If You Were Mine

49 Days FF

 

“Yi soo.... Aku harap ini kau...”

 

Yi kyung jatuh terdorong ke kotak kaca yang pecah karena aksi pencurian di galeri seni milik kakak Shi hoo. Ini berbahaya! Sebuah tangan secara mengejutkan menariknya dalam kegelapan dan mendekapnya erat. Lampu menyala kembali. Sekarang Yi kyung dapat melihat siapa yang menolongnya. Itu bukan Yi Soo seperti harapannya tapi, PARK SHI HOO. Dia yang menariknya tadi sebelum sempat jatuh menghempas serpihan kaca.

Shi hoo menatap begitu dekat, tajam dan penuh perasaan. Tangannya erat memegangi pinggang Yi kyung. Untuk sesaat rasanya atmosfer berubah. Untuk sesaat rasanya Yi kyung tidak tahu ada dimana. Dia hanya melihat Shi hoo. Si arwah tampan dan menyebalkan yang sudah mengikutinya selama lebih dari 2 minggu ini. Baik Shi hoo maupun Yi kyung merasa jantung mereka berdetak lebih cepat. Shi hoo bahkan sempat berpikir andai waktu dapat dihentikan.

“Ehemm....”. deheman IU mengakhiri pelukan erat shi hoo di pinggang Yi kyung. Dia dengan canggung melepasnya dan terlihat salah tingkah.

               Yi kyung hanya diam. Ikut kebingungan juga dengan sikapnya seharusnya. Dong joo berlari mendekat dengan khawatir.

 “Kau baik-baik saja?”. tanyanya. Yi kyung mengangguk, hatinya masih tidak karuan. Dong joo melirik Shi hoo dengan heran. Shi hoo juga terlihat salah tingkah. Apa yang baru saja terjadi di antara mereka? 

 

***

 

               “Kau tinggal denganku saja! Kau ini walau cuma arwah juga tetap saja laki-laki. Yi kyung pasti merasa tidak nyaman”. Ujar Dong joo pada Shi hoo begitu pesta selesai atau lebih tepatnya dibubarkan. Shi hoo melirik sewot dari kursi belakang, ingin sekali menolak tapi dia tidak tahu alasan yang tepat. Yi kyung yang duduk di kursi depan nampak cukup kaget juga dengan pemikiran Dong joo. Entah kenapa dia tidak rela. IU hanya diam sambil berkedap-kedip polos di sisi Shi hoo.

“Ini urusanku mau tinggal dengan siapa!”. Shi hoo mencoba berkelit dari nasehat dong joo yang sebenarnya sangat masuk akal.

Dong joo melirik Yi kyung, gadis di sisinya ini masih diam. Terlihat begitu resah. “Ya, ucapan Dong Joo benar. Mungkin lebih baik kau tinggal bersamanya”. Ujar Yi kyung memecah keheningan. Dia perlu menata kembali perasaannya. Dia masih tidak nyaman dengan perasaannya pada Shi hoo. Dia merasa berkhianat pada Yi soo.

***

 

               Ji hyun masuk ke dalam kamar dalam wujud gadis gendut keponakan Bibi Jung. Dia duduk di sisi Hyo joo yang telah keluar dari tubuh Bibi Jung yang tengah terlelap tidur.

 “Kau darimana?”. Tanya kliennya itu. Hyo joo terlihat cemas dan merasa bersalah karena sudah menyukai Han kang.

Ji hyun tersenyum melihat ekpresi kliennya.

“Kakak jangan memasang wajah seperti itu. Aku baik-baik saja kak”. jawab Ji hyun sambil menyentuh lengan Hyo joo.

“Aku tidak tahu jika dia adalah mantan pacarmu... maafkan aku...”. Hyo Joo benar-benar tidak enak.

Ji hyun tertawa lirih dan menatap kliennya itu dengan tenang.

“Aku bukan mantan pacarnya. Kami tidak pernah pacaran. Lagipula aku sudah tidak ada kesempatan untuk menyukainya. Jangan merasa tidak enak. Aku justru senang jika nanti kakak bangun dan bisa bersama dengan Han kang. orang yang baik seperti kakak pasti serasi dengan pria baik seperti Han Kang”.

“Ji hyun....”. Hyo joo menatap simpati. Dia tahu schedulernya itu sebenarnya sedih.

               “Aku menjalani hampir 2 tahun pekerjaan sebagai scheduler ini untuk memastikan hidup orang-orang yang kusayangi menjadi lebih baik. Mungkin kakak adalah orang yang tepat untuk Han kang dan aku hadir untuk membantu hal itu terjadi. Siapa yang tahu?”. Ji hyun tersenyum ikhlas.

