Sorry For Making This So Late

49 Days FF

 

 

               “Saat aku pikir ini adalah akhir, ternyata takdir baru saja dimulai dan saat aku mengira ini adalah sebuah permulaan, takdirku menuliskan sebuah akhir....”.

 

               IU terbangun dalam pelukan Yi Soo. Dia mengerjap-ngerjap pusing, mengumpulkan kesadarannya. Yi soo menatap tidak sabar antara cemas dan geram.

“Senior....”. IU terdengar lemah.

 “Sudah kubilang ini akan menyiksa dirimu sendiri! Kau belum siap menerima ingatanmu kembali!”. omel Yi soo. IU tidak merespon dan hanya melirik ke arah seniornya itu. Dia cemberut karena malah diomeli. Yi soo jadi merasa sedikit kasihan. Dia merubah ekpresinya jadi simpati tapi tetap terlihat jengkel.

“Baiklah... aku minta maaf”. Ia mulai melunak.

Perasaan manusiamu masih ada dan itu yang membuatmu lemah. Tadi kau pingsan di tepi jalan. Ckckck... baru aku tahu scheduler juga bisa pingsan. Ckckkck....”. Yi soo berdecak keheranan sambil membetulkan poninya.

 “Senior, tidak bisakah kau simpati sedikit? Aku baru tahu dia kakakku dan kau malah mengomel-ngomel”. IU manyun.

Yi soo tidak tega melihatnya. Ia menatap IU dan menjadi sedikit lembut. “Ini sudah aku katakan padamu. Kau hanya menyiksa dirimu sendiri”. Ujarnya.

“Senior, bisakah kau beritahu aku kenapa aku bisa meninggal? Dan kenapa kakakku terbaring koma? Apa ada hubungannya denganku?”. Tanya IU begitu penasaran. Yi soo melirik tidak percaya dan melipat tangannya lagi. Gaya sok-nya yang biasa kembali muncul.

“HYA! Kau ini? MAU PINGSAN LAGI?!”. Teriak Yi soo geram.

 

***

 

               “Kemana saja? kenapa baru muncul? Aku menekan tombol belasan kali tapi kau tetap tidak datang?!”. Shi hoo nampak begitu tidak sabaran menyambut IU tapi schedulernya itu hanya menatap lemas tidak bergairah.

“Hei, kau kenapa? Aku ada berita besar! Berita supeeerrrr....besar.... Hehe....”. Shi hoo bercerita dengan menggebu-gebu tapi respon IU tetap sama. Tidak tertarik! Shi hoo menarik tangan IU yang seperti orang linglung. IU menundukkan wajahnya. “Kau kenapa???”. Shi hoo menatap cemas. IU mengangkat wajahnya dan mulai menangis.

“Pa...maan...huhuhu...”. IU memeluk Shi hoo di tengah jalan. Shi hoo bingung sendiri. Dia melepaskan pelukan IU dengan segera.

“Hei... berpelukan dengan bocah di tengah jalan seperti ini. Orang bisa salah paham padaku!”. ujar Shi hoo. IU masih menangis, “Huhuhu... tapikan kita tidak terlihat..huhuhu... Pa...maaaan....”. IU memeluk Shi hoo sekali lagi dan Shi hoo membiarkannya kali ini.

 

               “Dia kakakku... orang yang aku temui itu adalah kakakku dan dia terbaring koma sepertimu...huhuhu”. IU tidak berhenti menangis. Shi hoo menepuk-nepuk punggungnya dengan canggung.

“Iya..iya...”. ujar Shi hoo. Dia tidak tahu cara menghibur yang benar.

 “PAMAN... Aku sedih..huhuhu...”.

 “Iya, aku tahu...”. Shi hoo memeluk IU kali ini dan terus menepuk-nepuk punggungnya. Masih dengan canggung.

 “Kau bisa ceritakan padaku apapun, aku kan klienmu”. Shi hoo tersenyum, jauh dari kesannya yang suka mengomel seperti biasanya. IU mengusap airmatanya.

 “Aku meminta seniorku untuk mengembalikan ingatanku dan sekarang aku mulai ingat sedikit-sedikit”. IU menyedot ingusnya untuk sejenak lalu lanjut bercerita. Shi hoo menjauh sejenak melihat itu, dia bergidik sedikit jijik.

