Without You

49 Days FF

               Yi kyung membuka pintu kamarnya. Shi hoo yang sedang menunggunya dan bosan di dalam langsung berdiri dari sofa dan mengomel.

“Kau kemana saja? aku bosan di dalam sendirian!”. Shi hoo melotot gemas, bibirnya manyun tapi malah terkesan lucu dan menggemaskan.

Yi kyung hanya melirik sedikit, terlihat serius dan tegang. Dia menghadap ke pintu masuk dan memberi kode seseorang untuk masuk. Park dong joo melangkah masuk dengan tersenyum. Pandangannya langsung menuju ke tempat Shi hoo berdiri. Masih memasang senyuman yang sama. Shi hoo bungkam seribu bahasa, begitu terkejut. Dia menatap penuh pertanyaan ke arah Yi kyung yang tetap diam.

“Aku yang memaksa untuk menemuimu”. Ujar Dong joo. Dia melangkah mendekati Shi hoo dengan tenang.

Shi hoo memandang tidak suka.

“Apa kau merasa kasihan atau konyol melihatku sekarang?”. serang Shi hoo. Tabiat buruknya yang penuh dendam tetap tidak berubah. Dong joo terus mendekat, tatapannya begitu serius dan ingin tahu. Tangannya perlahan menggapai tubuh shi hoo tapi tidak tersentuh. Kosong! Dia menatap Yi kyung begitu terkejut.

Yi kyung ikut maju.

“Dia tidak bisa menyentuh apapun maupun tersentuh apapun”. ujar Yi kyung. Shi hoo tersenyum mengejek.

 “Aku ini invisible, hai sepupu!”. Seru shi hoo. Dong joo tersenyum merasa ini konyol. “Itu bagus. Setidaknya aku tidak bisa memukulmu seperti saat sekolah dulu!”. sahut dong joo tidak mau kalah. Yi kyung menatap aneh. Mereka ini sebenarnya bermusuhan atau apa? Seperti anak kecil saja.

“Yi kyung sudah menceritakannya padaku tentang semua yang terjadi padamu”. Dong joo duduk di sofa tanpa permisi. Shi hoo menatap Yi kyung begitu terkejut. Bagaimana bisa Yi kyung menceritakan tentangnya pada orang lain? Yi kyung langsung memasang ekspresi yang artinya : Dia memaksaku jadi jangan salahkan aku!

               Shi hoo menghela nafasnya sejenak, sedikit kesal karena sekarang sepupunya itu ikut campur. Dia duduk di sisi sepupunya dan menatap curiga. “Lalu? Apa alasanmu datang kemari?”. tanya Shi hoo tidak suka.

“Aku penasaran dan ingin membantumu”. Jawab Dong joo santai saja. dia tersenyum tenang tapi juga terlihat mencurigakan. Shi hoo terus melirik penuh selidik. “Setelah kejadian di masa lalu, sekarang kau datang dan ingin menonton apa yang terjadi padaku? haha... Benar-benar KONYOL!”. Maki Shi hoo. Yi kyung terus mengamati mereka berdua. Dia terjebak situasi ini. diantara dua orang pria yang entah sedang bertengkar, entah sedang saling bercanda.

               Dong joo menatap Shi hoo dengan serius.

 “Bagaimana kalau aku bilang aku ingin membantumu?”. Tanya Dong joo. Pandangannya tajam dan seolah menjanjikan sesuatu. Shi hoo terdiam, menatap sama tajamnya.

              

***

 

               Han kang berjalan keluar dari pintu kedatangan bandara. Dia pulang ke Seoul untuk beberapa hari. Kecelakaan itu membuatnya harus rehat sejenak dan tempat paling nyaman untuk istirahat adalah di rumah. Gelang di tangannya berdencing pelan saat dia berjalan. Han kang menghentikan langkahnya sejenak, menatap gelang itu penuh perasaan. Benda ini mengingatkannya pada Ji hyun. Sekilas kejadian saat kecelakaan itu kembali terlintas di memori-nya. Itu benar-benar Ji hyun. Tapi, ini terlalu mustahil. Ji hyun sudah pergi hampir 2 tahun yang lalu.

“Aku sepertinya begitu merindukanmu....”. gumam Han kang, seraya tersenyum sedih.