Hyo joo terdiam dan menunduk sedih, dia ingat sebuah peraturan yang dulu dikatakan Ji hyun jika dia tidak akan mengingat apapun yang terjadi dalam 49hari ini setelah kembali sadar.

“Jika kakak takut tidak mengingatnya. Serahkan saja pada takdir. Aku yakin Tuhan memiliki rencana yang tidak terduga”. Seru Ji hyun seolah tahu apa yang dicemaskan kliennya. Hyo joo tersenyum dan memeluk schedulernya itu. Ji hyun sudah seperti adik kecilnya yang tidak mungkin kembali.

 

***

 

               “Terima kasih”. Yi kyung keluar dari mobil Dong joo dan berjalan pelan ke dalam hotel. Hatinya benar-benar resah. Dia tidak boleh seperti ini. Dia tidak boleh memiliki perasaan apapun pada Shi hoo. Saat Shi hoo nanti bangun dari komanya. Semua akan berakhir. Mereka akan menjadi orang asing. Dan menyimpan perasaan pada orang asing hanya akan melukai dirinya sendiri. Shi hoo tidak mengucapkan apapun melihat kepergian Yi kyung. Dia hanya diam. Nanti setelah semua selesai, setelah 49 hari berlalu. Apa mereka akan bertemu kembali? Apa dia akan mempercayai semua cerita Dong Joo maupun Yi kyung seandainya mereka memberitahunya? Kata-kata IU terngiang di benaknya. “Saat otak tidak dapat mengingat, hati akan mengenali”. Benarkah itu?

              

***

 

               “Kau tidur di sana dan kamarku di sini”. Dong Joo menunjuk ke sebuah kamar di seberang kamarnya. Dia berlalu dengan cuek ke dalam kamar. Shi hoo mendengus kesal. Sekarang akan jarang bertemu Yi kyung lagi. Kenapa jadi merindukannya? Shi hoo bergegas menuju kamarnya. Dia meraih pegangan pintunya dengan malas. Ups... Dia lupa jika tidak bisa menyentuh apapun. ah, sial sekali. Biasanya Yi kyung yang selalu membantunya. Mulai dari membuka pintu sampai memindahkan channel TV.

“Hei... bukakan pintunya! Aku tidak bisa menyentuh apapun”. Teriak Shi hoo pada Dong joo di dalam kamar. Sepupunya itu tertawa lirih mendengarnya. Dia juga lupa kalau shi hoo yang sekarang adalah arwah.

 

***

Hari ke 22, sisa waktu 27 hari lagi....

 

               Han kang tersenyum dan membantu menaikkan tas bibi Jung ke dalam bagasi taxi. Mereka baru saja tiba di Pulau Haemi.

“Hati-hati di jalan Bi”. Seru Han kang seraya melambaikan tangannya pada Bibi Jung di dalam taxi.

 Hyo joo/ Bibi Jung tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Han kang merasa senang melihat senyuman itu. Taxi berlalu perlahan meninggalkannya sendirian di pintu keluar bandara. Sedetik kemudian dia tersadar jika tangannya masih terus melambai-lambai dan bibirnya tak henti tersenyum pada Bibi Jung.

“Ah... apa yang kulakukan?”. Han kang menepuk tangannya sendiri dengan malu. Beberapa orang memandanginya dengan aneh. Ji hyun tersenyum di belakangnya.

 “Kang-a.... ‘hari itu’ yang dimaksud senior apakah hari kau akan bertemu dengan Kak Hyo joo?”. Gumam Ji hyun. Dia berjalan perlahan mengikuti Han kang. Terus berjalan mengikutinya tenang. Andai pria di hadapannya itu tahu jika dia ada di sini, bersamanya, di belakangnya.

 

***

 

               Yi kyung keluar dari kamarnya, menguap dengan begitu lebar, serta merenggangkan beberapa otot-ototnya.

“Selamat pagi!”. Ujarnya. Dia beranjak ke dapur dan mengambil sekotak jus kemudian meneguknya dengan mata masih setengah mengantuk. Baru pukul 7 pagi.

Dia merasa heran karena tidak ada sahutan sama sekali. Yi kyung baru sadar jika Shi hoo sudah tidak tinggal bersamanya lagi. Diletakkannya kotak jus itu dengan sedih. Ditatapnya gelang di tangannya. Sekarang dia sendirian.