               “Aku tidak tahu apa yang terjadi pada kakakku dan kenapa aku bisa meninggal. Kau harus berhasil paman! Jika kau berhasil, mungkin aku bisa mewujudkan mimpiku walau sekarang aku masih tidak tahu apa itu”. IU menatap penuh harap. Shi hoo mengangguk kemudian dia tersenyum. “Mendengar kau bicara soal berhasil. Aku jadi ingat jika belum memberitahumu tentang berita besar hari ini. hehe...”.

“Aku sudah tahu! Kau berhasil memperbaiki satu hubungan kan?”. Tebak IU biasa saja. Shi hoo jadi kaget. “Hei.. kau tahu darimana? Kan aku belum bilang?!”. Tanya Shi hoo keheranan.

 “Kau lupa? AKU SCHEDULER dan KAU KLIENKU PAMAN!”. Jawab IU. Shi hoo jadi kesal.

“Asshh... ini jadi tidak menarik! Dan kenapa PAMAN? Ka-kak! berapa kali aku harus mengajarimu?”. Teriak Shi hoo. IU tidak menggubris, “Sudah paman! Ayo kembali ke hotel. Kak Yi kyung pasti sudah menunggumu di depan pintu”. IU melangkah pergi meninggalkan Shi hoo.

“Hei... kau panggil dia kakak, kenapa aku paman? Hei....”. Shi hoo berteriak-teriak sendirian.

 

***

 

               Yi kyung keluar dari kamarnya dengan masih mengantuk. Ia merenggangkan badannya dan sesekali menguap lebar. Shi hoo tiba-tiba saja sudah muncul di depannya. Yi kyung sontak mundur karena kaget. Dia masih belum terbiasa tinggal bersama pria ini, ya  walau shi hoo memang cuma arwah tapi tetap saja dia pria.

“Hei... tidak bisakah kau tidak menakutiku terus?”. Pinta Yi kyung kesal. Shi hoo tersenyum, “Katamu sudah tidak takut?”. Godanya. Yi kyung menatap jutek, “Bagaimanapun juga kau laki-laki dan aku perempuan. Muncul di hadapanku seperti itu siapa yang tidak merasa takut?”. Omel Yi kyung. Shi hoo malah tertawa.

 “Walau tinggal bersama tapi kau tenang saja! aku tidak akan aneh-aneh. Sudah kubilang! Seleraku TINGGI nona song”. Ujar Shi hoo sambil berlalu dan duduk di sofa dengan polos. Yi kyung mendengus kesal. Dia berjalan menuju dapur dan membuat sepiring ommelete.

Shi hoo melirik ke arahnya. Yi kyung hanya melotot sewot, seolah mengatakan : “Jauhkan matamu dari segala hal yang aku lakukan!”. Ommlete telah selesai dibuat, Yi kyung duduk melangkahi Shi hoo begitu saja di ruang tamu. Mereka saling melirik tidak suka. Yi kyung makan dengan bersemangat seolah ingin membuat shi hoo tertarik tapi shi hoo hanya tertawa. Tidak akan berhasil, aku bahkan tidak dapat mencium baunya, Ujar shi hoo dalam hati. Yi kyung selesai makan dan kembali melewati shi hoo untuk menaruh piringnya di dapur. Dia berlalu dengan cuek. Sebuah pesan masuk ke handphone Shi Hoo, dari Si scheduler. Isinya :

 

 Paman, hari ini jangan memanggilku dulu. aku mau menenangkan diri di tempat yang jauh.

 

_Ur cute scheduler_

 

               Shi hoo geleng-geleng kepala membacanya. Dia ingat hari ini Yi kyung mengambil libur katanya ingin belanja dan jalan-jalan menikmati pulau Haemi. Shi hoo menoleh ke arah Yi kyung yang asyik membuat teh.

“Apa aku harus ikut dia? Ah... benar-benar konyol!”. Gumam Shi hoo.

 

               “Kau akan pergi ke rumah sakitkan?”. Tanya Yi kyung yang sudah rapi dan siap pergi jalan-jalan. “Iya”. Jawab Shi hoo jutek. Dia berjalan keluar dan membiarkan Yi kyung mengunci pintu. Mereka sampai di depan hotel, Yi kyung berjalan ke sisi kanan dan Shi hoo ke sisi kiri. Mereka berpisah tanpa mengucapkan bye-bye atau salam apapun. Shi hoo bolak-balik menoleh ke arah Yi kyung yang terlihat begitu senang tidak dia ikuti.

