The Reason To Meet You Again

49 Days FF

               Yi kyung menuruni tangga dengan sedikit tergesa-gesa. Ayah dan ibunya sudah duduk di meja makan menantinya sejak 10 menit yang lalu. Pagi ini dia akan pergi ke pulau Haemi. Berada di sana selama sebulan ini sepertinya  akan cukup membuatnya merindukan orang-orang di sisinya ini. Ibunya sebenarnya kurang setuju jika Yi Kyung memutuskan untuk memulai karirnya di hotel mereka yang ada di Haemi tapi Ayahnya bilang ini adalah proses pendewasaan dan Yi kyung itu sangat hebat jadi mereka tidak perlu khawatir. Mereka orang tua yang telah lama hilang dari hidupnya. Tapi berada di sisi mereka seperti telah berada bersama mereka bertahun-tahun. Betapa beruntungnya Adiknya dulu. Yi kyung duduk di sisi Ayah dan Ibunya dengan tersenyum.

 

“Kenapa tergesa-gesa? Ibu kira pesawatnya baru akan berangkat 2 jam lagi?”. tanya Ibunya sambil menuangkan sop ke mangkuk Yi kyung.

 

“Ada yang ingin kulakukan bu”. Jawab Yi Kyung. Ayahnya tersenyum melihat wajah anak semata wayangnya itu. Anak yang tidak pernah bisa dia lupakan.

 

“Kau ingin ayah antar ke bandara?”.

Yi kyung menggeleng dan memegang tangan ayahnya. Ia tersenyum, “Aku tahu ayah sibuk pagi ini. tidak perlu mengantarku. Aku akan pulang seminggu sekali dan akan sering menelepon kalian. Jadi tidak perlu cemas”. Yi kung tersenyum juga pada Ibunya yang tetap saja tidak henti memasang wajah tidak rela.

 

“Jaga dirimu baik-baik di sana. Anak presdir tidak boleh terlalu lelah bekerja”. Nasehat ibunya disambut tawa kecil Yi Kyung. Ia senang rambutnya dibelai seperti ini. Benar-benar merasa bahagia memiliki mereka.

 

***

 

 

               “Ayah... Ibu.. aku berangkat! Jaga diri kalian baik-baik!”. Yi kyung melambaikan tangannya dari dalam taksi. Ayah dan ibunya melambai dari depan pintu gerbang. “Jangan lupa hubungi Ibu begitu sampai di sana!”. Teriak Ibunya. “Wah, sekarang kalian yang mulai mengucilkanku?”. Canda Ayahnya pura-pura cemburu. Ibunya tertawa, “Dia juga menyayangimu”. Mereka berdua tersenyum dan masuk ke dalam rumah begitu taksi benar-benar berlalu.

 

***

Pulau Haemi,

 

               Seorang pria keluar dari mobilnya dengan kacamata hitam menutupi matanya, rambutnya hitam sedikit jabrik dengan jas rancangan desaigner terkenal. Gayanya begitu percaya diri tapi juga terlihat menjengkelkan. Dia melangkah masuk ke dalam Hotel Milik keluarga Shin. Sejenak Ia mengedarkan tatapannya ke sekitar dengan remeh, lalu dengan gaya yang benar-benar keren, dia duduk di restaurant hotel. Jarinya terjentik ke atas dan dalam sekejap seorang pelayan datang menghampiri dengan buku menu di tangannya.

 

Pria itu membuka kacamatanya dengan tatapan jutek.

“Apa menu spesial untuk minggu ini?”. Tanyanya tanpa menghiraukan sodoran buku menu dari pelayan itu.

 

“Kami punya salad kacang almond”. Jawab pelayan itu begitu ramah tapi tetap tidak mengubah ekspresi di wajah pria sok keren itu.

 

“Hanya itu? ckckck... kalau yang paling mahal?”. Tanyanya tetap jutek.

 

“Steak daging hiu”. Jawab si pelayan terus berusaha ramah. Pria itu manggut-manggut. “Hiu? Bukannya hiu makan manusia? Menjijikkan! Berikan saja aku steak daging sapi dan salad yang kau bilang spesial itu!”. pria itu membuang mukanya begitu saja begitu selesai memesan.

 

Si pelayan kembali dengan wajah merah menahan kesal.

 

“ada apa?”. tanya Yi kyung penasaran. Ini hari pertamanya bekerja sebagai manager hotel.

“Hanya seorang tamu cerewet, bu manager”, jawab Hyena. Nama pelayan wanita itu. Yi Kyung melirik ke deretan meja di dalam restaurant. Pria itu duduk membelakanginya. Yi kyung tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas.

