakan. Sulit sekali untuk memejamkan mata. Besok tugas utamanya di sini harus benar-benar menjadi fokus utama. Tidak ada waktu untuk bermain-main bahkan dengan arwah sekalipun. Yi kyung menutup matanya dan tidur dengan nyenyak.

 

2 Hari kemudian,

               Yi kyung berjalan masuk ke dapur restaurant hotel. Beberapa staff menyambutnya dengan ramah. Ia tersenyum dan melihat apa yang sedang mereka kerjakan. Pagi ini begitu indah. Semuanya berjalan dengan normal, sangat normal. Seorang pelayan hotel tiba-tiba saja membahas tentang jasa Yi kyung mengusir tamu yang tidak sopan beberapa hari yang lalu. “Ibu manager kita ini sangat rendah hati rupanya. Walau anak presdir Shin tapi tetap mau memulai dari tempat yang tidak dihiraukan seperti dapur kami ini”. pelayan itu tersenyum. Yi kyung balas tersenyum malu-malu. “Kami senang Ibu bertindak tegas hari itu. mengusir pria gila yang sok kaya itu”. lanjut pelayan yang lain. Kali ini Yi kyung tidak tersenyum. Dia terdiam, ada perasaan bersalah pada pria itu.

 

 

***

 

 

               Yi kyung termangu di sela rapat. Pikirannya tertuju pada Shi Hoo. Kenapa rasanya seperti tidak lega dan ingin bertemu dengannya lagi. Yi kyung cemas sendiri. Perasaannya kali ini bahkan lebih menyesakkan daripada saat shi hoo terus membuntutinya sebagai arwah.

“Sayang, apa kau sudah makan?”. Tanya Ibu Yi kyung saat telepon. Yi kyung berbohong dengan menjawab sudah. Ibunya sepertinya tahu. “Kau terdengar lesu. Pasti berbohong? Jangan terlalu lelah. Ibu dan Ayah sangat merindukanmu di sini”. Ujar Ibunya. Yi kyung tersenyum dan berjanji untuk pulang minggu ini. “Aku sayang Ibu”. Ujar Yi kyung sebelum menutup teleponnya.

 

***

 

 

               Shi hoo masih terbaring koma dengan banyak selang terhubung ke tubuhnya. Dokter bilang dadanya terbentur begitu keras ke stir dan itu membuat jantungnya sempat terhenti untuk beberapa saat, tapi setelah itu otaknya juga mengalami kejang otot dan jika di dalam dunia kedokteran, kejadian seperti ini di sebut tidur otak. Jadi tubuhnya bisa merespon setiap ransangan yang ada. Tapi otaknya seperti tertidur. Secara fisik, shi hoo tidak terlalu parah. Koma yang terjadi padanya sebenarnya lebih karena gangguan emosi di dalam dirinya. Dokter bahkan mengatakan pada Ayah Shi hoo, “Putra anda bisa sadar kapan saja tapi juga bisa terus seperti ini”.

               Yi kyung berjalan dengan bunga di tangannya di lorong rumah sakit. Dia sebenarnya benar-benar ragu untuk melakukan ini tapi, perasaan tidak nyaman terus mengepungnya. Tangannya menyentuh ujung pegangan pintu kamar Shi hoo. Yi kyung mengintip sedikit ke dalam. Ada seorang pria dan seorang perempuan di dalamnya. Perempuan itu menyadari keberadaan Yi kyung dan berjalan keluar menghampirinya. Perempuan itu ternyata  adalah kakak perempuan Shi hoo. Dia mempersilahkan Yi kyung masuk dengan ramah. Yi kyung mengikutinya dengan canggung. Dia membungkuk dan memberi salam pada pria yang ternyata Ayah Shi hoo.

               Pria itu menerima bunga dari Yi kyung dengan senang. Dia bertanya siapa Yi kyung. Yi kyung awalnya bingung akan menjawab apa sampai akhirnya dia menemukan jawaban yang dianggapnya tepat.

