The first Tears

49 Days FF

 

 

               Min ah menggenggam tangannya yang bergetar karena takut. Yi kyung menatap simpati dan penasaran menantikan ceritanya. Pria yang berteriak-teriak dan menggedor pintu apartment itu telah pergi. Hanya mereka berdua sekarang di tempat ini.

“Siapa pria itu?”. tanya Yi kyung. Min ah menarik nafasnya untuk sejenak dan mulai bercerita.

“Aku akan mengatakan semuanya padamu karena kau adalah sepupu Shi hoo dan kuharap kau bisa menceritakan padanya saat dia bangun nanti”.

Yi kyung mulai menyimak.

               “Aku bertemu dengan shi hoo tahun lalu, di sebuah pesta di atas kapal pesiar”. Min ah tersenyum mengingat kembali masa lalunya.

 “Hari itu aku menabraknya karena mabuk laut. Aku memang ceroboh. Aku menumpahkan makanan yang Ia bawa. Dia awalnya ingin marah tapi melihat kondisiku. Dia malah berbalik memapahku dan memijat-mijat leherku”. Min ah tersenyum lagi. Matanya nampak berbinar saat menceritakan kejadian itu. Yi kyung masih mendengarkan.

 “Kami saling mengenal setelah itu. Aku sebenarnya tahu dia sejak lama sebelum kejadian itu dan aku melihat jika mungkin aku memiliki kesempatan. Saat itu aku benar-benar tidak memiliki pilihan lain. Benar, aku memanfaatkannya. Aku melihatnya sebagai sasaran yang empuk. Pria kaya yang kesepian. Aku menyelidikinya dan mulai memanfaatkanya. Tapi... aku mulai tersentuh dan aku merasa bingung melanjutkan keinginan awalku”. Min ah merubah ekpresi wajahnya menjadi lebih serius dan dingin.

               “Aku dililit hutang. Pria yang tadi datang kemari adalah penagih hutang. Aku mulai terdesak tapi tidak bisa mengatakan apapun pada Shi hoo. Pernah suatu hari, penagih hutang itu melihat kami bersama. Dia menghampiriku dan menarik tanganku. Shi hoo jelas saja menentangnya dan gara-gara itu dia dihajar hingga babak belur. Aku merasa bersalah. Besoknya dia malah memintaku datang ke sebuah restaurant tapi aku tidak pernah datang”.

               Yi kyung mulai paham. Dia menggeleng memikirkan kelakuan Shi hoo tiap kali datang ke restaurantnya. “Berarti kau tidak pernah menipunya? Tapi kenapa dia bilang kau meninggalkannya setelah menipunya?”. Tanya Yi kyung. Dia sudah mulai seperti detektive kalau begini caranya.

“Begitukah?”. Tanya Min ah santai saja. Dia malah tersenyum.

 “Aku mungkin memang sudah menipu cintanya. Aku menyerah karena aku tidak melihat masa depan dalam hubungan kami. Shi hoo bukan orang yang biasa bekerja keras. Dia hidup dari ayahnya yang kaya, sementara ayahnya tidak suka denganku. Jika kami terus berlanjut, ayahnya pasti tidak akan menerima kami. Shi hoo dan aku akan sendirian. aku tidak berani membayangkannya. Aku bukan orang yang hanya berpikiran tentang cinta. Ayahnya menemuiku dan memberikan sejumlah uang agar aku menghilang dari hidup shi hoo. Dia juga berjanji akan melunasi hutangku. Apa lagi yang lebih baik dari itu? Aku memilih jalan terbaik untuk kami. Setidaknya Shi hoo pantas mendapat wanita yang lebih baik dan tidak sepertiku”. Min ah meneteskan airmata tapi dia tersenyum.

               Yi kyung nampak terkejut, Min ah bukan orang jahat. Dia hanya seseorang yang tidak mengandalkan cinta. Dia berpikir realistis namun sayangnya  Shi hoo tidak berpikir sepertinya. Mungkin bagi shi hoo, wanita ini seperti sebuah cahaya di dalam hidupnya yang sepi dan saat cahaya itu ternyata palsu, shi hoo juga ikut menghilang.

               “Lalu kenapa pria itu masih datang mencarimu? Apa kau belum melunasinya?”.

