When I fallen For You

49 Days FF

               Dong joo duduk di sisi Yi kyung yang merasa canggung dan bingung. Di hadapan mereka ada Ayah dan Ibu tiri Shi hoo.

“Ternyata Nona Song adalah tunangan Dong joo, sepupu Shi hoo. Wah... kebetulan yang menyenangkan...hhoho...”. Ayah Shi hoo tersenyum ramah. Ibu tirinya juga ikut tersenyum.

Sementara itu, Shi hoo melipat tangannya dengan kesal di sudut ruangan, entah kenapa dia malah merasa tidak senang.

“Jadi kalian sudah menjalin hubungan selama beberapa bulan ini?”. tanya Ayah shi hoo ramah. Yi kyung mengangguk dan tersenyum.

“Andai saja Shi hoo mengikuti jejakmu dengan tidak jatuh cinta pada sembarang wanita. Paman merasa iri dengan ayahmu”. Gurau ayah Shi hoo, membuat segaris senyum di bibir tipis Dong Joo. Shi hoo makin dongkol melihatnya.

***

 

               Hyo joo berjalan dengan gontai dan tetap tak tentu arah. IU mengikuti dari belakang. Dia menjentikkan jarinya dan membuat setiap lampu jalan yang dilewati kakaknya itu menyala satu persatu. Hyo joo tidak menyadari itu sama sekali. Perasaannya sama buruknya dengan saat pertama mendengar berita kematian adiknya. Han kang keluar dari HEAVEN. Dia berdiri beberapa meter dari tempat Hyo joo. Matanya menatap ke arah Hyo joo, seperti merasakan sesuatu. Ia kemudian berjalan ke arah Hyo joo yang terpaku karena tidak menduga pertemuan ini sama sekali. Han kang berjalan melewatinya dengan acuh. Dia tidak melihat apapun kecuali jalanan yang sepi. Ji hyun dalam wujud gadis gendut muncul dari belakang Han kang, mengikutinya karena penasaran. Ia cukup terkejut melihat Kliennya itu ada di depan HEAVEN. Ada IU di belakangnya. Ini bukan kebetulan. Pasti IU yang sudah membimbingnya kemari.

               “Kakak... kau darimana saja?”. tanya Ji hyun pada arwah Hyo joo. “Kau.. kau bisa melihatku??”. Hyo joo terdengar heran. Gadis gendut ini siapa? Kenapa dia mengenalinya dan bisa melihatnya? Ji hyun tersenyum,

“Ups... ini aku kak. Schedulermu. Ji hyun”. Tapi Hyo joo malah makin bingung. “Aku berubah menjadi manusia tapi dengan wujud orang lain”. Terang Ji hyun. Hyo joo mengangguk mengerti pada akhirnya. IU menatapnya dengan sedih. Dia tahu tugasnya sudah selesai. Hyo joo sudah kembali ke tangan Ji hyun dan itu artinya dia juga harus kembali pada Kliennya.

 

 

               Hyo joo duduk di sisi Bibi Jung yang tengah tertidur begitu pulas. Apa dia harus kembali menggunakan tubuhnya dan mencari airmata terakhir? Rasanya ini seperti sebuah pengkhianatan pada adiknya sendiri. Kenapa dia harus berjuang untuk hidup jika akan sendirian juga pada akhirnya. Ji hyun menutup pintu kamarnya dan mengajak IU berbicara di luar HEAVEN.

“Terima kasih, IU. Kau sudah membantuku”. Ucap Ji hyun. IU tersenyum menutupi kesedihannya.

“Harusnya aku yang berterima kasih karena kau membuatku berada di sisi kakakku lagi. Walau sesaat...”. Ji hyun tahu sahabatnya itu sedang sedih. Dia mengusap-usap pundaknya penuh simpati. IU menangis dan memeluk Ji hyun.

 “Kumohon... kumohon...bantu dia kembali hidup. Aku ingin kakakku kembali hidup dan tidak sedih lagi karena aku.. kumohon Ji hyun... huhuhu...”. Bibir IU bergetar, Ia memeluk Ji hyun begitu erat.  Airmatanya jatuh dengan deras. “Kakak....”. tangisnya tidak terbendung. Ji hyun mengangguk, airmatanya ikut jatuh tapi dia tersenyum. “Aku akan menjaga kakakmu dengan baik. Akan kupastikan dia berhasil”. Mereka saling berpelukan dengan sedih.

