18 – A TRAP

I WILL PROTECT YOU

Shaendy’s POV

Aku meletakkan kain kompres yang sudah kubilas air bersih keatas dahi lelaki yang tengah berbaring ditempat tidurku. Aku menatapnya kosong, bingung, apa yang sebenarnya dia lakukan semalaman. Apa dia menungguku? Terdengar suara ketukan dari arah pintu utama, aku beranjak meninggalkan Woohyun yang tertidur pulas setelah kuberi obat tadi. Kubuka pintu dan kutemukan seorang bibi yang tak aku kenali, “Ah.. annyeong haseyo Agassi.. Semalam ada seorang pemuda berbaju hitam menunggu disini hingga kehujanan. Aku pikir dia ingin berbuat buruk padamu, aku hanya ingin memperingatkanmu untuk lebih berhati-hati.” Ujar bibi didepanku. Aku hanya mampu berucap terima kasih padanya.

Begitu bibi itu pergi aku berjalan kearah kamar dimana Woohyun terbaring, “Jadi kau menunggu semalaman dan kehujanan pula?” tanyaku pelan. Yang tentu tidak mendapat jawaban darinya. Dia masih tidur dengan nyenyak. Aku menatapnya lalu meninggalkannya, menuju kearah dapur, memasak apapun yang bisa kumasak hari ini.

***

Kris’s POV

Aku mengaduk-aduk Americano yang tersedia dimeja kerjaku. Seseorang tanpa mengetuk sudah masuk dan berdiri didepanku. Aku meletakkan cangkir yang kupegang, menatapnya. “Kenapa?” tanyaku. Perempuan itu tersenyum lalu meletakkan sebuah foto dihadapanku. “Tentunya kau tak mau foto ini menyebar kan Duizhang?” tanyanya.

tumblr_mkdttkWZ6T1qi6a5to1_500.gif

Keningku mengernyit, lalu aku melemparkan sebuah senyuman. “Bagaimana kau bisa mendapatkan foto ini? Sedangkan yang tau dimana dia hanyalah aku.” Tanyaku dingin. Dia duduk tanpa kupersilahkan, “Well membayar mahal untuk membungkam bibi yang biasa mengurus flatmu itu, yah cukuplah bisa kuandalkan sebagai mata-mata.” Katanya.

Aku menepuk tanganku beberapa kali, “Hebat sekali. Jadi apa penawaranmu?” tanyaku akhirnya tanpa berbasa-basi. Dia bangkit kemudian menghampiriku sambil tersenyum. Tangannya menyentuh pundakku, lalu bibirnya mendekat ketelingaku, membisiku sesuatu. “Well, tidak masalah jika begitu. Hanya itu?” tanyaku. Tak ada jawaban selain senyumnya dan gerakan tangannya yang mencengkeram bahuku. I have no choice, once again.

***

Shaendy’s POV

tumblr_mtja8ppiTA1qegcl7o1_500.jpg

Aku meletakkan muffin coklat beserta susu hangat dimeja samping tempat tidurku. Menyentuh dahi Woohyun dan merasakan kain kompres yang sudah mengering. Aku mengecek kembali suhu badannya, “Hummm demamnya sudah turun.” Ujarku pelan lebih kepada diriku sendiri. Jujur aku khawatir saat mengetahui tubuhnya demam tinggi. “Aish… airnya sudah kotor.” Kataku sedikit kesal karena menyadari air yang ada tidak bisa kugunakan. Aku beranjak berdiri sampai tanganku diraih oleh Woohyun. Aku menatap tubuh yang masih terbaring itu. Matanya tetap terpejam, tapi tangannya kuat-kuat menahan tanganku.

“Woohyun-ssi?” panggilku pelan. Tidak ada reaksi. Aku duduk kembali dan meletakkan baskom berisi air kompres yang kotor. “Woohyun-ssi??” panggilku sekali lagi, sedikit lebih keras. Dia masih tidak bergerak. Kuguncangkan tubuhnya pelan, “Woohyun-ssi? Sudah bangun?” tanyaku. Masih tidak ada jawaban. Perlahan kulepas cengeramannya dipergelangan tanganku.

Aku mencoba beranjak meninggalkannya, namun lagi-lagi tangannya menahanku. “Ish…. Kalau kau sudah sadar maka bukalah matamu, atau perlu kusiram air?” sergahku. Dia melepaskan tangannya, “Mianhaeyo.” Ujarnya. Matanya masih tertutup, tapi aku melihat air matak keluar sedikit dari ujung matanya, dia menangis? Batinku. Aku meletakkan kembali baskom yang kupegang. Kuambil posisi duduk menggunakan kursi disebelah tempat tidurku.

“Waeyo?” tanyaku. Aku benar-benar khawatir kali ini. Dia bergeming, masih menolak membuka matanya. Perlahan tanganku terjulur menyentuh dahinya, lalu kearah pipinya, tangannya menangkap tanganku saat tanganku bergerak turun. “Mianhaeyo.” Ujarnya lagi. Perlahan matanya terbuka. Warna matanya yang memerah menunjukkan seperti antara orang demam atau baru menangis.

“Kenapa menangis?” tanyaku. Dia menatapku nanar, “Maaf membuatmu bingung. Aku sendiri bingung harus berbuat apa. Mianhaeyo.” Ujarnya. Aku menghela nafasku berusaha mencerna kearah mana pembicaraannya. “Kalau begitu pertahankan aku. Pertahankan aku jika memang itu yang ingin kau lakukan. Jangan ingin bertahan tapi kemudian malah melepaskan.” Ujarku. Dia menatapku, menggenggam tanganku makin erat. “Aku hanya ingin membuatmu bahagia, sulitkah?” tanyanya. Aku terdiam.

“Aku juga ingin bahagia.” Balasku. Perlahan dia mencoba bangkit dan duduk, aku membantunya meletakkan bantal untuknya bersandar. Kujulurkan susu hangat padanya, dia meneguknya hingga setengah, menolak menghabiskan. “Sudah lebih baik?” tanyaku. Dia mengangguk. Aku meletakkan gelas, dan menatapnya kembali. Dia mengawasiku dengan tatapan yang sulit dijelaskan. “Aku ingin mempertahankanmu.” Katanya. Aku tersenyum, “Lakukan jika demikian.” Jawabku.

***

Kris’s POV

Lenganku digenggam kuat oleh Jessica disebelahku, hari ini adalah peluncuran clothing-line atas namanya sendiri, membuktikan bahwa dia punya bakat dibidang desain. Aku melempar senyum kepada media yang hadir, begitu pula dengan Jessica yang terlihat sumringah. “Akting lebih baik lagi Wu Yifan, mereka taunya kita masih baik-baik saja, kan?” ujarnya berbisik ditelingaku sambil tetap mengembangkan senyumnya. Aku meliriknya lalu perlahan tanganku meraih pinggangnya, merapatkan tubuhnya ketubuhku. Tepat saat seseorang menatapku dari antrian karpet merah.

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
riezaimar #1
Chapter 28: bayangin kris pake kemeja putih tangan panjang yg digulung sampe siku trus sambil gendong anak. aackk.. suami idaman. nice story sil. can’t wait to read your another ff " i am your fans" ;D
ilabya2 #2
interesting