“Dia pria brengsek. Dia ingin lebih. Aku sebenarnya sudah hidup tenang di kota lain tapi saat aku tahu shi hoo kecelakaan, aku tidak bisa tidur. Aku tidak tahu harus bertanya pada siapa tentangnya. Aku kembali dan merasa sangat bersalah. Kumohon katakan padanya jika aku benar-benar minta maaf... ak...ku.. sangat menyesal....”. Min ah menatap Yi kyung dan memegang tangannya begitu tulus. Ia menangis.

 

***

 

               Yi kyung berjalan ke lift, Ia sudah sampai di hotel dan ingin istirahat. Shi hoo sudah menunggu di depan kamar hotelnya. Dia termenung dan tidak tahu jika Yi kyung sudah tiba di hadapannya. Mereka bertatapan untuk sejenak, tidak ada yang ingin mereka katakan. Shi hoo masuk begitu Yi kyung membuka pintu. Mereka tidak saling bicara. Yi kyung sibuk dengan pikirannya tentang bagaimana cara memberitahu shi hoo. Sementara shi hoo masih terbayangi kejadian tadi.

 

***

 

               Yi soo berjalan dengan gaya cool sambil menatap 2 juniornya. Dia sudah bolak-balik seperti ini di depan Ji hyun dan IU hampir 3 kali. Pandangannya tetap sama, menyelidik.

“Kau Scheduler IU, benar-benar ingin tahu bagaimana masa lalumu?”. Tanya Yi soo tegas. Matanya memicing seperti elang mengincar mangsa. IU mengangguk agak takut-takut. Yi soo kini menatap Ji hyun.

 “Kau Scheduler Ji hyun, jika dia tahu tentang masa lalunya dan klienmu. Otomatis, 100 % PASTI akan mengganggu tugasmu. Kau siap?”. Tanya Yi soo penuh penekanan.

Ji hyun mengangguk. Yi soo manggut-manggut serius,

 “Baiklah... tapi ini tidak akan merubah apapun dan kau hanya akan menyiksa dirimu sendiri. apa kau sanggup scheduler IU?”. Tanya Yi soo. Ia menatap IU dekat-dekat. IU ingin menjawab iya tapi Ia juga begitu takut. Apa jangan-jangan dia pacar lesbiku? IU mulai berpikir aneh-aneh.

               “Bagaimana? Kau sanggup?”. Tanya Yi soo sedikit berteriak. IU menatap Ji hyun dengan bingung.

 “Apa keputusanmu?”. Yi soo bertanya untuk terakhir kalinya.

“Aku ingin tahu, senior. Aku benar-benar penasaran”. Ujar IU dengan sungguh-sungguh. Yi soo mengangguk dan tersenyum. Dia menepuk lengan IU dan berkata, “Ingatanmu akan dikembalikan sedikit demi sedikit setelah klienmu berhasil dengan misinya”. Yi soo tersenyum manis.

 

***

 

               “Kita sudah 1 jam di sini dan tidak ada yang datang. Sudahlah, sebaiknya kau kembali bekerja. Aku akan di sini dan mencari tahu 3 hubungan yang perlu kuperbaiki itu”. Shi hoo terus memaksa. Moodnya sedang tidak baik. Yi kyung hanya diam dan tidak mendengarkan. Terdengar derap langkah, pintu kamar shi hoo terbuka, seseorang yang sudah Yi kyung tunggu-tunggu akhirnya muncul. “Hi...”. sapa Yi kyung begitu Shin Min Ah berdiri di hadapannya dengan canggung. “Aku memikirkan kata-katamu kemarin. Mungkin sebaiknya aku tidak bersembunyi lagi”. ujar Min Ah. Yi kyung tersenyum. “Dokter bilang dia bisa mendengar hanya saja tidak akan ada respon balik. Katakan semua yang ingin kau katakan. Aku akan memberikan waktu untuk kalian”. Yi kyung beranjak meninggalkan ruangan itu dan menutup pintunya dengan cepat sebelum Shi hoo ikut kabur mengikutinya.

               Shi hoo terjebak di dalam dengan Min ah. Dia menatap gadis itu dengan sinis, tatapannya penuh kebencian. Gadis itu, Shin Min Ah duduk di sisi ranjangnya dengan wajah sedih. Tangannya menggapai tangan pucat dan lemas shi hoo. Shi hoo masih menatap tidak suka. Dia tidak suka tangannya dipegang-pegang oleh orang yang sudah mengkhianatinya.