“Saya bekerja di restaurant tempat Shi hoo sering berkunjung”. Ayah shi hoo manggut-manggut. Dia mohon diri untuk keluar sebentar menemui dokter. Yi kyung cukup canggung ditinggalkan sendirian dengan kakak perempuan Shi hoo. Kakaknya itu terlihat begitu menyayangi adiknya ini. Dia anak sulung di keluarga Shi hoo.

“Apakah kau sudah lama mengenal adikku?”. Tanya Min Ju, kakak shi hoo pada Yi kyung. Yi kyung menggeleng kecil dan tersenyum. “Tidak lama tapi, hubungan kami sangat berkesan”. Jawab Yi kyung. Min Ju menatap penasaran. Dia tersenyum. “Apa kalian pernah berkencan?”. Tanyanya hati-hati.

               Yi kyung buru-buru menggeleng dan tersenyum menutupi salah tingkahnya. “Bukan seperti itu. Kami hanya teman”. Jawab Yi kyung. Min Ju mengangguk dan meminta maaf karena salah mengira.

“Dia anak yang baik hanya suka seenaknya. Kami pernah sangat dekat saat masih anak-anak. Ayah mengirimnya sekolah ke Amerika. Lalu setelah dia kembali, rasanya seperti orang asing”. Cerita Min ju. Yi kyung mendengarkan dengan penuh perhatian. “Aku merasa menyesal sekarang. Harusnya aku memperlakukannya sama seperti saat kami anak-anak dulu”. Yi kyung merasa penasaran dengan kata-kata kakak Shi hoo ini tapi rasanya terlalu lancang jika bertanya lebih dalam.

***

               Yi kyung sampai di dalam kamarnya. Dia membuka kulkas dan meneguk sebotol jus jeruk. Lelah juga setelah seharian bekerja dan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Mr. Salad Kacang almond itu. Yi kyung merebahkan tubuhnya ke sofa dan menyalakan Tv. Tidak ada acara yang menarik sebenarnya tapi dia tidak bisa tidur. Remote di tangannya terus menerus mengganti chanel dari yang satu ke yang lain. Tiba-tiba terdengar suara benda jatuh dari dalam kamarnya. Ia menengok curiga lalu bangkit dan masuk ke dalam kamar, memastikan sumber suara itu. Jaket yang Ia gantung di pintu lemari rupanya jatuh. Sedikit heran dan merasa aneh, yi kyung mengambilnya dan memasukkannya ke dalam lemari. Saat itulah matanya tanpa sengaja melihat laci tempat menyimpan jas Shi hoo. Yi kyung terdiam. Dia bingung mau diapakan jas ini. kalau mengembalikannya ke keluarga Shi hoo, ini pasti akan terlihat aneh dan mencurigakan. Bisa-bisa mereka berpikiran macam-macam tentangnya dan shi hoo.

               Yi kyung kembali ke ruang tamu untuk mematikan Tv. Tapi, dia lupa dimana menaruh remotenya. Seingatnya, benda itu dia taruh di atas meja. Yi kyung melihat ke segala tempat. Jam weker di dekatnya tiba-tiba saja berbunyi, sekarang  tepat pukul 00.00. Yi kyung sampai kaget, buru-buru dimatikannya jam itu. Seingatnya dia tidak pernah menyetel alarm. Yi kyung mulai cemas. Dia melirik ke segala arah dengan was-was. Chanel Tv berpindah sendiri. Yi kyung menoleh dengan gugup. Tatapannya tajam dan begitu waspada. “Kau mencari apa?”. tanya Shi hoo santai. Dia bersandar di dinding, tak jauh dari tempat Yi kyung. Shi hoo tersenyum dan mendekat. Yi kyung cukup kaget melihat kemunculannya lagi. Rasa takut itu menghilang dan entah kenapa berganti perasaan lega.

               “Kau kembali?”. Nada suara Yi kyung terdengar senang tapi juga heran. Shi hoo yang gantian terkejut. “Kau terlihat tidak takut dan malah senang?”. Shi hoo sampai di depan Yi kyung dan menatapnya begitu dekat. Yi kyung mengalihkan pandangannya dan terlihat sedikit salah tingkah.

