14 - OVERHEARD

I WILL PROTECT YOU

Kris’s POV

Aku menatap jalanan Seoul dari bay-window kantorku. Tentu saja kantor tempatku bekerja selama ini, bukan milik keluargaku. Sudah 5 hari aku berada di Seoul dan 5 hari yang lalu pula aku bertemu dengannya dan sampai saat ini dia belum mencariku. Aku menghela nafasku kemudian intercomku berbunyi, “Kris-nim, ada tamu untuk anda.” Ujar resepsionis. “Persilahkan masuk.” Ujarku dingin. Terdengar pintu diketuk dan terbuka, aku menoleh melihat siapa yang datang. Aku tidak heran dia mendatangiku. “Kau sudah menemukan Shaendy?” tanyanya tanpa ada basa basi. Aku membereskan berkas dimejaku seraya bergumam, “Ya.”

Woohyun tersenyum menatapku, “Kau tahu, hatinya masih ragu. Dia bingung dank arena itulah di sini saat ini. Mencari ketenangan. Masih banyak waktu kalau kau ingin merebutnya.” Ujarnya. Aku berhenti membereskan berkas-berkasku. Menatapnya, mencari maksud perkataannya. Aku memutuskan untuk tersenyum, “Kalau bisa kurebut akan kurebut. Aku akan menang pada akhirnya kok.” Balasku.

***

Shaendy’s POV

Aku mendengar suara Woohyun dari ruangan Kris, suara tawa bahagia yang tampak puas karena menantang Kris.

(Flashback)

tumblr_mo42iz0Q6u1qbzpibo1_500.png

Woohyun menjemputku dari apartement milik Tiffany. Dia menyodorkan toast dengan oeanut butter favoritku. Aku mengambil roti itu sambil sedikit memberikan kecupan dipipinya sebagai hadiah. Dia mengusap puncak kepalaku sebagai balasannya. Tapi yang tidak kulupakan adalah senyumnya yang merekah tapi jahil sambil berkata, “Aku tidak bawa mobil hari ini. Kita naik subway ya.” Aku hanya mengangguk. Menyetujui renacannya.

Dia menggandeng tanganku sepanjang perjalanan menuju stasiun subway hingga didalam subway pun dia tetap tidak berada jauh dariku. Meskipun beberapa kali Nampak matanya menghindariku. Dia membawaku berjalan disekitar Apgeujong. Dan berhenti disebuah belakang gedung dan membawaku masuk setelah seseorang membukakan pintu kami.

“Kenapa harus lewat belakang sih?” tanyaku. Dia tersenyum sambil mengusap puncak kepalaku. “Kau tunggulah didepan pintu, jangan masuk sebelum aku memintamu masuk.” Ujarnya sambil berjalan kearah resepsionis. Sedangkan aku meneliti lukisan-lukisan dan foto-foto yang menempel didinding. Dia menghampiriku dan membimbingku berjalan kearah pintu, namun hanya dia yang masuk setelah pintu diketuknya.

(flashback end)

Aku sudah tidak sabar untuk masuk kedalam. Kubuka pintu didepanku dengan sekali hentakan, “Jadi begitu. Aku hanyalah piala bagi kalian berdua. Cih! Kalian ternyata sama saja.” Teriakku. Selesai menyampaikan apa yang aku maksud, aku langsung bergegas meninggalkan tempat itu. Sedikit berlari sehingga menimbulkan suara berisik karena bunyi heelsku beradu dengan lantai kayu perusahaan itu.

Ternyata ini kantor Kris, dan Woohyun yang membawaku kemari. Ish. Lelaki bodoh, dia tau aku ragu-ragu tapi bukan berati aku tidak pernah menyukainya.

***

Kris’s POV

Aku bengong mendengar kalimat cepat Shaendy. Dan masih terpaku karena aku bingung apa yang harus aku lakukan. “Kejar dia, bukannya seharusnya kau mengejarnya?” ujar Woohyun. Menyadarkanku apa yang harus aku lakukan. Aku menatap laki-laki itu, dan menghambur keluar seketika mengejarnya.

***

Shaendy’s POV

tumblr_msx1vj6c9N1s0rhu3o3_500.gif

“Ahhh mianhamnida.” Ujarku sambil membungkukkan badanku berkali-kali. Lelaki didepanku tersenyum sambil membantuku memunguti barang yang aku bawa. Dia membersihkan lututku dari tanah dan rumput yang menempel. Dia tersenyum. “Kau pasti Shaendy.” Ujarnya. Aku menatapnya bingung. Bagaimana dia tahu akan aku? Sedangkan aku tak mengenalnya. “Maaf kamu siapa?” tanyaku. Dia mengulurkan tangannya, “Luhan. Aku Luhan. Rekan kerja Kris. Dan ini Lay.” Ujarnya sambil menunjuk seseorang yang berdiri disampingnya.

Bahkan aku tidak menyadari ada orang lain disitu. Aku terlalu focus berlari ternyata. Lelaki yang bernama Lay lalu menjulurkan tangannya. Aku menjabat tangannya singkat. “Jadi bagaimana kau mengenalku?” tanyaku. Luhan tersenyum, “Kami rekan kerja Tiffany dan Kris.” Begitu nama Kris disebut Nampak lay menyikut pelan perut Luhan. Tapi Luhan tetap tersenyum.

Temannya Kris? Berati aku harus segar pergi. Luhan menahan tanganku saat aku beranjak pergi, “Jangan. Sebentar lagi Kris datang.” Ujarnya sambil tersenyum. “JUSTRU KARENA DIA AKAN DATANG AKU HARUS PERGI!” teriakku histeris sambil berusaha melepaskan diri. Tangan dingin Lay kemudian menyentuhku. “Luhan, hentikan, kekuatan kita tidak diperlukan. Ini semua keputusan Kris.” Ujar Lay pada Luhan.

Kemudian tangan Luhan melepasku. Saat aku beranjak pergi, sebuah tangan kokoh lain mencengkeramku, “Sampai kapan kau akan marah dan melarikin diri huh?” aku menoleh menghadapi lelaki itu.

tumblr_ms89a0nTYp1qh1cveo1_500.png

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
riezaimar #1
Chapter 28: bayangin kris pake kemeja putih tangan panjang yg digulung sampe siku trus sambil gendong anak. aackk.. suami idaman. nice story sil. can’t wait to read your another ff " i am your fans" ;D
ilabya2 #2
interesting