“Apa kabarmu?”. Tanya Min ah sedih. Shi hoo tertawa kecil karena merasa ini konyol.

“Kau tidak lihat aku terbaring koma? Masih bertanya. konyol!”. Maki shi hoo. Min ah mengangkat tangan shi hoo ke pipinya dan dia menangis. Shi hoo kaget sendiri melihat adegan di depan matanya itu.

 “Dia? apa yang dia lakukan?”. Shi hoo mengamati wajah mantan pacarnya itu dan dia tidak menduga jika min ah akan menangis.

               Ini seperti sengatan ratu tawon raksasa bagi shi hoo. Hatinya tersentak dan tersentuh tapi juga tidak mengerti.

“Aku mohon jangan maafkan aku. Pasti ulahku juga kau jadi begini.. shi hoo.. bangunlah dan maki aku sesukamu.. aku akan menerimanya asal kau bangun. Harusnya aku tidak memulai ini denganmu. Aku harusnya tidak melibatkanmu dan membuat semuanya semakin sulit... aku.. aku... yang bodoh dan egois. Aku yang tidak percaya pada cintamu.. harusnya kau bangun dan caci aku... jangan maafkan aku...”. Min ah menangis makin keras. Shi hoo lemas seketika. Apa ini? pikirnya. Ia terduduk tak berdaya dan berusaha mencerna semuanya. Air mata itu jatuh bersamaan dengan tawanya. Airmata untuk penyesalannya dan tawa bodoh untuk penyesalannya juga.

               Yi kyung berdiri di sisi pintu masuk dengan 2 gelas teh di tangan. Dia mengintip lewat pintu yang sedikit terbuka. Yi kyung menatap datar kemudian menunduk.

 “Aku sedang benar-benar terdesak dan membutuhkan uang saat itu. Bertemu  denganmu seperti sebuah jalan untukku. Aku seperti merasa jika kau adalah seseorang yang bisa membantuku.. aku menyelidiki semua tentangmu dan menggodamu sedemikian rupa sampai akhirnya kita bersama. Makin lama, aku semakin tersentuh dengan cinta tulusmu yang aku pikir kekanak-kanakan saat itu. Tapi, Aku sadar jika di kehidupan ini, cinta tidak akan membuat apapun. maafkan aku yang tidak percaya pada cintamu dan lebih memilih menyelamatkan diriku sendiri dengan uang dari ayahmu.. aku hanya tidak mau kau terlibat dalam hidupku yang sudah kacau balau... shi hoo.. aku.. mohon bangunlah dan caci maki aku sesukamu”. Min ah menangis sesunggukan. Shi hoo termangu. Tangannya bergerak tanpa sadar ingin menyentuh rambut mantan kekasihnya itu.

               “Bangun dan hiduplah lebih baik... temukan gadis yang baik... ”. min ah mengusap airmatanya. Dilepasnya tangan Shi hoo. Ia berdiri dan mengusap pipi Shi hoo dengan lembut.

 “Walau kau mungkin tidak akan pernah tahu tapi saat bersamamu, aku benar mencintaimu... hanya saja saat itu cinta tidak akan cukup bagi kita”. Min ah tersenyum sedih. Dia berbalik dan menemukan Yi kyung berdiri di depan pintu dengan 2 gelas minuman di tangan. Yi kyung menatap canggung sementara Min ah malah tersenyum. Ia merasa lega. Yi kyung menoleh ke arah shi hoo yang termangu memandangi gadis di hadapannya itu. Dia dapat melihat jejak-jejak airmata di lesung pipinya. Apa shi hoo baru saja menangis , lagi?

 

***

 

 

               Ji hyun tersenyum menatap IU yang murung.

“Sudah jangan murung! Setidaknya kau bisa mencari tahu sendiri, ya walau ingatanmu belum kembali tapi rasa penasaranmu akan hilang?”. Hibur Ji hyun. IU menatap dan mengangguk polos, masih manyun.

Klien Ji hyun nampak berlari dari kejauhan, dia dengan riang menghampiri Ji hyun, melewati IU begitu saja.