 

***

 

               Yi kyung masuk ke dalam mobil Dong Joo. Dokter ini terlihat ramah. Dia membantu Yi kyung memakai sabuk pengamannya. Yi kyung tersenyum, sedikit merasa malu. Dong joo tersenyum balik. Shi hoo merasa kesal melihat mereka dari bangku belakang.

“Apa kau yakin ini akan berhasil?”. Tanya Shi hoo lantang, membuat Dong joo maupun Yi kyung tersentak kaget. Dia merasa sedikit cemburu melihat mereka berdua.

 “Kenapa berteriak?!”. Bentak  Yi kyung geram. Shi hoo malah melipat tangannya dan memanyunkan bibirnya dengan cuek.

“Ekpresi apa itu? aku tidak percaya, aku baru saja melangkah jauh untuk membantu pria menyebalkan sepertimu”. Yi kyung melotot kesal. Shi hoo balik melotot, seperti anak kecil.

               Dong joo menggelengkan kepalanya tidak habis pikir.  Mereka berdua kekanak-kanakan.

“Kumohon, jangan seperti anak kecil!”. Sindir Dong Joo. Yi kyung langsung berbalik ke depan dan menunduk, merasa sedikit malu disindir seperti itu. Shi hoo mengalihkan pandangannya dengan cepat ke luar, tetap terlihat sok dan menyebalkan.

“Jadi rencana selanjutnya apa?”. tanya Yi kyung.

“Membuatmu menjadi bagian dari keluarga Kami”. Jawab Dong joo. Yi kyung melotot mendengarnya.

 “Maksudmu menikah?”. Teriaknya kaget. Shi hoo juga ikut melotot. Dong joo malah tertawa.

“Bukan! Haha...Hanya diperkenalkan seperti itu tidak akan membuat banyak perubahan. Kau harus sering bertemu, memahami dan terlibat dalam kehidupan orang-orang yang Shi hoo kenal”. Jelas Dong joo. Yi kyung nampak ragu. Ternyata membantu Shi hoo tidak semudah yang dia pikir. Ditatapnya gelang di tangannya. masih ada 2 airmata lagi.

“Berapa sisa waktu yang kita miliki?”. Tanya Dong joo. Shi hoo langsung menghitungnya, tapi sebelum dia berhasil menjawab Yi kyung sudah menyahut duluan.

“31 hari dan tinggal 30 hari setelah malam ini berlalu”. Jawab Yi kyung. Ternyata Yi kyung menghitungnya begitu jeli .

“Kau benar-benar memastikan jika aku akan berhenti mengganggumu setelah 49 hari”. Sindir  Shi hoo. Entah kenapa hatinya sakit.

 

***

 

               Bibi Jung keluar dari kamarnya dan turun ke lantai bawah HEAVEN. Masih sepi karena baru saja dibuka. Ji hyun yang sedang sarapan bersama dengan Han kang dan pamannya jadi was-was. Dia menghentikan makannya. Berharap yang turun adalah Hyo joo dalam tubuh bibi Jung. Semoga kliennya itu mempertimbangkan semua percakapan mereka kemarin. Bibi Jung memandang kosong ke arah mereka semua. Tapi kemudian dia tersenyum dan melangkah maju. Ah, lega sekali. Kliennya telah kembali. Ji hyun buru-buru menarik kursi di sisinya untuk Bibi Jung. Dia tersenyum senang.

“Bibi... ayo makan bersama!”. Panggil Ji hyun. Han kang ikut tersenyum dan mempersilahkan bibi Jung untuk ikut sarapan.

               “Aku senang, kakak sudah kembali!”. Bisik Ji hyun begitu kliennya itu duduk. Hyo joo dalam tubuh Bibi Jung tersenyum kecil. Ji hyun memakan pasta-nya kembali dengan lebih lahap kali ini. Tapi ada daun salam di piringnya. Ia jadi sedikit manyun dan menyingkirkannya. Han kang termangu melihat itu. Gadis gendut ini sama seperti Ji hyun. Tidak suka dengan daun itu. Namanya juga sama. Ini kebetulan yang terlalu aneh.