“Biar aku saja yang mengantarkan!”. Yi kyung tersenyum sambil mengambil alih baki berisi makanan dari Hyena yang hanya bisa bengong.

               “Kenapa begitu lama?”. Omel pria itu begitu Yi Kyung tiba di hadapannya. Pria itu menoleh pada Yi Kyung. Wajahnya terlihat jelas. Benar-benar tampan. Dia PARK SHI HOO.

“Maafkan kami tuan!”. Yi kyung meminta maaf demi etika sopan santun terhadap tamu. Pria itu memandanginya dari bawah sampai atas. Sedikit heran karena pakaian Yi Kyung dan gaya dandanannya tidak sama dengan pelayan yang tadi.

“Kau orang baru di sini?”. Tebaknya sok tahu. Yi kyung cukup terkejut. bagaimana pria ini bisa tahu? “Iya, aku pegawai baru di sini tuan”. jawab Yi Kyung. Dia tidak mau mengungkap posisinya sebagai anak pemilik Hotel ini. Shi Hoo tersenyum kecil, lebih ke arah meremehkan dan cuek.

 “Aku memang tahu segala hal”. Ujarnya memuji diri sendiri. Yi kyung merasa aneh, rasanya ingin sekali memukulkan nampan ke kepala pria ini.

               “Jika tidak ada lagi, saya permisi”. Ujar Yi Kyung. “Tunggu!”. Shi hoo memegangi tangannya. Sekilas seperti adegan di film-film. Yi kyung sampai terkejut. Semua anak buahnya sibuk mengintip dari tadi. Pria bernama Shi Hoo itu adalah pelanggan tetap di hotel mereka sejak 2 bulan lalu. Dia selalu datang dengan gaya sok dan sibuk mencela setiap hal. Walau begitu makanan yang dipesannya memang bukan makanan sembarangan. Dia selalu memesan makanan mewah dan menu spesial di tiap minggu.

 “Duduklah! Aku ingin kau temani aku makan”. Ujarnya sok memerintah. Yi kyung jelas saja menolak. “Maaf, Tuan ini tidak bisa”.

“Tidak bisa? Aku hanya minta kau duduk dan ikut mencoba makanan ini. porsinya terlalu banyak dan aku baru ingat aku benci kacang. Kau tahu ada banyak orang kelaparan di dunia ini. jadi bantu aku makan dan jangan sia-siakan makanan ini”. perintahnya cuek.

               “Kalau memang anda benci, dikembalikan juga tidak masalah. Karena belum tersentuh”. Ujar Yi Kyung. Shi hoo menggeleng “Aku sanggup membayarnya! Coba saja sedikit dan katakan rasanya”. Ia terus memaksa. Yi kyung sudah tidak tahan lagi. Dia menarik nafasnya berusaha tenang tapi ini keterlaluan. Pria ini sudah 2 bulan terus berkeliaran dan menganggu ketenangan di tempat ini. Walau dia pelanggan tapi kelakuannya sudah bisa dikategorikan orang kaya yang gila dan semaunya. Yi kyung tersenyum, tangannya perlahan menyentuh piring salad kacang almond itu. Shi hoo manggut-manggut puas melihat keinginannya dituruti tapi, Yi kyung tidak sebodoh itu. Piring berisi salad saus kacang almond itu Ia daratkan tepat di atas kepala Park Shi Hoo.

               “Mungkin dengan cara ini, kau bisa belajar menyukainya Tuan. Oh ya, segala yang sudah anda pesan tidak perlu di bayar. Jangan datang kembali, terima kasih! Hmm.. dan untuk biaya laundry baju anda. Silahkan hubungi pihak hotel”. Yi kyung menepuk-nepuk telapak tangannya seolah membersihkan debu. Dia berlalu dengan dingin disambut tepuk tangan riang dari anak buahnya. “Pengacau itu tidak akan kembali! Hore...”.

“Pria gila itu pasti kapok....hebat sekali!”.

“Aku ingin sekali melakukan itu dari dulu... yeee...”. Yi kyung tersenyum singkat lalu dengan berwibawa dia meminta semuanya kembali bekerja.

 

***

 

               Shi hoo tertawa konyol sambil membersihkan noda kacang di jas mahalnya. “Bagus sekali”. Ujarnya sambil masuk ke dalam mobil. Ekpresi jutek dan sok-nya seketika berubah saat ia duduk di depan stir. Dipandanginya pintu depan hotel Shin dengan penuh perasaan. Shi hoo menangis tiba-tiba. Airmatanya jatuh begitu deras. Digenggamnya stir mobilnya sambil berusaha menahan agar suara tangisannya tidak terdengar keluar. Ada sesuatu tentangnya dan tempat itu.