“Ah... dia bahkan tidak menoleh ke arahku”. desah Shi hoo. Yi kyung di sisi lain sebenarnya juga mencuri-curi pandang ke arah Shi hoo tapi selalu saat shi hoo sudah berbalik.

“Dia serius sekali dengan sisa 2 misinya. Berjalan-jalan sendirian sebenarnya tidak asyik juga”. Gumam Yi kyung. Ia terus berjalan ke halte bus.

               Shi hoo berdiri di tepi jalan. Tidak tahu akan melakukan apa. Di seberangnya ada Yi kyung yang tengah berdiri menanti bus. Yi kyung tidak menyadari keberadaan shi hoo yang terus mengamatinya. Bus tiba dan Yi kyung masuk ke dalamnya, menghilang dari pandangan Shi hoo.

 

***

 

               Ji hyun mengikuti Hyo joo masuk ke dalam sebuah gedung perkantoran tempat kliennya itu bekerja. Hyo joo bekerja di sini dari pagi sampai sore hari. Ia meminjam tubuh seorang wanita setengah baya dan itu membuatnya dipanggil bibi. Di sini dia bekerja sebagai salah satu bawahan Han kang. Mereka satu team perencanaan sebuah taman wisata bawah laut yang akan segera dibangun.

Ji hyun celingukan, Hyo joo masuk ke lift dan memberi isyarat Ji hyun untuk mengikutinya. Ji hyun akhirnya masuk, saat itulah Han kang yang baru datang ikut masuk. Dia berdiri di sisi Ji hyun dan Hyo joo.

“Selamat pagi Boss...”. sapa Hyo joo.

“Bibi Jung? Wah, rajin sekali sudah datang”. Balas Han Kang dengan ramah. Dia memanggil Jung karena Hyo joo memakai tubuh seseorang bernama Jung nana.

Ji hyun berjalan ke depan Han kang dan menatapnya lekat-lekat, Han kang juga menatapnya tapi tanpa respon apapun. Ji hyun semakin penasaran. Dia tahu ada sesuatu tentang pria ini.

 

***

 

               Shi hoo bersandar dengan malas di kursi sofa rumah sakit. Hari ini belum ada yang datang menjenguknya.

 “Apa memang sudah tidak ada yang perduli denganku?”. Shi hoo melirik jam di handphone-nya dan mendengus kesal. Sudah satu jam dia di sini. Yi kyung pasti sedang bersenang-senang.

 “Membosankan...”. gerutu  Shi hoo. Pintu kamarnya tiba-tiba terbuka, dokter datang bersama seorang suster. Mereka memeriksa kondisi Shi hoo. Shi hoo mengamati dan merasa sedikit aneh melihat tubuhnya dipegang-pegang seperti itu. Ia sudah benar-benar bosan tinggal di kamar sejak tadi. ini membuang waktu. 49harinya tinggal 39 hari lagi. Sebenarnya masih cukup lama menurut shi hoo. Dia merasa sedikit sombong setelah berhasil menghapus satu airmata.

               “Ah... lega sekali dapat keluar dari sana”. gumam Shi hoo yang berjalan keluar mengikuti dokter dan suster.

 “Kemana setelah ini?”. Shi hoo nampak kebingungan. Tiba-tiba saja nama Yi kyung terlintas di otaknya.

 “Sepertinya menarik. Hehe...”. Shi hoo tersenyum jahil.

 

***

 

               Yi kyung berjalan di tengah kerumunan orang. Ini hari libur, taman ini jadi begitu penuh dan ramai. Ia tersenyum dan menatap ke sekitar.

“Wah... indah sekali”. Ujarnya senang. Yi kyung mengeluarkan kamera-nya dan mulai memotret pemandangan-pemandangan di sekitarnya. Sebenarnya ini bukan jalan-jalan biasa. Ini jalan-jalan dinas. Yi kyung sengaja mengambil libur untuk mencari tahu tempat-tempat indah di pulau Haemi. Ini bagian dari rencana pengembangan program wisata hotel bagi turis-turis asing.