 

 

               Ji hyun tersenyum pada kliennya begitu mereka selesai makan dan duduk santai di halaman HEAVEN. “Aku bersyukur, kakak memilih untuk tidak menyerah”. Ujar Ji hyun. Hyo joo dalam bibi Jung tersenyum. Percakapan mereka semalam membuatnya tidak ingin menyerah.

“Apa benar, adikku akan kembali?”. Tanya Hyo joo.

“Iya, kak. Aku tidak bisa menjelaskan bagaimana detailnya karena aku juga tidak tahu. Tapi kupastikan, jika kakak tidak menyerah. Kakak akan bisa melihatnya lagi”. Yakin Ji hyun. Hyo joo/ bibi Jung mengangguk dan tersenyum lebih bersemangat.

“Hmm.. kak, apa kakak bisa menolongku?”. Tanya Ji hyun sedikit ragu. Ia terlihat tidak tenang. Hyo joo menatapnya cemas. “Ada apa?”. tanyanya.

“Bantu aku mencari tahu tentang sesuatu”. Jawab Ji hyun.

 

 

***

 

               Yi kyung masuk ke dalam kamarnya. Ia duduk di tepi ranjang dan menghela nafas untuk sejenak. Disentuhnya gelang di tangannya dengan penuh perasaan. Entah sedih, entah tidak sabar untuk segera melepasnya. 30 hari lagi dan 2 butir airmata. Jas mahal Shi hoo masih tergantung rapi di pintu lemarinya. Masih ada noda kacangnya, belum dia cuci. Yi kyung perlahan bangkit dan memegang jas itu. Dia tersenyum memikirkan awal pertemuan mereka, tapi juga merasa sangat sebal dengan kelakuan sok Shi hoo.

“Setelah 30 hari berlalu dan kau kembali ke tubuhmu. Apa kau akan mengenaliku?”. Gumam Yi kyung.

               Di ruang tamu, Shi hoo tengah termenung memikirkan sisa 30 harinya. Apa yang akan terjadi setelah dia kembali ke tubuhnya? Apa yang akan terjadi padanya dan semua orang-orang di sekitarnya. Dan Yi kyung... apa dia akan ingat 49 harinya ini? Wajah Yi kyung terbias di benaknya.

“Setelah 30 hari berlalu dan aku berhasil. Apa aku akan mengenalimu?”. Shi hoo tersenyum sedih dan menutup matanya.

 

***

 

               “Apa yang ingin kau bicarakan, Nona Song?”. Tanya Dong joo pada Yi kyung. Mereka minum kopi bersama di sebuah caffe. Hari ini Yi kyung sengaja datang sendirian tanpa Shi hoo.

“Sebaiknya panggil saja, Yi kyung. Usia kita tidak jauh berbeda”. Pinta Yi kyung seraya tersenyum. Dong joo mengangguk dan tersenyum.

“Ya, ini memang terlalu kaku”. Sahutnya.

“Aku ingin tahu sesuatu. Tentang kau dan Shi hoo. Apa yang sebenarnya terjadi di antara kalian? Selama ini aku hanya mendengar cerita versi Shi hoo dan aku tidak bisa mempercayainya seutuhnya. Ceritanya kadang terlalu berlebihan”. Ujar Yi kyung. Dong joo meneguk kopinya dengan santai. Dia tersenyum.

“Kau sepertinya sudah begitu mengerti seperti apa dia?”. goda Dong joo. Yi kyung jadi sedikit salah tingkah.

“Itu karena dia sudah 2 minggu lebih tinggal bersamaku”.

 

***

 

 

               “Kau sedang apa?”. tanya Bibi Jung pada Han kang yang sedang santai sambil membaca buku di dalam kantor. Dia masuk dan duduk di sisinya tanpa aba-aba, membuat Han kang cukup terkejut dan entah kenapa jadi salah tingkah. Ji hyun dengan wujud aslinya berdiri di belakang mereka dengan harap-harap cemas. Semoga kliennya itu berhasil.

“E, Bibi?”. Han kang jadi tergagap. Dia bergeser sedikit agar lebih nyaman. “Aku ingat belum mengucapkan terima kasih padamu. Beruntung aku bertemu denganmu di kota ini”. ujar Bibi Jung/ Hyo joo. Han kang menggeleng dan tersenyum malu.