 

Tak jauh dari bandara,

               Ji hyun tengah duduk di sisi Bibi Jung yang memandang kosong ke jalanan. Dia menampakkan dirinya sabagai manusia kali ini. Tangannya menggenggam kalung milik Hyo joo, kliennya yang sekarang entah kabur kemana. Mungkin dia sedang menangis sendirian. toh, dia tidak akan bisa melukai siapapun termasuk dirinya sendiri. Dia tidak mungkin bunuh diri karena dia arwah. Dia juga tidak akan bisa mengganggu orang lain. Menyentuh tiang halte bus saja dia tidak bisa.

               Taksi yang ditumpangi Han Kang melaju perlahan dan berhenti tak jauh dari halte bus tempat Ji hyun dan Bibi Jung tengah duduk. Lampu merah masih menyala. Han kang mengedarkan pandangannya ke sekitar. Dia melihat Bibi Jung di kejauhan. “Bibi Jung?”. Gumam Han kang keheranan. Dia takut ini juga cuma imajinasinya sejak dia merasa berdebar-debar di sisi Bibi Jung.

Han kang membuka kaca jendela dan melihat lebih jeli. Benar! Itu Bibi Jung. Dia sedang duduk menanti bus bersama seorang anak perempuan gendut.

               Ji hyun mengajak bibi Jung untuk pergi meninggalkan halte bus. Dia harus mencari tempat untuk bibi Jung tinggal. Tapi, suara seseorang menghentikan langkahnya. Ji hyun dan Bibi Jung menoleh ke belakang. Han kang nampak keheranan.

“Bibi Jung? Apa yang bibi lakukan di sini?”. Tanya Han kang. Ji hyun jadi sedikit panik. Bagaimana ini, bibi Jung otomatis tidak dapat mengenalinya.  Bagaimana jika Han kang sadar jika padangan bibi jung kosong dan terlihat seperti orang kurang waras.

“Bibi?”. Han kang berjalan mendekat. Dia menatap heran pada Bibi jung dan Ji hyun dalam wujud gadis gendut.

Ji hyun tersenyum canggung. Dia harus segera mencari alasan yang bagus.

“Kau siapa?”. Tanya Han Kang pada Ji hyun.

 

***

 

               “Kalian bisa tinggal di sini untuk sementara”. Han kang tersenyum dan membukakan pintu sebuah kamar. Ini adalah salah satu dari kamar yang kosong di dalam HEAVEN. Ji hyun membungkukkan badannya mengucapkan terima kasih kemudian menggandeng Bibi Jung masuk.

“Mereka siapa Kang?”. Tanya pamannya begitu Han kang turun ke lantai bawah.

“Bibi itu pegawai di kantorku, paman. Dia baru saja menghadiri pemakaman temannya di seoul. Di sini dia tidak punya tempat tinggal. Kasihan sekali, yang meninggal teman dekatnya. Dia jadi termenung terus seperti itu”. Pamannya mengangguk-ngangguk mendengar penjelasan Han kang.

“Lalu gadis yang datang bersamanya itu?”.

“Keponakannya”. Jawab Han kang.

 

***

 

               Hyo joo termenung di pinggir sebuah jembatan layang dengan  laut yang menghampar begitu luas di bawahnya. Dia ingat juga hari itu.

Hari peringatan 2 tahun kematian adiknya.

 

Flash back...

Hyo joo berjalan dengan sedih di sisi jembatan. Pandangannya kosong. Dia sedikit mabuk. Tangannya menggenggam surat dari IU. Surat yang ditinggalkannya sebelum berangkat audisi.

 

Kakak...

Apa kau baik-baik saja sekarang?

Ah, aku tau. Pasti masih marah padaku kan? Hehe^^

Kalau kakak membaca surat ini, tandanya aku sudah berhasil dan lolos audisi.

Aku sangat ingin menjadi penyanyi kak.

Aku akan membuat sebuah konser tunggal saat sudah terkenal nanti dan

Aku akan mengajak kakak naik ke atas panggung lalu akan aku katakan pada dunia kalau ini adalah kakak yang sangat sangat sangat aku sayangi J

 

Aku berjanji akan menjaga diriku dengan baik di sini.

Aku akan rajin berlatih dan menjadi seorang bintang.

Tunggulah sebentar kak, aku akan pulang dan mengajak kakak naik ke atas panggung.

Ah, tapi sebelumnya aku ingin kita bernyanyi bersama di jembatan seperti saat kita kecil dulu.