“Dia benar-benar ada di sini? Wah... ternyata handphone ini canggih juga”. Gumam Shi hoo sambil mengamati Yi kyung dari kejauhan. Yi kyung terus berjalan sambil berusaha memotret setiap hal yang dia anggap menarik. Ada penjual sosis bakar. Yi kyung yang suka sekali dengan sosis jadi tergoda. Dia berhenti dan membeli 5 tusuk sosis saus mayonese pedas. Woawh... melihatnya saja, Yi kyung sudah bisa merasakan lelehan mayonese itu di dalam mulutnya.

               Shi hoo nampak terkejut melihat Yi kyung memesan 5 tusuk sosis bakar sekaligus. “Wah, dia punya selera makan yang menakutkan”. Gumam Shi hoo. Ia berjalan mendekati Yi kyung yang asyik makan di pinggir jalan.

 “Kau rakus juga ya?”. Sapa Shi hoo yang muncul tiba-tiba. Terang saja Yi kyung jadi terkejut dan batuk-batuk karena tersedak. “Uhuk..hukk..uhuk...kau..kau... Uhuk...hukk...”. Yi kyung berusaha menelan makanannya dengan susah payah. Shi hoo menepuk-nepuk punggungnya dengan cemas.

“Ah... ceroboh sekali”. Ledek Shi hoo. Yi kyung mengambil air yang disodorkan oleh penjual sosis itu. Dia meminum airnya sampai habis lalu memelototi shi hoo. Ingin rasanya marah dan meneriakinya tapi ini tempat umum. Bisa-bisa dia yang dikira gila.

               Yi kyung hanya bisa diam dan menahan emosinya. Dia memakan lagi sosis-sosisnya dan tidak menggubris Shi hoo sedikitpun, setelah itu berlalu pergi. Shi hoo malah semakin senang menggodanya. Dia terus mengikuti Yi kyung dan mengomentari segala hal seperti biasa. Mulai dari kebiasaan buruk Yi kyung yang bukannya duduk dulu setelah makan tapi malah langsung jalan-jalan sampai hal-hal yang tidak perlu. Yi kyung berhenti di sebuah tempat di sudut taman yang cukup sepi dan dengan sinis melirik ke arah Shi hoo yang santai saja.

               “Kenapa terus mengikutiku? Apa tidak bisa memberikan satu hari saja kebebasan untukku?”. Ujar Yi kyung. Shi hoo menggeleng dengan polos.

 “Tidak bisa! Hmm.. tidak mau lebih tepatnya! Hehe...”. jawab Shi hoo. Yi kyung mendengus begitu kesal. Dia memalingkan mukanya dan berjalan lebih cepat meninggalkan Shi hoo.

 “Gadis menakutkan sepertinya siapa yang mau menjadikannya pacar? Benar-benar konyol!”. Ledek Shi hoo. Yi kyung menoleh sejenak dengan wajah jutek. Dia berjalan semakin cepat, tapi sial. Yi kyung tidak sengaja menabrak sepasang anak sekolah yang tengah berjalan dari arah lain.

               “Maafkan aku...”. Yi kyung buru-buru minta maaf dengan cukup malu. Anak perempuan yang Yi kyung tabrak tidak mempermasalahkan tapi kekasihnya nampak tidak suka dan menegur Yi kyung.

“Bibi, hati-hati kalau berjalan! kau tidak apa-apakan sayang?”. Anak laki-laki itu berlalu pergi bersama kekasihnya. Yi kyung terdiam memikirkan kebodohannya. 2 anak itu mengingatkannya pada dia dan Yi soo. Yi soo mungkin akan seperti anak laki-laki itu juga jika Yi kyung yang tertabrak. Rasanya masih sedih jika mengingat Yi soo lagi. Yi kyung menghentikan langkahnya. Dia bergumam pelan, “Yi soo... apa kau sudah bahagia sekarang?”. Shi hoo yang asyik menertawakannya dari tadi kini berubah menjadi heran. Tak jauh dari tempat mereka, di balik sebuah pohon. Yi soo tengah tersenyum dan memandang ke arah Yi kyung.

“Aku baik-baik saja... Song Yi Kyung..ku”. Yi soo menunduk sedih mengingat kata terakhirnya. Dia bukan miliknya lagi tapi Yi soo tidak bisa menghilangkan kata ‘ku’ tiap kali memanggil Song Yi Kyung.

 

***

               Yi kyung menaiki kapal wisata yang akan membawanya ke sebuah pulau kecil di tengah danau bersama beberapa wisatawan lainnya. Pulau itu juga salah satu obyek menarik di tempat ini. Shi hoo ikut naik dan berdiri di sisi Yi kyung yang asyik melihat pemandangan matahari tenggelam.