 “Ini bukan hal yang besar bibi”. jawab Han kang. Dia menutup bukunya dengan canggung. Kenapa jadi berdebar-debar aneh seperti ini? sadarlah Han Kang!!! Han kang terus memperingatkan dirinya agar tidak bersikap aneh.

               “Ehm.. bibi.. dimana keponakan Bibi?”. Tanya Han kang berusaha mencairkan suasana.

“Ji hyun sedang jalan-jalan. Dia bilang dia ingin membeli sesuatu di dekat sini”. Han kang mengangguk, kembali memikirkan akan membahas apalagi.

“Aku tidak melihat ada wanita datang kemari?”. ujar Bibi Jung memecah kegelisahan Han kang. “Wanita?”. tanya Han kang heran.

“Iya, wanita. Kau pasti punya kekasih kan? Aku belum melihatnya”. Bibi Jung tersenyum.

“Ah... bibi...bisa saja. Aku tidak punya kekasih bi. Aku masih belum menemukan lagi seseorang yang bisa kucintai”. Jawab Han kang.

“lagi? Kau masih mencintai mantanmu? Lalu kenapa kau putuskan?”. Hyo joo menatap penasaran. Hatinya sedikit kecewa. Ternyata Han kang masih mencintai mantan pacarnya.

               “Dia hidup di tempat lain”. Han kang tersenyum kecil memikirkan Ji hyun.

“Luar negeri?”.

 “Dia sudah meninggal, bi”. Jawab Han kang. Hyo joo/ bibi Jung jadi salah tingkah dan merasa tidak enak sekarang.

“Maafkan bibi...”. ujarnya terlihat begitu bersalah. Han kang tertawa lirih dan tersenyum. “Sudah hampir 2 tahun. Aku baik-baik saja. Hanya saja terkadang merindukannya”. Mata Han kang berkaca-kaca. Airmatanya ingin jatuh mengingat Ji hyun.

               “Siapa namanya?”. Tanya Hyo Joo yang makin penasaran.

“Shin Ji hyun, sama seperti nama keponakan bibi”. Jawab Han kang. Disentuhnya gelang di tangannya. Ji hyun terus mengamati.

 “Dia periang, baik hati dan selalu memikirkan orang lain. Aku masih mengingatnya dengan jelas. Sudah 2 tahun dan rasanya masih seperti kemarin”. Han kang mengusap sebutir airmatanya yang jatuh tanpa terduga. Dia tertawa lirih menutupi kesedihannya. Matanya melirik ke sebuah foto di sudut ruangan. Foto Ji hyun.

Hyo joo/ bibi Jung terdiam. Shin Ji hyun... ya, nama kekasih Han kang yang sudah meninggal itu Shin Ji Hyun. Dan foto itu adalah  foto schedulernya.

Ji hyun gemetaran menahan tangis mengetahuinya. Dia menatap fotonya di sudut ruangan.

 Ingatannya kembali! Ya, ingatannya kembali! Cerita Han kang membuka sebagian ingatannya yang sebelumnya terkunci. Ini alasan kenapa dia selalu merasa nyaman di dekatnya. Ini alasan kenapa dia begitu penasaran dengan Han kang. Ji hyun merasa limbung, dia berlari keluar menahan tangisnya. Terus berlari dan menuruni anak tangga  HEAVEN. Sebuah tangan tiba-tiba menariknya.

Sesosok tubuh merengkuhnya dan berbisik lirih,

“Tenanglah... Jangan menangis!”. Yi soo memeluk Ji hyun seperti seorang kakak yang menenangkan adiknya. Seniornya telah kembali!

               “Senior... kau ?”. Ji hyun menatap Yi soo dengan sedih. Yi soo tersenyum hangat.

“Kau terlihat jelek kalau menangis!”. Godanya. Dia mengusap airmata Ji hyun dengan sayang.

“Akan kujelaskan semuanya nanti”. Janjinya.

 

 

***

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
tasmirafkendra #1
Chapter 18: Anyway, I just finished with the last chapter, please update authornim. Why you stopped when you almost finished this story :(
tasmirafkendra #2
Chapter 10: I rewatched 49 days and tried my luck to search the fanfic, I found it, moreover it's in indonesian. I'm sooo excitedd. Authornim, I like the way you continue the story plot, I think you can be a movie script writer haha. Keep the good work on your other project ;D
FoundingTropas
#3
love to read more