“Aku... tidak senang, tapi hanya merasa tidak takut saja”. ujarnya mencari alasan. Shi hoo masih menatap tidak percaya. IU duduk di sofa tak jauh dari mereka dan malah sibuk melihat acara musik di Tv. Rupanya dia tadi yang bermain remote. “Syukurlah kalau kau tidak takut lagi. Aku tidak pernah berencana untuk menakutimu. Aku juga bukan tipe orang yang suka membuntuti seorang wanita. Harga diriku ini sangat tinggi Nona!”. Shi hoo mulai lagi dengan sifat sok-nya. IU yang sedang asyik menyanyi menoleh sejenak, “Paman, kau itu bukan orang lagi!”. sindirnya lalu kembali asyik menonton Tv. Shi hoo melotot kesal, tapi kemudian fokus menatap Yi kyung lagi. Yi kyung merasa aneh melihat tingkah Shi hoo. Dia ikut menatap ke arah IU, tapi tidak ada apapun.

               “Lalu apa yang kau inginkan?”. Tanya Yi kyung datar. Shi hoo menarik nafas untuk sejenak. “Jiwamu!”. Ujarnya serius. Yi kyung tersentak mundur. “Jiwaku?”. Pekiknya. Shi hoo buru-buru meluruskan maksudnya. “Bukan seperti yang kau pikir. Aku ... aduh bagaimana menjelaskannya ya.. konyol sekali. Aku membutuhkanmu untuk menjaga jiwaku”. Terang Shi hoo, tapi Yi kyung malah makin tidak mengerti. “Aku ini bukan orang yang sudah mati. Arwahku terjebak di luar tubuhku dan aku harus memperbaiki 3 hubungan yang sudah kurusak baik sengaja atau tidak agar bisa kembali hidup. Karena kau manusia dan aku arwah dan sejak kau tidak menyimpan dendam padaku, maka aku hanya bisa meminta bantuanmu”. Jelas Shi hoo panjang lebar, dan tetap saja Yi kyung tidak paham. Ini lebih rumit dari hubungannya dengan Ji hyun dulu.

               “Bantuanku?”. “Ya, bantuanmu. Bantu aku menjaga jiwaku dan membantuku kembali ke tubuhku. Kumohon padamu... aku ingin hidup”. Jawab Shi hoo. “Kau ingin hidup? Bukankah kau sengaja ingin mati saat itu?”. yi kyung sangat ingat bagaimana cara Shi hoo menyetir. “Aku sudah sadar, aku belum siap untuk mati. Aku tidak mau jadi pecundang yang mati konyol seperti itu... kumohon...”. shi hoo menatap penuh harap. Yi kyung tidak bisa berkutik. “Apa aku harus menjagamu selamanya?”. Tanyanya. Shi hoo menggeleng. “Hanya 49 hari. Aku berjanji tidak akan lebih dari itu. aku akan menghilang dan tidak akan menganggumu lagi setelah itu”. ujar shi hoo. Yi kyung berpikir untuk sesaat. Dia seperti Ji hyun yang lain. Orang yang butuh bantuannya. “Kau tidak akan merasuk ke tubuhku kan? Bukan bantuan seperti itukan?”. Yi kyung jelas saja tidak mau tubuhnya dipinjam oleh seorang pria macam Shi hoo.

               “Bukan dengan cara seperti itu. Aku juga tidak mau masuk ke tubuhmu. Apa yang menarik?!”. Shi hoo sedikit bergumam pada kalimat terakhir, tapi kemudian dia memasang senyum penuh harap. Yi kyung memandangi Shi hoo dari atas sampai bawah. Pria tinggi, tampan, dengan senyum menawan, gaya sok keren, style up to date dan begitu percaya diri. “Asal kau tidak meminjam tubuhku, aku akan mempertimbangkannya”. Jawab Yi kyung. “Mempertimbangkannya? Kau kejam sekali. Aku susah payah menyelamatkanmu sampai nyaris menghilang dan kau hanya ingin mempertimbangkannya?”. Teriak Shi hoo kesal. Yi kyung benar-benar kaget. “Jangan berteriak! Kau pikir kau siapa berteriak di hadapanku seperti itu?”. “Aku! Park shi hoo! Yang menyelamatkanmu kemarin!”. Shi hoo menepuk-nepuk dadanya dan berjalan menyudutkan Yi kyung ke dinding. Yi kyung bersemu merah, sebenarnya Ia merasa bersalah juga. Bagaimana pun, shi hoo sudah menyelamatkannya kemarin.

