The Unpredictable Visitor

49 Days FF

 

               Dong joo terpaku di hadapan Shi hoo yang dengan santai menatapnya. Mereka kini berdiri di loteng rumah sakit.

“Ini disebut apa? Lama tidak bertemu denganmu dan sekarang bertemu denganmu dengan cara seperti ini?”. Shi hoo melipat tangannya begitu santai, Ia tertawa kecil. Menertawai takdirnya sendiri.

 “Apa yang terjadi padamu?”. Tanya Dong joo begitu cemas. Shi hoo melirik cuek.

“Kau terdengar prihatin atau kasihan? Ini bukan kau yang kukenal”. Ledek Shi hoo.

 “Ternyata kemampuanmu melihat hal-hal di luar dunia manusia bukan bualan. Aku harus merasa beruntung atau sial karena kau bisa melihatku?”. Shi hoo berjalan mendekat dengan sinis. Dong joo hanya memandang tanpa ekspresi berarti.

“Kau masih sama. Apa kau masih marah karena kejadian itu?”. tanya Dong joo serius. Shi hoo tertawa dan menggeleng cuek.

“Aku bahkan sudah lupa dengan apa yang terjadi. Apa kau merasa bersalah?”. Shi hoo menatap jutek. Dong joo hanya diam tapi pandangannya tajam.

               “Apa yang terjadi padamu?”. Tanya Dong joo sekali lagi.

“Kau bahkan tidak takut dan terus bertanya. Apa kau manusia?”. Sindir Shi hoo, tapi Dong joo tetap tenang.

“Kau arwah, hantu atau manusia. Kau tetap Park Shi Hoo. Apa yang perlu kutakuti?”. Dong joo mengejek balik, membuat senyum di wajah shi hoo.

               “Sepertinya aku benar-benar sial karena kau bisa melihatku!”. Shi hoo melipat tangannya dengan sombong dan melangkah pergi. Dong joo hanya tersenyum kecil. “Berandalan yang sama”. Gumamnya. Ingatan Dong joo seolah dilempar ke beberapa tahun yang lalu, ke masa SMA mereka. Dong joo remaja tidak begitu memiliki teman. Kemampuannya melihat hal-hal aneh membuatnya sering dikucilkan dan dibilang aneh. Hari itu dia bertemu Shi hoo saat sepupunya itu tengah bersembunyi di bawah meja di dalam perpustakaan. Shi hoo pasti sedang terlibat masalah dengan kakak kelas seperti biasanya. Dong joo tidak sengaja menjatuhkan buku dan melihat pantat shi hoo di bawah meja.

               “Dia lagi. ckckck”. Ujar Dong joo saat itu. Beberapa kakak kelas datang ke dalam perpustakaan dan terlihat sedang mencari seseorang. Mereka sampai di dekat meja Dong joo tapi tidak berani mendekat karena lirikan dingin Dong joo. “Kita pergi saja. anak aneh itu melihat ke arah kita terus!”. Ujar salah satu dari mereka seraya mengajak yang lainnya pergi. Dong joo tertawa lirih melihatnya. Dia menengok ke bawah meja. Shi hoo masih bersembunyi. Ditepoknya pantat shi hoo dengan buku. Shi hoo yang kaget langsung berteriak dan spontan berdiri. Kepalanya jadi terpentok meja. Semua orang melihat ke arah Dong Joo yang langsung salah tingkah begitu Shi hoo merangkak dari bawah meja dengan kesakitan.

 

 

               “Ah... kau ini selalu membuatku terlihat konyol. Huft...”. Shi hoo melotot kesal sambil mengusap-usap kepalanya dengan softdrink dingin pemberian sepupunya itu. Dong joo tertawa. Mereka mengobrol di loteng sekolah.

“Kau mau sampai kapan membuat masalah di sekolah, hei sepupu berandal?”. Ledek Dong joo. Shi hoo manggut-manggut dan tersenyum cuek.

 “Sampai aku bosan! Hehe..”. Jawabnya sambil terus menggosok-gosok kepalanya yang sakit. Dong joo menggeleng dan menjitak sepupunya itu sekali lagi.