“Kakak terlihat senang? apa semua lancar?”. tanya Ji hyun. Han hyo joo menggeleng tapi wajahnya bersemu merah.

“Aku bertemu seseorang hari ini. Dia sangat tampan dan benar-benar baikkkk.....”. hyo joo memberikan penekanan pada kata ‘baik’.

“Pria tampan?”. Tanya Ji hyun tidak paham.

“Iya, ah... Andai saja aku memakai tubuhku sendiri... apa aku bisa menemui pria itu lagi?”. desah Han hyo joo. IU terus memperhatikannya. Mencoba mengingat apapun itu tapi tidak bisa.

               “Dia bilang pria tampan? Berarti dia bukan lesbianku.. hiiii.. aku bodoh sekali berpikir seperti itu. gah.... dingdong... scheduler bodoh!”. IU menepuk jidatnya sendiri.

 “Siapa memangnya pria itu?”. tanya Ji hyun. Hyo joo menarik nafasnya dan terus tersenyum, “Han Kang! Dia kepala perencanaan yang baru di tempatku bekerja. Aku baru bertemu dengannya tadi tapi, aku suka caranya memarahi para pekerja itu. keren sekali....”. Hyo jo tidak berhenti bercerita.

Ji hyun manggut-manggut. “Han kang ya?”. Gumam Ji hyun. Dia jadi tertarik untuk main ke tempat kerja klien-nya ini. Angin tiba-tiba berhembus kencang, memainkan dedaunan di sekitar mereka dan menyisir kulit mereka yang sudah kedinginan tanpa perlu bantuan angin lagi.

 Hari makin sore, Hyo joo memegang ujung kedua telinganya dan berkata, “Dingin sekali”. Ji hyun tersenyum melihatnya dan alangkah terkejutnya Ji hyun saat melihat IU juga melakukan hal yang sama. Memegangi kedua ujung telinganya sambil menggigil.

               IU juga cukup kaget melihat kebiasaan mereka yang sama. Hyo joo melihat ke arah Ji hyun melihat. Tidak ada siapapun, padahal IU tengah berada di hadapannya dengan pose yang sama, masih memegangi ujung telinganya.

 

***

 

               Shi hoo menatap Min ah dengan penuh perasaan. Dia duduk di sisi Yi kyung. Mereka mengobrol di taman kecil rumah sakit.

“Aku harap dia akan lebih baik. Aku yakin orang baik sepertinya akan sembuh dengan cepat. Sampaikan padanya permintaan maafku. Dan, terima kasih, Yi kyung... aku mungkin akan dihantui rasa bersalah sepanjang hidupku... kalau tidak mendengarkanmu”.

 “Shi hoo pasti memaafkanmu. Aku yakin dia memaafkanmu. Dia sedang tersenyum dan membiarkan semuanya berlalu”. Yi kyung tersenyum sambil melirik ke arah shi hoo yang juga tersenyum.

“Aku akan kembali ke Cheongseon malam ini. Jaga dia baik-baik untukku”. Min ah memegang tangan Yi kyung. Mereka saling tersenyum.

“Aku akan mengatakan padanya tentang semuanya saat dia sadar”. Yi kyung memberikan pelukan perpisahan pada Min Ah. Shi hoo tersenyum di sisi mereka.

“Maafkan aku juga min ah....”. gumam Shi hoo. Gelang di tangan Yi kyung bersinar dan sedikit bergetar. Yi kyung yang masih memeluk Min ah menyadari itu. Dia melihat ke gelangnya bersama-sama Shi hoo. Satu bandul berisi airmata lenyap. Shi hoo melotot  begitu senang dan takjub.

 

***

 

              

IU berjalan sendirian menuju hotel. Sepanjang jalan IU terus berusaha mengenali klien Ji hyun tersebut. Ji hyun bahkan tidak boleh memberitahu siapa dia. Senior Yi soo sangat keterlaluan, bagaimana dia bisa melarang Ji hyun untuk memberitahunya. Cukup beritahu ada hubungan apa antara dia dengan wanita itu di masa lalu. Benar-benar tidak ada kesetia-per-scheduran. IU manyun. Dia berdiri di tepi jalan, berada di tengah-tengah manusia yang ingin menyebrang. Tiba-tiba bayangan seorang anak kecil melintas di dalam ingatannya saat Ia melihat seorang penjual kembang gula di seberang jalan. Anak kecil dalam ingatan IU itu memegang kembang gula yang sama. Seorang anak yang lebih besar tiba-tiba datang dan menggoda anak itu dengan mencubit dan memakan kembang gulanya. Anak itu berteriak, meminta kembang gulanya dikembalikan.