 

***

 

               “Biarkan aku bertemu dengan pelayan restaurant hotel itu!”. Shi Hoo terus mendesak resepsionis hotel untuk melakukan perintahnya.

“Maaf tuan tapi, Nona itu pesan jika Tuan datang, cukup beritahu berapa biaya laundry dan kami akan menggantinya”.

“dia takut bertemu denganku lagi? hmm.. baiklah. Berikan ini padanya dan beritahu aku berapa biaya laundry-nya. aku akan menggantinya”. Shi Hoo menaruh jas mahalnya yang terkena noda kacang di atas meja resepsionis. Dia memakai kacamatanya dan berlalu pergi.

Yi kyung keluar dari dalam lift. Dia baru selesai rapat tentang peningkatan fasilitas hotel. Sebulan ini konsentrasinya harus benar-benar Ia fokuskan untuk hotel ini.

               “Bu manager... Maaf, tadi pria yang ibu bilang datang. Dia memberikan ini”. yi kyung cukup terkejut mendapati jas pria itu di tangan resepsionis hotel. Dia makin terkejut saat si resepsionis memberitahukan tuntutan Shi hoo. “Kekanak-kanakan sekali”. Yi kyung menggeleng. “Apa dia baru saja pergi?”. “Baru saja. belum 5 menit”. Yi kyung mengangguk serius. Memang dia pikir dia orang paling kaya yang bisa berlagak seenaknya seperti ini. lalu dia pikir dia siapa, sampai mengira Yi kyung takut bertemu dengannya. Yi kyung berlari keluar hotel. Seperti dugaannya. Pria sok itu baru saja masuk ke dalam mobilnya. Yi kyung berusaha mengejar dan memanggilnya. Tapi siapa juga yang akan menoleh jika dipanggil “Hei, kau... berhenti!!!”. Mereka saling tidak tertarik untuk mengetahui nama masing-masing.

               Yi kyung masuk ke dalam taksi yang baru saja menurunkan penumpang di depan hotel. Ia meminta si sopir untuk mengikuti mobil Shi hoo. Sebuah mobil keren berwarna silver keemasan.

Shi hoo menyetir dengan kecepatan tinggi. Musik mengalun kencang dari dalam mobilnya. Pria ini sepertinya memang bermasalah. Ia masuk ke dalam jalan tol. Diinjaknya gas dengan tatapan tajam. Airmatanya tiba-tiba terjatuh lagi. Shi hoo memejamkan matanya, digenggamnya stir kuat-kuat. Yi kyung cukup kewalahan mengikutinya. Ia juga merasa aneh dengan cara menyetir Shi hoo. Mobil shi hoo terus melaju semakin kencang di ujung tikungan di sisi jembatan layang. Shi hoo membuka matanya dan tepi jembatan hanya berjarak beberapa meter. Dia belum berani mengakhiri semua ini. Shi hoo menginjak rem-nya dengan tergesa-gesa. Dia memutar stir-nya ke kiri tapi rodanya selip dan mobil itu malah berputar-putar tak tentu arah di tengah jalan. Taksi yang dinaiki Yi kyung mengerem lajunya mendadak. Beberapa mobil di belakang mereka juga ikut berhenti. Mobil shi hoo melaju bebas ke tiang pembatas jembatan dan jatuh terlempar menembus tepinya.

               Yi kyung menutup mulutnya begitu shock menyaksikan kejadian itu. semua orang langsung turun dari kendaraannya. Mobil silver keemasan itu meluncur jatuh ke dalam air dan menimbulkan suara detuman yang cukup besar. Siapapun di dalamnya pasti tidak akan selamat. Yi kyung ikut turun bersama yang lainnya dan menengok dari atas ke bawah jembatan. Pria itu... apa dia sudah mati? Yi kyung terduduk lemas sambil memegangi jas pria itu di tangannya.

 

***

 

               Shi hoo tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Dia merangkak ke tepian dengan susah payah. Beberapa orang nampak berkerumun di bawah jembatan. Mobilnya di derek keluar dari dalam air. Shi melipat tangannya melihat ekpresi orang-orang di sekitarnya. “Apa yang kalian lihat?”. Shi hoo mengomel sendirian. sesekali ia dengar percakapan orang tentang betapa sayangnya melihat mobil sebagus itu jatuh ke dalam air. Beberapa lagi seperti memakinya, lalu sisanya hanya mengelus dada sambil menggeleng-geleng prihatin.

“Orang-orang ini, apa mereka pikir aku tidak bisa membeli lagi mobil seperti itu? ckckck...”. Shi hoo duduk dan mengibas-ngibaskan rambutnya yang basah. Seorang gadis cantik berusia belasan tahun duduk di sisinya dengan wajah ramah. Dia memberikan shi hoo sebuah handuk kecil.