 

***

 

               “Aku berangkat dulu!”. Dong joo menyapa Shi hoo yang sedang asyik nonton dvd di ruang tamu. “Ya”. Sahut Shi hoo cuek saja, asyik sekali dengan film yang Ia tonton. IU muncul di belakangnya dengan geleng-geleng kepala. “Paman!”. Teriak IU mengejutkan.

“Hyaaa... kenapa kau senang sekali membuatku jantungan, huh?!”. Shi hoo melotot sewot. IU duduk di sampingnya dengan kesal. Dia terlihat begitu serius.

“Ini hari ke 22! Kenapa malah santai-santai? 2 airmata lagi dan paman malah sibuk menonton TV?”. IU mengomeli kliennya itu.

“Hei, aku ini bagaimanapun juga lebih tua darimu! Jangan berteriak-teriak seperti ini di hadapanku!”. Shi hoo merengut kesal.

               IU mengatur nafasnya dan menenangkan diri.

“Waktu paman tidak banyak! Kita harus mulai mencari!”. Nasehat IU yang mulai tenang. Dong joo tiba-tiba berlari masuk kembali ke dalam rumah. Dia langsung menuju ke ruang kerjanya dan keluar dengan sebuah dokumen.  

“Aku pergi lagi!”. teriak Dong joo. Shi hoo cuma melirik sambil menggelengkan kepala.

 “Ternyata orang sepertinya bisa ceroboh juga? Ckckck...”. gumam Shi hoo. “PAMAN!!!!”. IU berteriak lagi merasa tidak digubris.

“HYAAAA.... ”. Shi hoo melonjak kaget untuk kedua kalinya. Dia melotot sambil mengusap-usap telinganya.

“Asshh... aku tau.. aku tau!”. Shi hoo menginggalkan IU dengan kesal. Matanya tak sengaja melihat pintu ruangan kerja Dong joo masih terbuka.

               Rasa penasaran Shi hoo membimbingnya masuk ke dalam. IU masih geleng-geleng kepala di belakangnya. Ternyata sia-sia saja memarahi kliennya itu. Jangankan didengarkan, digubris saja tidak.

“Wah, dia punya ruangan seperti ini?”. Shi hoo melangkah masuk dengan seenaknya. Ada banyak buku di ruangan ini.

 “Dokter Park Dong Joo.... hmm... namamu jadi terdengar keren”. Gumam Shi hoo. Dia duduk di kursi kerja Dong Joo dan menikmati sensasi putaran kursi empuk ini. “Ah... nyaman sekali!”.

“Paman...”. IU memanggil dengan lemas kali ini, terlihat sekali sudah menyerah. Dia berdiri di ujung pintu dengan putus asa.

“Wah apa ini?”. mata Shi hoo menangkap sesuatu. Sebuah foto SMA mereka di dalam laci yang sedikit terbuka. “Scheduler!”. Panggil Shi hoo. IU mendekat dengan malas. Matanya melirik ke benda yang ditunjuk Shi hoo.

“Ini?”. Mereka saling berpandangan.

 

***

 

               Yi kyung kembali fokus dengan tugas-tugasnya di hotel. Mulai dari mengantar tamu-tamu khusus sambil memperkenalkan fasilitas hotel bahkan tak jarang Ia ikut masuk ke dapur resturant dan mengobrol dengan para pegawainya. Yi kyung tidak sadar sama sekali jika dari tadi ada seseorang yang terus mengikuti kemanapun langkahnya pergi.

Ji hyun terus memandanginya dengan tersenyum. “Kakak...”. gumamnya di belakang Yi kyung yang sedang asyik belajar cara membuat pasta pada salah satu chef.

 “Bu manager cepat sekali belajar. Hohoho...”. puji Lee Shin Hoo si Chef termuda dan tertampan di hotel ini. Yi kyung tersenyum senang.

“Ini adalah makanan kesukaan adikku”. Ujarnya. JI hyun tersenyum di sampingnya.

“Hei, apa yang kau lakukan?!”. Teriak Yi soo yang tahu-tahu sudah muncul di belakang dengan mata melotot. Dia menggetok kepala Ji hyun seenaknya.

“Ah... senior! Klienku sedang tidak butuh bantuan. Jadi aku kemari. Lagipula apa kau tidak merindukan kakakku?”. Ji hyun mengusap-usap kepalanya dengan kesal. Yi soo hanya diam, sok innocent.

               Yi kyung melangkah keluar dengan sepiring pasta buatannya. pasta kesukaan Ji hyun. Ia duduk di dalam restaurant dan terlihat begitu bahagia mencium aroma pasta itu. Ji hyun dan Yi soo mengikuti dan berdiri di depannya.