“Heiiiii... sakit!”. Teriak shi hoo. Dong joo meneguk softdrink-nya dan tertawa.

 

***

 

               “Kenapa dokter Park bisa mengenalmu?”. Tanya Han kang. Yi kyung ingin sekali berbohong tapi tidak bisa, akhirnya terpaksa dia menyingkap mantelnya dan menunjukkan luka di lengannya kanannya.

“Apa ini? Bagaimana kau mendapatkannya?”. Han kang begitu terkejut.

“Aku diserang perampok kemarin. Tapi tidak apa-apa kok. Soal ini, hanya kau yang tahu. Aku tidak mau Ayah dan Ibu cemas”. Han kang menggelengkan kepalanya mendengar penjelasan Yi kyung.

 “Paman dan bibi seharusnya kau beritahu. Ini sama saja membohongi mereka”. nasehat Han kang. Yi kyung hanya tersenyum innocent.

               Ji hyun yang sejak tadi berada di ruangan itu bersama mereka berjalan mendekat dan duduk di dekat Yi kyung, di sisi Han kang. Dia bolak-balik memandangi wajah Yi kyung dan Han kang. Hatinya merasa tenang di sisi mereka, walau dia sendiri tidak tahu apa yang terjadi. Han kang menghela nafasnya panjang seperti memikirkan sesuatu. Yi kyung yang kini gantian menatap ingin tahu.

 “Kau memikirkan apa? bukan mobilmu yang rusak kan?”. Canda Yi kyung. Han kang tertawa lirih.

“Aku hanya merasa melihat sesuatu, aku mungkin berhalusinasi”. Jawab Han kang. Dia tersenyum menyembunyikan keresahannya.

 

***

 

               IU bernyanyi di bawah pohon dengan sedih. Dia memetik gitarnya dengan penuh perasaan. Ji hyun muncul dan duduk bersandar di sisinya. pandangannya sama tidak bergairahnya. Dia diam dan mendengarkan nyanyian IU. Melody lagu ‘Only I didn’t know’ (by : IU) menggema ke udara dari gitar di tangan IU, menenangkan hati mereka berdua yang sama-sama resah.

“Kau kenapa?”. Tanya Ji hyun begitu IU selesai menyanyikan lagunya.

“Aku ingat sedikit tentang masa laluku. Tentang klienmu itu...kakakku...”. desah IU sedih. Dia menahan tangis. Ji hyun menatap simpati.

 “Kau?”. tanya IU balik.

 “Aku bertemu orang-orang yang kupikir kukenal tapi aku tidak tahu mereka siapa....”. jawab Ji hyun menahan tangisnya juga. Mereka berpandangan dan akhirnya menangis bersama.

“Huhuhu.... aku benar-benar ingin memeluk kakakku....”. tangis IU.

“Huhuhu... aku ingin ingatanku segera kembali... dan mengenali mereka...huhuhu...”. Ji hyun menangis sama kerasnya. Mereka saling berpelukan. Beberapa orang yang lewat memandang aneh ke arah mereka. IU buru-buru menghentikan tangisnya dan melepaskan pelukan Ji hyun.

“Ji hyun... kita sedang menyamar jadi manusia”. Bisiknya seraya menunduk malu. Ji hyun terpaku dan menatap ke sekitar, lalu menangis makin keras karena malu. “Huaaa.. aku malu.....”.

 

***

 

               “Kau jadi pendiam setelah pulang dari pulau itu?”. tanya Yi kyung pada Shi hoo yang berbaring santai di atas sofa.

“Aku hanya lelah”. Jawab Shi hoo jutek, dia menutup matanya. Yi kyung mengangguk-angguk dan masuk ke dalam kamar. “Aku mau tidur dulu. lelah sekali seharian ini”. Ujar Yi kyung seraya berjalan masuk ke kamarnya. Shi hoo membuka matanya, pikirannya kembali ke beberapa tahun yang lalu.