“Kau tidak terlihat seperti arwah yang dikejar-kejar waktu?”.  Yi kyung melirik  Shi hoo.

“Memang harus seperti apa agar aku terlihat diburu oleh waktu?”. Tanya Shi hoo cuek. Dia memandang ke garis matahari yang mulai menghilang ditelan waktu. Yi kyung tidak menjawab dan ikut menikmati pemandangan itu. Shi hoo tersenyum ke arahnya.

               Kapal sampai ke pulau wisata tujuan Yi kyung dan Shi hoo. Mereka turun bersama-sama. “Untung saja aku ikut. siapa yang tahu kau akan menginap?”. Ujar Shi hoo. “Memang siapa yang bilang aku akan menginap? Aku akan kembali nanti jam 7 malam. Sekarang masih jam setengah 6”. Sahut Yi kyung. Dia berjalan ke gerombolan orang di dekat jejeran toko souvenirs.

“Permisi, apa letak toko kue tradisional yang terkenal itu masih jauh dari sini?”. Tanya Yi kyung. Shi hoo melirik penasaran.

“Kue tradisional?”. Gumamnya. Seorang Paman nampak bercakap-cakap serius dengan Yi kyung. Paman itu kemudian berjalan bersama Yi kyung. Mengantarkannya ke tempat yang Yi kyung tuju.

               Mereka melewati sebuah jalan setapak kecil dimana pemandangan sekitarnya masih benar-benar asri dan alami. Langit mulai gelap karena matahari telah pergi. Jalanan semakin sempit dan sepi. 2 orang pria bertopeng tiba-tiba datang menghadang Yi kyung dan paman itu. Salah seorang dari mereka menodongkan pisau. Yi kyung begitu terkejut, begitu juga paman itu. Ia yang notabene berbadan lebih besar dari Yi kyung malah mengangkat tangannya ketakutan. Yi kyung mundur perlahan dengan waspada. Shi hoo mencoba memukul perampok-perampok itu tapi usahanya sia-sia saja. Paman itu menyerahkan dompet dan handphone-nya, sementara Yi kyung malah terus mencoba bertahan dan tetap penuh waspada.

               “Nona...  kau sudah bosan hidup? Serahkan benda-benda berhargamu cepat!”. teriak salah satu dari perampok itu. Dia maju dengan pisau di tangannya. Matanya melirik gelang milik Yi kyung yang nampak berbinar di redup malam.

 “Gelang itu sepertinya mahal! Serahkan juga!”. Ancam pria berpisau itu sambil terus maju menuju Yi kyung. Shi hoo begitu panik, dia cepat-cepat menekan tombol panggilan untuk IU.

“SCHEDULER.... INI BENAR-BENAR DARURAT!!!!”. Teriak shi hoo sambil terus menekan handphone-nya. Yi kyung terpojok, dia tahu gelang ini tidak mungkin dia serahkan. Ada jiwa Shi hoo di sini. Jiwa yang harus dia jaga. Perampok itu menarik tangan Yi kyung, mencoba mendapatkan gelang itu tapi Gadis di hadapannya ini begitu gigih melawan. Pisau di tangannya jadi ikut bergerak ke sana kemari dan krakk... Darah mulai mengalir deras. Yi kyung jatuh ke rerumputan. Gelang itu... gelang itu... raib dari tangannya. Shi hoo langsung berjongkok dan memeluknya. Begitu cemas dan ketakutan. “Yi kyung... yi kyung???”. Panggil shi hoo pada Yi kyung yang terbaring lemas. Darah terus mengalir dari lengannya yang robek. Seorang pria.. ya, seorang pria tiba-tiba muncul dan menghajar semua perampok itu. Dia... SONG YI SOO! Yi kyung dapat melihatnya samar-samar dari pelukan Shi hoo.

 

 

***

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
tasmirafkendra #1
Chapter 18: Anyway, I just finished with the last chapter, please update authornim. Why you stopped when you almost finished this story :(
tasmirafkendra #2
Chapter 10: I rewatched 49 days and tried my luck to search the fanfic, I found it, moreover it's in indonesian. I'm sooo excitedd. Authornim, I like the way you continue the story plot, I think you can be a movie script writer haha. Keep the good work on your other project ;D
FoundingTropas
#3
love to read more