Aku merindukan kakak :’)

 

 

 

_Adikmu yang manis dan ceroboh^^_

 

               Hyo joo tidak dapat menahan airmatanya lagi. Sudah 2 tahun tapi perasaannya masih sama tiap kali membaca surat Itu.

Pertanyaannya juga masih sama,

 “Sebentar itu berapa lama? Kenapa kau belum datang juga? Kakak sangat merindukanmu...”. Ia menangis sesunggukan di tepi jembatan. Angin berhembus kencang dan meniup surat itu pergi dari tangannya. Dengan cepat diraihnya kertas itu tapi tidak berhasil. Suratnya tersangkut di ujung tiang jembatan. Cukup tinggi dan berbahaya. Tidak boleh sampai jatuh ke bawah. Hyo joo berujar pada dirinya sendiri.

Dia berjinjit dan mencoba meraih surat itu dengan ujung jarinya. Tidak sampai. Jembatan ini juga sepi. Tidak ada yang bisa dia mintai pertolongan. Hanya mobil yang berlalu lalang dengan kencang. “Ah... sial!”. Igau Hyo joo yang mabuk sambil menendang tepi jembatan. Angin bertiup lagi, ini gawat. Bisa-bisa surat itu benar-benar akan jatuh.

               Ia memanjat pagar tepi jembatan dan terus menggapai sejauh yang dia bisa. Tapi... tapi yang terjadi malah tubuhnya menjadi limbung dan tidak seimbang ke depan. Dia jadi tidak fokus karena mabuk.

 BYUURRRRRR.... tubuhnya jatuh terpelanting ke dalam air. Meluncur begitu saja tanpa ada seorangpun yang tahu. Hyo joo bisa berenang tapi masalahnya dia sedang mabuk dan arusnya terlalu deras. Tangannya menggapai-gapai ke permukaan tapi percuma saja. Apa ini adalah akhir dari takdirnya? Suara adiknya itu menggema memenuhi telinganya. Apa ini adalah jalan agar aku bisa menemuimu? Kalimat itu melintas dalam benaknya. Dia memeilih untuk menyerah. Dia lelah dan ingin menemui adiknya. Dia tenggelam!

 Beberapa menit setelah itu sebuah mobil silver keemasan menabrak tepi jembatan dan meluncur jatuh di tempat yang sama. Itu mobil Park Shi Hoo.

 

Kembali ke saat ini,

               IU berdiri di sisi kakaknya. Ji hyun sedang menjaga bibi Jung dan Ia butuh IU untuk membantunya sebentar saja.

“Kakak... aku merindukanmu”. IU sudah ingat kenapa dia bisa meninggal tapi dia masih tidak ingat mimpi apa yang ingin dia lakukan sampai harus susah payah menjadi scheduler seperti ini.

Ditatapnya punggung kakaknya itu dari belakang. Ini sangat menyiksa. Perasaan apa yang lebih menyiksa dari ini?

Kau bisa melihat orang yang kau sayangi tapi tidak bisa mengatakan apapun bahkan membuat mereka menyadari keberadaanmu saja tidak bisa.

“Sebentar yang kau maksud itu apa selamanya?”. Hyo joo mendesah sedih. IU kini mengerti kenapa dia harus menjadi scheduler Shi hoo. Karena kecelakaan Shi hoo-lah kakaknya yang tenggelam juga ikut ditemukan. Ternyata semuanya saling berkaitan. Shi hoo yang membuat kakaknya bisa ditemukan.

 

***

 

               Ji hyun keluar dari kamarnya, Bibi Jung sudah terlelap tidur. Tanpa arwah Hyo joo, dia sama sekali tidak hidup. Hanya seperti robot yang harus diisi ulang baterei-nya.

Terlihat Han kang sedang duduk menikmati senja di halaman. Ji hyun sedikit ragu untuk mendekat sampai Han kang tanpa sengaja melihatnya dan mengajaknya untuk duduk di dekatnya.

Ji hyun terlihat seperti seorang gadis remaja gendut berumur 17an di mata Han kang. Makanya Han kang terkesan nyaman karena dia merasa lebih tua.

“Apa bibi Jung sudah tidur?”. Tanya Han kang.

Ji hyun mengangguk masih agak-agak canggung. Hatinya berdebar-debar tidak karuan berada di dekat pria ini.