 

SMA Incheon beberapa tahun yang lalu,

 

               “Hei, lemparkan bolanya!”. Teriak Shi hoo pada teman-temannya. Dia melambai-lambai di tengah lapangan meminta bola. Dong joo duduk menontonnya bersama murid-murid lain di pinggir lapangan. Tiba-tiba bola basket yang dipegang salah satu teman Shi hoo menggelinding ke tepi lapangan. Ke tempat Dong joo berada. Anak-anak bersorak melihat itu. Beberapa dari mereka jadi mengejek Dong joo.

“Ah, anak itu! memegang bola saja dia tidak pernah”. Ledek Young jae yang berdiri di sisi Shi hoo. Di sekolahnya ini, tidak ada yang tahu jika Shi hoo adalah sepupu Dong joo. “Ayo... anak aneh lempar bolanya ke sini!”. Teriak yang lain. Shi hoo hanya diam, bingung akan bersikap bagaimana. Dong joo menatap bola di hadapannya itu dengan tersenyum, begitu santai. Sedetik kemudian dia melirik tajam dan siap membuat perhitungan. Shi hoo hanya mengamati.

               Dong joo berdiri dan mengambil bola di hadapannya itu. Dia menatap tajam ke beberapa orang di lapangan. Sekilas dia melirik ke arah Shi hoo yang tidak melakukan apapun dan hanya mencari aman.

“Anak aneh! Ayo berikan bolanya!”. Teriak kapten team Shi hoo, Tae syung. Semua orang tertawa. Dong joo berjalan masuk ke lapangan dan berdiri beberapa meter di hadapan Tae syung.

“Kau mau bolanya?”. Tanya Dong joo seolah mengejek dan mengajak bermain-main. Dia tersenyum menghadapi semua ejekan ini. “Lemparkan saja bolanya kemari!”. Teriak Tae syung tidak sabaran. Dong joo tersenyum sekali lagi dan langsung melemparkannya tepat ke hidung Tae syung dengan keras. Tae syung jatuh dengan hidung berdarah karena bola itu.

               Beberapa temannya tidak terima dan langsung menyerbu Dong Joo. Shi hoo memalingkan wajahnya. Dia ingin sekali pura-pura tidak kenal dan membiarkan semuanya, tapi melihat Dong joo diperlakukan seperti itu. Hatinya sakit. “HENTIKAN!”. Teriak Shi hoo, membuat seantero isi lapangan menoleh. Shi hoo masuk ke tengah arena perkelahian. Dia mendorong anak-anak yang memukuli Dong joo dan menarik tangan sepupunya itu untuk kabur.  

Tapi  sejak saat itu, Shi hoo dan Dong joo malah jadi sedikit asing satu sama lain. Gossip mulai beredar jika Dong Joo adalah sepupu Shi hoo.  Ini membuat mereka harus menjaga jarak agar tidak makin memperburuk keadaan. Hingga hari itu tiba, saat hubungan mereka benar-benar terputus.

               Dong joo menghalangi langkah Shi hoo yang baru saja dari kantin. Dia berdiri di hadapannya dan menatap serius.

“Kenapa menghindar?”. Tanya Dong joo. Tatapannya tajam. Shi hoo menoleh ke kiri dan ke kanan lalu menggeret Dong joo ke kelas kosong di kanan lorong.

“Kumohon jangan bicara denganku di sekolah. Murid-murid terutama teman-temanku mulai bergossip tentang kita. Bahkan ada yang bilang kita ini pasangan kekasih. Aku mohon padamu! Aku tidak mau keluar dari team basket ataupun jadi terkucil”. Shi hoo merasa benar-benar tidak enak harus terus terang seperti ini. Dong joo tertawa mendengarnya dan mengangguk sangat kecewa. “Baiklah, aku akan menuruti keinginanmu”. Dong joo berbalik dan hendak melangkah pergi tapi, kemudian dia berhenti dan menoleh ke arah shi hoo yang menunduk karena perasaan bersalah.

“Oh, ya... terima kasih sudah menolongku saat itu. Walau akhirnya malah seperti ini”. ujarnya lalu berjalan keluar dengan tenang walau sebenarnya hatinya sangat terluka saat itu.