“Apa yang kau pikirkan senior?”. Tanya Ji hyun iseng. Yi soo melirik cuek, dia tidak mau menurunkan wibawanya di depan juniornya ini.

“Memang apa yang seharusnya kupikirkan?”. Tanya Yi soo sok polos bercampur sewot. Ji hyun melirik gemas.

 “Ah... akui saja jika kakakku sangat cantik!”. Sindir Ji hyun. Yi soo hanya diam, terlihat salah tingkah. “Hahaha... mukamu merah senior!”. Ledek Ji hyun. “Ash... diamlah!!!!”. Teriak Yi soo sewot, dia tersenyum memandangi Yi kyung. Dia masih Song yi kyung-nya. Song yi kyung kesayangannya.

               IU dan Shi hoo melangkah masuk ke restaurant hotel Shin.

“Dia ada di sana, paman!”. Tunjuk IU pada sosok Yi kyung yang tengah makan siang. IU melirik heran, kenapa ada Ji hyun dan seniornya juga di sana? Shi hoo berjalan mendekati Yi kyung dengan senyuman tengil. Dia tidak melihat Yi soo maupun Ji hyun. Ada sebuah peraturan dimana seorang scheduler hanya bisa terlihat olah kliennya kecuali dia ingin menampakkan diri di depan arwah yang lain.

“Ah... sepertinya kau makan dengan sangat nikmat? Bahkan tidak merindukanku sama sekali?”. Shi hoo duduk dengan santai di hadapan Yi kyung.

 “Kau?”. Yi kyung sedikit terkejut dan celingukan mencari Dong joo. Shi hoo jadi  cemberut.

 “Aku datang sendirian. Apa kau mengharapkan aku datang dengannya?”. Dengus Shi hoo kesal. Yi kyung jadi tertawa.

 “Apa aku lucu? Menggemaskan? Hehe...”. goda Shi hoo. Yi kyung menutup mulutnya menahan tawa. Dia bisa dikira gila tertawa sendirian.

               Yi soo masih berdiri di sisi mereka bersama kedua Juniornya, IU dan Ji hyun. Yi kyung baru saja tertawa. Tawa yang sama dengan tawanya saat Yi soo masih hidup. Tawa yang tidak pernah Yi soo lihat sebelum kedatangan Shi hoo. Ia tersenyum, ya... Yi soo tersenyum melihat mereka berdua.

“Hei... kau makan seperti anak kecil! Hahaha...”. Goda Shi hoo sambil memasang mimik muka anak kecil. Yi kyung melotot gemas dan kembali tertawa.

“Sudah jangan goda aku terus! Aku bisa dibilang manager stress! huh”.

“Hahaha... manager stress katamu? Hahaha.. memang! Haha...”.

Ji hyun juga ikut tersenyum bersama seniornya. Ia senang melihat kakaknya terlihat bahagia. Cuma IU yang menatap bingung sendirian melihat senior dan sahabatnya cengar-cengir tidak jelas.

 

***

 

               Yi soo memainkan gitarnya dengan penuh perasaan. Dia termenung sendirian di sebuah tempat konser. IU dan Ji hyun memandanginya dari kursi penonton dalam keheningan. Yi soo mulai bernyanyi.

 (BECAUSE I MISS YOU ost HEARTSTRING)

 Suaranya mengalun merdu menyapa seisi ruangan konser yang kosong. Yi soo tersenyum terus dalam nyanyiannya.

Dia senang Song Yi Kyung-nya sudah menemukan seseorang yang dapat membuatnya tersenyum seperti dulu. Jangan menangis Yi kyung. Kau harus tersenyum mulai sekarang, gumam Yi soo dalam hati.

“Jadi Kak Yi kyung adalah kakakmu dan mantan pacar Senior kita?”. IU berbisik lirih pada Ji hyun.

Sahabatnya itu tersenyum, “Ya”.

 “Wah.. jadi sejak awal kita memang sudah benar-benar terkait dan ditakdirkan seperti ini?”. gumam IU.

“Ya, penulisnya sudah menggariskannya seperti ini”. jawab Ji hyun.

“Tapi apa kau tidak berpikir penulisnya benar-benar kejam? Aku harus mati sebelum meraih mimpiku. huftt”. IU manyun.

Ji hyun mengangguk-angguk setuju.

“Hmm... kurasa juga ini jahat. Tapi, aku yakin pasti ada alasan. Alasan kenapa aku menjadi scheduler dan alasan kenapa kita terdampar di tempat ini”. Ia bangkit dan menarik tangan IU ke Panggung tempat seniornya sedang bernyanyi.

“Kita mau apa?”. IU kebingungan.