               “Kau sekolah dimana?”. Tanya Han kang ramah. “Di Kirin High School”. Jawab Ji hyun asal saja. Dia tidak bisa mengarang jawaban lain. Itu satu-satunya nama sekolah SMA yang Ia ingat karena muncul di serial TV. IU suka heboh dengan serial itu. Dia merasa mirip dengan salah satu pemainnya. Ckckc.. dasar IU, pikir Ji hyun saat itu. Tapi malah nama sekolah itu yang menolongnya sekarang. Han kang manggut-manggut walau sebenarnya juga tidak tahu dimana sekolah itu.

“Oh, ya.. aku belum tahu siapa namamu”. Ujar Han kang. Ji hyun tersenyum dan menjawab, “Ji hyun”. Han kang langsung melotot kaget. “Ji hyun?”. Tanyanya tidak percaya.

 “Iya, Ji hyun. Kenapa?”. Tanya Ji hyun heran.

 “Ah.. tidak apa-apa. Hanya sama dengan nama seseorang yang begitu spesial”.

               Han kang tersenyum dan meraih segelas teh di hadapannya , walau masih begitu heran. Gelang di tangannya terlihat oleh Ji hyun. Sekilas ada memori yang muncul menyergapnya. Sebuah taman, permainan sulap, anak-anak SMA,  berpelukan dengan seorang perempuan, piknik di taman dan sebuah pesta pertunangan. Ji hyun menggelengkan kepalanya bingung. Dia cepat-cepat berdiri dan berlari ke kamar. Han kang menatap heran.

“Anak remaja jaman sekarang banyak yang tidak sopan”. Sindirnya.

 

“Apa ini? dia... dia.. Han kang..kang-a? Kang-a?”. Ji hyun terduduk lemas di balik pintu. Ingatannya muncul kembali tapi semuanya tidak berurutan. Sangat acak dan malah semakin membuat bingung.

“Song Yi kyung? Song yi kyung... Siapa dia?”. Ji hyun menggeleng-gelengkan kepalanya mencoba mengingat lebih dalam. Sebentar, Ji hyun ingat. Dia wanita yang bersama Han kang di kuil. Wanita itu adalah teman dari klien IU. Dia Song yi kyung. Tapi, ada hubungan apa diantara mereka? kenapa wanita itu ikut muncul dalam kenangannya? Siapa dia? Ji hyun menarik nafasnya panjang. Siap atau tidak dia benar-benar ingin tahu. Hanya Han kang satu-satunya orang yang bisa membantunya mengorek masa lalunya. Ya, hanya Han kang!

 

***

 

               “Apa ini benar-benar harus kulakukan?”. Yi kyung mencoba terus berkelit dari ide Dong joo.

“Iya, ini satu-satunya jalan kau masuk ke keluarga Shi hoo dan membantunya mencari 2 hubungan lainnya itu”. ujar Dong joo. Shi hoo berjalan di belakang Yi kyung. Meragukan ide ini juga sebenarnya. Tapi sepupunya itu terlihat begitu yakin dan sejauh yang Shi hoo tahu. Dong joo tidak pernah berpikir bodoh. Dong joo membuka pintu perawatan Shi hoo. Ada pamannya yaitu ayah Shi hoo bersama dengan Ibu tiri Shi hoo, bibinya.

Mereka nampak terkejut melihat Dong joo muncul setelah sekian lama tidak bertemu. Yi kyung muncul di belakangnya dengan salah tingkah. Dia mencoba tersenyum senatural mungkin.

“Dong joo?”. Sapa Ayah Shi hoo nyaris tidak percaya.

“Nona Song?”. Ayah Shi hoo menatap Yi kyung sekarang. Dia masih mengingat wajahnya sejak pertemuan terakhir mereka.

               “Hi, paman...Aku datang bersama tunanganku. Song Yi Kyung”. Dong joo menoleh ke arah Yi kyung yang membungkuk dengan canggung.         

 

 

 

***

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
tasmirafkendra #1
Chapter 18: Anyway, I just finished with the last chapter, please update authornim. Why you stopped when you almost finished this story :(
tasmirafkendra #2
Chapter 10: I rewatched 49 days and tried my luck to search the fanfic, I found it, moreover it's in indonesian. I'm sooo excitedd. Authornim, I like the way you continue the story plot, I think you can be a movie script writer haha. Keep the good work on your other project ;D
FoundingTropas
#3
love to read more