Saudara dan teman yang dia percayai ternyata tidak benar-benar nyaman dengan keberadaannya.

 

Kembali ke saat ini,

               Shi hoo membuka dan menutup matanya. Dia tidak tenang. Sudah bertahun-tahun tapi masalahnya dengan Dong joo malah semakin mengabur dan tidak jelas intinya. Dia sendiri bingung siapa yang harusnya meminta maaf atau merasa bersalah. Yi kyung keluar dari kamarnya dan berjalan ke dapur untuk mengambil minum. Dia melirik Shi hoo yang tengah melamun.

“Kau memikirkan apa?”. tanya Yi kyung, melongok di atas shi hoo.

“Hyaaa... kau membuatku kaget!”. Teriak Shi hoo.

Yi kyung tidak perduli dengan reaksi shi hoo. Dia dengan tenang duduk di sisinya.

“Kau kenapa?”. Tanya Yi kyung lagi.

“Aku tidak mau bercerita padamu”. Jawab Shi hoo jutek.

“Ya sudah!”. Yi kyung bangun dan ingin kembali tidur.

“Tunggu!”. Teriak shi hoo tiba-tiba, dia nampak murung.

 “Aku akan menceritakannya padamu. Ini tentang dokter di rumah sakit itu”. ujar Shi hoo. Yi kyung duduk kembali dan menatap begitu penasaran.

Shi hoo menarik nafasnya sejenak dan mulai bercerita.

 

Flashback again....

SMA Incheon, (masih) beberapa tahun yang lalu....

 

“Dimana berandalan sok jagoan itu?”. Teriak salah seorang kakak kelas Shi hoo yang selama ini memburunya bersama gerombolannya. Shi hoo mengintip dari balik ruang kelas. Dia menunduk dan kebingungan akan lari kemana. Keringat dingin mulai mengucur. Tangannya meremas-remas cemas. 3 orang kakak kelasnya itu makin mendekat. Sebelum ketahuan, Shi hoo buru-buru kabur ke dalam perpustakaan. Tempat persembunyiannya yang paling aman seperti biasanya. Dia celingukan mengamati keadaaan perpus yang lebih sepi dari biasanya. Matanya tanpa sadar mencari keberadaan Dong joo tapi bahkan seorang Dong joo pun tidak ada di sana. Hanya beberapa murid kelas satu yang nampak begitu lugu. Shi hoo berjalan dengan cool menuju rak di sudut ruangan. Setelah yakin jika tidak ada yang melihatnya, Shi hoo langsung merangkak ke bawah meja seperti biasanya. Dia tersenyum sendirian, merasa sudah berhasil mengelabui para kakak kelas sok itu. (ckckc.. Oh shi hoo -.-‘)

               Terdengar suara langkah kaki mendekat. Shi hoo melongok ke atas dengan was-was. Dong joo berdiri di hadapannya dengan cuek dan tenang. Dia tersenyum singkat seolah menertawai Shi hoo yang masih sibuk berbuat onar. “Sebaiknya cari tempat lain untuk bersembunyi”. Tegur Dong joo lalu pergi dengan misterius. Shi hoo hanya menatap remeh.

 “Memang perpustakaan ini punyanya?”. Ledek Shi hoo sambil membetulkan posisinya agar lebih nyaman.

               Setelah Dong Joo pergi, terdengar beberapa derap langkah kaki lagi. Shi hoo masih tenang-tenang saja dengan berpikir jika itu murid kelas satu tapi pikirannya berubah saat wajah yang dia kenal berjongkok di hadapannya dengan senyuman kemenangan. Wajah salah satu kakak kelasnya. Shi hoo tersenyum sok polos dan perlahan merangkak mundur tapi di belakangnya sudah ada kakak kelasnya yang lain. Mereka mengajak Shi hoo keluar dengan baik-baik agar tidak mencurigakan. Shi hoo terus memberikan signal jika dia meminta bantuan pada setiap orang tapi tidak ada yang mengerti. Mereka menggeret Shi hoo ke gudang dan memukulinya di sana lalu meninggalkannya  begitu saja.