               Mereka berlarian di sekeliling rumah. Ingatan IU berpindah, ada sebuah kamar. Ada seorang gadis tidur di dalamnya dan Ia masuk ke kamar itu. IU yang nampak lebih muda beberapa tahun tersenyum jahil dan menarik selimut gadis yang tengah tertidur itu. Gadis itu adalah klien Ji hyun.

 “Kakak... bangunlah!hahaha...”. Teriak IU di telinga gadis tersebut.

“Hei... ini hari libur!”. Kakaknya menariknya balik selimutnya, tapi IU tidak menyerah. Dia masuk ke dalam selimut dan menggelitiki kakaknya. “Hei... hei.. geli! Hentikan! Hahaha...”. Tawa mereka berpendar dalam ingatan IU yang masih simpang siur.

 Scheduler manis itu menggelengkan kepalanya berulang kali, mencoba mengingat lagi apa yang terjadi. Kilasan demi kilasan kejadian muncul secara tidak beraturan dan membuat IU semakin limbung. Ia berpegangan pada tiang jalan. Lampu hijau untuk pejalan kaki menyala. Beberapa manusia di sekitar IU beranjak menyeberang. IU terus memegangi kepalanya.

Tawa itu... teriakan itu dan... tangisan itu memenuhi memorinya.

               Klien Ji hyun, gadis di dalam ingatannya itu tertawa bersamanya dengan riang. “Kakak akan mulai bekerja besok. Sekarang ayo kakak teraktir! Kau mau makan apa?”. Hyo joo merangkul IU dengan sangat bahagia dalam perjalanan mereka pulang.

 “Aku mau makan di tempat Bibi Mae!” IU tersenyum dan menunjuk ke sebuah kedai kecil di seberang SMAnya.

“Kalian datang?”. Sapa bibi pemilik kedai ramah begitu melihat Hyo joo dan IU memasuki tempatnya.

 “Iya, bibi... kakak diterima bekerja dan akan mulai mengajar besok”. IU tersenyum dan duduk di sisi kakaknya.

“Wah, itu bagus. Perlu dirayakan!”. Bibi Mae tersenyum dan membawa sepanci besar soup tulang sapi ke meja Hyo joo dan IU.

“Bibi? Ini terlalu mahal”. Ujar Hyo joo, dia merasa uangnya tidak cukup. Tapi bibi pemilik kedai itu malah tersenyum.

 “Akan bibi beri diskon separuh harga!”. Ujarnya membuat IU tersenyum riang dan bertepuk tangan. Hyo joo geleng-geleng melihat kelakuan adiknya itu. “Pelan-pelan!”. Hyo joo mengusap pipi IU yang belepotan. IU tersenyum polos sambil terus memakan supnya.

               Kembali ke saat ini, IU berdiri mematung di pinggir jalan. Matanya berkaca-kaca. Tubuhnya gemetaran. Lampu merah dan hijau sudah berganti hampir 5 kali dan Ia masih tidak bergerak.

“Kakak? Wanita itu kakakku?!”. IU bergumam sendirian. Airmatanya jatuh. Ingatannya hanya muncul sampai saat itu. Tidak terlihat apapun lagi. IU nampak seperti orang tersesat di tepi jalan. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan.

 “Lalu kenapa aku bisa meninggal?”. IU bertanya pada dirinya sendiri. Pandangannya berkunang-kunang dan jatuh pingsan.

 

***

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
tasmirafkendra #1
Chapter 18: Anyway, I just finished with the last chapter, please update authornim. Why you stopped when you almost finished this story :(
tasmirafkendra #2
Chapter 10: I rewatched 49 days and tried my luck to search the fanfic, I found it, moreover it's in indonesian. I'm sooo excitedd. Authornim, I like the way you continue the story plot, I think you can be a movie script writer haha. Keep the good work on your other project ;D
FoundingTropas
#3
love to read more