               “Baiklah, aku akan menolongmu!”. Yi kyung akhirnya menyerah. Shi hoo membuka matanya lebar-lebar. “Benar? Kau akan melakukannya?”. “Iya..”. jawab Yi kyung yang sebenarnya masih ragu. “Tenang... aku berjanji tidak akan mengganggumu lagi setelah 49 hari ini berakhir”.

 

***

 

               “Iya benda itu. Pakai saja! modelnya keren dan pasti sangat mahal jika dijual”. Ujar Shi hoo pada Yi kyung yang sibuk membolak-balik gelang cantik di tangannya. Itu adalah jiwa yang dimaksud shi hoo. Sebuah media seperti kalung milik Ji hyun dulu. Bedanya, karena shi hoo bukan orang baik dan koma karena kesalahannya sendiri maka hanya jiwa yang tulus yang akan menjaga gelang itu. Ada 3 bandul berbentuk air mata dan di dalamnya memang seperti ada tetesan air mata. Yi kyung mengamati dengan jeli. Seperti kalung Ji hyun. “Saat aku berhasil memperbaiki sebuah hubungan dan orang itu memaafkanku dengan tulus, maka satu airmata di dalam hiasan itu akan menghilang. Aku harus memperbaiki 3 hubungan sebelum 49 hari atau aku harus rela untuk meninggal sebagai pria tengik yang menyebalkan”. Shi hoo mendengus sedih. Ia merasa hidupnya begitu konyol selama ini. Yi kyung menatap simpati. Kenapa pria ini terlihat rapuh.

               Shi hoo balik menatap Yi kyung. Mereka terdiam saling tak tahu untuk mengatakan apa. Acara musik di teve sedang memutar lagu mellow romantis [Ost.49 days – Even If I Live Just  One Day]. IU yang asyik bernyanyi tak sengaja melihat adegan antara Shi hoo dan Yi kyung. “Kenapa mereka jadi aneh seperti itu?”. gumam IU sambil berkedip-heran polos. Yi soo memandang dari salah satu sudut ruangan tanpa ada yang tahu. Dia melipat tangannya dan tersenyum kecil. “Kau beruntung memiliki kesempatan untuk hidup. Aku sangat iri”. Ujarnya misterius.

 

***

 

               “Ah... aku lega sekali, akhirnya klienku berhasil menemukan orang yang bisa dimintai tolong”. Cerita IU begitu Ji hyun menghampirinya  dengan  2 gelas kopi. “Aku senang mendengarnya. Pasti sebentar lagi keinginanmu akan terwujud”. “Aku harap begitu, ya walau aku juga tidak tahu apa keinginanku itu. Kita kan tidak bisa ingat tentang masa lalu sebagai manusia kata Senior Yi soo yang menyebalkan itu”. Ji hyun tersenyum mendengar ucapan IU.

 “Dia memang menyebalkan!”. Ji hyun ikutan berkomentar.

 “Tapi, aku merasa sedikit aneh. Kenapa perlakuan senior padamu lebih manis? Apa dia menyukaimu?”. Tanya IU penasaran. Ji hyun otomatis tertawa. “hahaha... Aku tidak tahu mungkin dia mengenalku saat masih hidup?”. Ji hyun mengangkat bahunya dan meneguk segelas kopi di tangannya. IU manggut-manggut. Sebuah panggilan masuk ke dalam handphone Ji hyun. Dari kliennya.