“Mewujudkan mimpimu”. Jawab Ji hyun.

               “Kalian?”. Yi soo menghentikan lagunya dan menatap heran, tapi Ji hyun hanya tersenyum. Dia berlari kecil menuju sebuah piano di dekat Yi soo. Tangan lentiknya mulai memainkan nada-nada indah. IU bengong sendirian. Tidak ada alat musik lagi dan hanya tersisa microfon. Ji hyun memberi isyarat pada IU untuk mengambilnya saja. Musik mengalun lembut dari piano Ji hyun dan terdengar serasi dengan petikan gitar Yi soo. Nada sudah dimainkan. IU tersenyum dan memandang ke depan. Di imajinasinya ada begitu banyak penonton tengah bersorak menanti penampilan mereka. Ada kakaknya juga di sana. Duduk dengan bahagia di tengah penonton. Ia mendekatkan mic itu ke bibirnya dan mulai bernyanyi. Yi soo dan Ji hyun saling tersenyum melihat IU yang nampak sangat bahagia. Nanti setelah tugasnya berakhir, apa ada kesempatan seperti ini? IU teringat mimpinya. Mimpi yang membuatnya menjadi seorang scheduler. Dia mau bernyanyi di hadapan kakaknya dengan begitu banyak fans.

 

***

               “Ah... aku masih tidak nyaman tinggal di tempat Dong joo. Tidak ada yang bisa ku ajak ngobrol. Dia sibuk sekali”. Shi hoo merebahkan punggungnya di sofa Yi kyung.

“Apa kau hanya tinggal di rumah saja seharian lalu keluyuran tidak jelas seperti ini?”. Yi kyung duduk di hadapannya dengan heran.

 “Apa yang bisa kulakukan? Aku tidak terlihat, tidak terdengar, tidak dapat menyentuh apapun”. gumam Shi hoo. Yi kyung menatap simpati. Pria di hadapannya ini memang memerlukan seseorang untuk membantunya dan orang itu adalah dia.

“Kalau kau mau berbaikan dengan Dong joo. Aku akan mengijinkanmu tinggal di sini lagi”. Cetus Yi kyung tiba-tiba. Shi hoo sedikit terperanjat tapi kemudian dia merasa ini konyol.

“Itu mustahil! Aku bahkan terlalu canggung untuk berbicara padanya dengan baik-baik”. Sahut Shi hoo.

               “Tapi dia yang sudah menyelamatkanmu saat kau dikurung di gudang dulu”. Yi kyung menatap serius. Shi hoo melirik remeh.

 “Menyelamatkan apa? dia bahkan tidak muncul sama sekali. bilang saja kalau kau mau aku tinggal terus dengan Dong joo. Makanya kau memberikan syarat tidak masuk akal seperti ini”.

“Dia mengatakannya padaku. Dia yang memberitahu anak-anak kelas satu saat itu dan dia bahkan tidak memberitahumu jika Dia dikeluarkan dari sekolah. Bukan Pindah! Dia memukuli kakak-kakak kelasmu itu dan tidak mau memberitahukan alasannya. Dia menceritakannya padaku. Dia menyayangimu dan merasa bersalah padamu”. Penjelasan Yi kyung menyentak Shi hoo.

               Apa ini? Rahasia apalagi ini? Shi hoo tidak dapat mengatakan apapun. Dia teringat dengan foto SMA mereka di laci Dong Joo. Dia berdiri seketika dengan begitu terkejut. Pantas saja setelah hari itu wajah para senior yang memukulinya di gudang nampak babak belur. Dong joo menolak mengatakan alasannya memukuli mereka pada Kepala Sekolah. Karena itu dia dikeluarkan, tapi karena Ayahnya cukup berpengaruh maka kasus ini menjadi ‘off of record’. Kenyataan apalagi ini? Selama ini dia membenci orang yang sudah berkorban banyak untuknya. Dong joo adalah sepupu dan sahabat terbaik Shi hoo. Dia tahu bagaimana perasaan Shi hoo di dalam keluarga besar mereka. Dia adalah satu-satunya orang yang memandangnya sama.

 

***

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
tasmirafkendra #1
Chapter 18: Anyway, I just finished with the last chapter, please update authornim. Why you stopped when you almost finished this story :(
tasmirafkendra #2
Chapter 10: I rewatched 49 days and tried my luck to search the fanfic, I found it, moreover it's in indonesian. I'm sooo excitedd. Authornim, I like the way you continue the story plot, I think you can be a movie script writer haha. Keep the good work on your other project ;D
FoundingTropas
#3
love to read more