“Kau tidak akan berani melawan kami lagi sekarang!”. maki salah seorang kakak kelasnya itu sebelum akhirnya pergi meninggalkan Shi hoo yang tergeletak dengan bibir berdarah. Shi hoo mengusap darah di bibirnya sambil menahan sakit. Dia merangkak ke pintu yang tertutup dan menggedor-gedor meminta bantuan. Dong joo yang dari tadi mengikutinya hanya memandang dari balik pohon lalu pergi.

               Beruntung beberapa murid kelas satu yang sedang tersesat dan kebetulan melintas di gudang belakang sekolah mendengar dan menemukan Shi hoo. Mereka membantu Shi hoo keluar. Seminggu berlalu sejak kejadian itu. Dong joo sudah pindah sekolah keluar kota mengikuti ayahnya yang merupakan adik sepupu ayah Shi hoo. Mereka tidak bertemu lagi dan masih saling menyisakan pertanyaan di hati masing-masing. Shi hoo sampai sekarang masih berpikir jika Dong joo-lah yang memberitahukan tempat persembunyiannya karena sakit hati.

 

Saat ini,

               “Jadi menurutmu Dokter Park yang sudah membuatmu dipukuli sampai babak belur? Apa kau tidak takut salah menduga lagi?”. tanya Yi kyung setelah mendengar semua cerita Shi hoo.

“Lalu kau pikir siapa? Apa aku sendiri yang memberitahu mereka?”. Shi hoo malah sewot. Yi kyung menatap kesal.

 “Aku hanya takut kau salah paham lagi dan hanya memikirkan dari sudut pandangmu”. Ujar Yi kyung. Dia bangkit dan ingin kembali tidur daripada malah makin kesal dengan kelakuan shi hoo.

“Kau mau kemana?”. Tanya Shi hoo, suaranya melunak seolah tidak mau ditinggalkan. Yi kyung menoleh sedikit heran.

“Nyalakan Tv-nya! Aku tidak bisa tidur”. Pinta Shi hoo yang makin membuat Yi kyung geram. “Kau ini!”. teriaknya.

               Yi kyung duduk di sisi Shi hoo yang asyik menonton Tv. Sebuah serial asing berjudul SMALLVILLE. Yi kyung tersenyum sendiri melihat Shi hoo begitu serius. “Kenapa tersenyum sendiri?”. tanya Shi hoo polos.

“Hanya merasa aneh melihatmu begitu serius melihat Tv”. Jawab Yi kyung. Shi hoo tersenyum.

 “Ini serial favorite-ku. Lagipula aku merasa jika aku mirip karakter utamanya si Clark Kent”. Ujar Shi hoo bangga. Yi kyung malah makin merasa lucu.

“Kau mulai narsis lagi!”. ledek Yi kyung. Shi hoo tertawa dan mengedipkan matanya.

“Ah, sebenarnya aku lebih tampan darinya. Hehe...”. Shi hoo tersenyum genit. Yi kyung tertawa gemas, dia bangkit dan beranjak ke kamar lagi. Shi hoo buru-buru menahan tangannya. Mereka saling bertatapan kali ini. Yi kyung merasa berdebar tidak karuan. Shi hoo tersenyum dan berbisik, “Temani aku!”. Yi kyung terpaku di tempatnya, masih menatap Shi hoo. Apa ini? kenapa jadi berdebar tidak jelas seperti ini?

Shi hoo menarik tangan kiri Yi kyung ke sisinya, begitu dekat. “Aku tidak akan menggigitmu!”.  Goda Shi hoo genit.

 

***

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
tasmirafkendra #1
Chapter 18: Anyway, I just finished with the last chapter, please update authornim. Why you stopped when you almost finished this story :(
tasmirafkendra #2
Chapter 10: I rewatched 49 days and tried my luck to search the fanfic, I found it, moreover it's in indonesian. I'm sooo excitedd. Authornim, I like the way you continue the story plot, I think you can be a movie script writer haha. Keep the good work on your other project ;D
FoundingTropas
#3
love to read more