               “Kakak ini memanggilku. Aku pergi dulu. kau yang bayar kopinya! Hehe...”. ujar Ji hyun sambil berlari keluar. “Hei.. kau yang bilang mau mentraktirkan? Hei...”. teriak IU, tapi Ji hyun cuma tersenyum cengengesan. Menyamar sebagai manusia merupakan kesenangan tersendiri bagi Ji hyun dan IU sejak mereka saling mengenal dan sama-sama menjadi scheduler junior sukarela. IU membuka dompetnya. Uang manusianya menipis. Ia mendesah kesal. “Awas kau Ji hyun! Akan kubalas nanti!”

 

***

 

              

Ji hyun datang dengan tergesa-gesa ke dalam sebuah kamar perawatan. Seorang gadis yang merupakan Kliennya, berdiri dengan cemas di sisi sebuah ranjang. “Tadi denyut jantungku sempat berhenti”. lapor gadis yang Ji hyun panggil kakak itu cemas. Gadis itu seusia dengan Yi kyung, hanya satu tahun di atas Ji hyun. Nama gadis yang menjadi Kliennya itu adalah Han Hyo Joo. Ji hyun memeluk kliennya itu dan menenangkannya. “Kakak jangan menangis. Aku berjanji akan membantu kakak kembali”. Hibur Ji Hyun. Mata Ji hyun tanpa sengaja menatap sebuah photo di atas meja. Foto kliennya ini dengan seorang gadis. Gadis di foto itu adalah IU. Teman sesama schedulernya.

“Kakak, photo ini sebelumnya tidak ada?”. Tanya Ji hyun. “Tadi beberapa barangku dibawa kemari. Katanya agar aku cepat sadar”. Jawab Hyo joo. “Lalu gadis di foto ini siapa?”. Tanya Ji hyun penasaran. Hyo joo terdiam untuk sesaat. “Adik yang sangat kusayangi...”. Jawabnya sedih. Ji hyun termangu mendengarnya. IU adalah adik dari kliennya?!

 

***

 

               Yi kyung keluar dari kamar mandi. Wajahnya terlihat segar. Shi hoo memandanginya dari atas kasur. Wajahnya polos. Yi kyung yang lupa jika shi hoo tinggal bersamanya spontan berteriak kaget. “Aaaaa... apa yang kau lakukan di sini?”. Teriaknya sambil memegangi baju mandinya rapat-rapat. “Duduk”. Jawab Shi hoo polos.

“Kau mandi lama sekali! Waktuku terbuang begitu saja”. omel shi hoo tanpa dosa. Ia menatap remeh ke arah Yi kyung dan melihatnya dari atas sampai bawah. “Tak perlu ditutupi! Aku sudah melihatnya”. goda shi hoo. Yi kyung melotot kaget. “Hehe... santai saja. aku bercanda. Walau arwah tapi seleraku tetap tinggi!”. Ujar shi hoo seraya bangkit dari atas kasur Yi kyung dan melangkah keluar kamar. Terdengar bunyi bel dari depan kamar hotel.

               Yi kyung buru-buru memakai bajunya. Shi hoo berdiri di depan pintu sambil terus memanggil Yi kyung yang sedang ganti baju di dalam kamar. “Heh.. ada tamu!”. Teriaknya. Yi kyung keluar dengan cepat dan membukakan pintu. Ibunya berdiri di hadapannya dengan tersenyum dan langsung memeluk Yi kyung penuh rasa rindu. “Ibu merindukanmu...”. Shi hoo menatap kaget. Jika Ibu Yi kyung akan tinggal di sini juga. Maka rencananya bisa terganggu. Yi kyung menatap shi hoo dengan bingung di dalam pelukan ibunya. Dia tahu, apa yang dipikirkan shi hoo. Mereka akan tinggal bertiga. Hiaaa......?!

 

***

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
tasmirafkendra #1
Chapter 18: Anyway, I just finished with the last chapter, please update authornim. Why you stopped when you almost finished this story :(
tasmirafkendra #2
Chapter 10: I rewatched 49 days and tried my luck to search the fanfic, I found it, moreover it's in indonesian. I'm sooo excitedd. Authornim, I like the way you continue the story plot, I think you can be a movie script writer haha. Keep the good work on your other project ;D
FoundingTropas
#3
love to read more