               “Apa kau sedang bersimpati atau memang terpesona denganku?”. Tanya Shi hoo sok tahu dan sok pede seperti biasanya. Tapi Gadis cantik itu hanya tersenyum lalu bangkit dan pergi. Shi hoo cukup merasa heran, tapi fokusnya beralih seketika ke Yi Kyung yang datang menyibak gerombolan orang-orang dengan jas miliknya di tangannya. Shi hoo tersenyum remeh dan berlari menghampiri Yi Kyung. “Hei, kau! Jas itu laundry-lah sendiri lalu minta biayanya padaku!”. ujar Shi Hoo jutek. Tapi, Yi Kyung tidak menghiraukannya. Shi hoo mendengus kesal, “Kau pura-pura tuli? Apa yang kau lihat sebenarnya?”. Shi hoo membalikkan badannya ke tepi sungai, tempat dimana semua mata mengarah saat ini.

               Apa itu? Sebuah kapal motor baru saja berlabuh. Ada 3 orang di atasnya. Dan pria yang diapit di tengah kedua orang itu adalah dia? kepalanya berdarah dan dia tidak sadarkan diri. Apa yang sebenarnya terjadi? Shi hoo mundur perlahan dengan gemetar. Dia berteriak pada semua orang tapi tidak ada yang mendengarnya. Yi kyung gemetar, Ia ingat bayangan Yi soo tiba-tiba. Yi kyung berlari keluar dari kerumunan, masih dengan jas pria itu di tangannya. Dia masuk ke dalam taksi yang tadi ditumpanginya. Shi hoo yang ketakutan melihat tubuhnya sendiri, berlari mengikuti Yi Kyung. Dia terus memanggil Yi kyung tapi itu sia-sia. Yi kyung menutup pintu taksinya dengan cepat dan meminta si sopir untuk segera berlalu. Si sopir yang tidak tahu apa-apa tapi merasa cukup aneh karena tadi mereka mengikuti mobil yang jatuh ke dalam sungai itu, akhirnya hanya bisa diam menuruti perintah Yi kyung. Shi hoo terdampar tak bisa masuk ke dalam taksi karena Yi kyung buru-buru menutupnya. Ia tidak bisa menyentuh apapun.

Shi hoo termangu sendirian. Ambulan datang dan segera membawa pergi tubuhnya yang kritis. Shi hoo tidak berani melihatnya. Dia mencari-cari gadis yang tadi memberikannya handuk tapi, gadis itu seperti menghilang. Shi hoo tidak tahu akan kemana. Dia melihat sopir mobil derek siap membawa mobilnya pergi. Tanpa pikir panjang Shi hoo segera naik ke kursi di sisi sopir yang kosong. Dia masih termangu memikirkan apa yang terjadi.

“Aku...apa aku sudah mati?”.

               Shi hoo keluar dari dalam mobil begitu mereka tiba di sebuah bengkel. Shi hoo berjalan tak tentu arah di jalanan Pulau Haemi yang masih bebas polusi. Ia melihat ke langit, matahari masih bersinar terang. Ditatapnya kulitnya. Dia bisa melihat matahari menyinari kulitnya. Dia belum mati. Shi hoo terus berjalan di jalanan pulau yang tidak seberapa luas ini. Dia melihat ke seberang. Itu Hotel Shin! Sebuah Taksi berhenti di depan hotel itu. Yi Kyung turun dengan wajah pucat. Shi hoo spontan ingin mengejarnya tapi, tiba-tiba seorang gadis cantik yang tadi memberikannya handuk muncul. Gadis itu tersenyum.

               “Kau mau kemana?”. Tanyanya membuat Shi hoo kaget. “Kau?”. shi hoo mundur kebingungan campur takut.

“Ia, aku. The scheduler!”. “Apa maksudnya?”. Shi hoo tidak paham. Gadis itu menggeleng dan memberikan kartu namanya.

“Aku IU, si Scheduler! Dan kau adalah klienku. Selamat datang di dunia yang baru!”. Gadis cantik itu tersenyum begitu manis.

Park Shi Hoo menatap kartu nama di tangannya dengan heran.

“Apa aku sudah meninggal?”.

 

 

***

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
tasmirafkendra #1
Chapter 18: Anyway, I just finished with the last chapter, please update authornim. Why you stopped when you almost finished this story :(
tasmirafkendra #2
Chapter 10: I rewatched 49 days and tried my luck to search the fanfic, I found it, moreover it's in indonesian. I'm sooo excitedd. Authornim, I like the way you continue the story plot, I think you can be a movie script writer haha. Keep the good work on your other project ;D
FoundingTropas
#3
love to read more