Part 3
Thank You (Bahasa Indonesia)
(Sorry for late update, mesti ngerjain skripsi yang sedang diambang dateline,kkk. So, here you go part 3~ Selamat membaca^^)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“ Kau bekerja di sini kan?” tanya Dongwan sambil memberhentikan motornya
“ Yep.. tunggu sebentar...” jawabku
“ Kau bisa turun? Atau motorku harus ku turunkan dulu?”
“ Sepertinya begitu..ah...maaf...”
Dongwan menurukan kaki motornya dan turun dari motor lalu mengambil tongkat dari tanganku.
“ Tenang..aku akan membantumu” ujar Dongwan sambil memegang tanganku
Aku berusaha menurunkan kaki kananku ke tanah terlebih dahulu agar mampu menumpu tubuhku dan kaki kiriku dapat diturunkan juga. Tentu saja bantuan Dongwan sangat membantu.
“ Ah... akhirnya... yah.. Kim Dongwan..terima kasih banyak..” aku mengambil tongkat dari tangan Dongwan dan memakainya
“ Woah...akhirnya aku tahu kau bekerja di mana ketika pagi hari. Untung aku juga bekerja tak jauh dari tempatmu. Di persimpangan sebelah sana. Kalau kau sempat, mampir.. yah walau hanya bunga-bunga saja yang akan kau temui, tapi banyak gadis cantik yang datang! Hahahaha” Dongwan bercerita dengan penuh semangat, seperti biasanya.
“ Hahaha, untung saja aku bertemu denganmu ketika menunggu bis tadi...”
“ Hei.. kau bisa menghubungiku dan aku akan menjemputmu. Rumah kita tidak terlalu jauh dan aku juga sering melewati daerah ini. Oke?”
“ Aku akan merepotkanmu teman, haha. Terima kasih” ucapku tulus
“ Hei.. kau tahu kan, selama ini aku menjadi fans-mu! Kalau kau wanita, aku pasti akan menikahimu! hahahahaha!”
“ Ya!! Kim Dongwan! Aku tidak akan pernah menikahi orang sepertimu walaupun aku wanita!” seruku
“ Hahaha! Baiklah..baiklaah.. Kau masuk sana, aku akan segera pergi. Bye! Sampai jumpa nanti malam!” ujar Dongwan
“ Bye...”
Dongwan pun segera berlalu dari hadapanku. Aku berbalik dan sangat terkejut karena tiba-tiba di depan mataku ada seorang wanita yang tersenyum sangat lebar.
“ Hai, Hyesung-ssi! Apa kabar?” sapa wanita itu dengan riang
“ Ya! Apa kau hantu? Tiba-tiba muncul di depanku!” teriakku pada Hyunjung, wanita itu
“ Ei...sungguh tidak sopan... aku tak bermaksud mengagetkanmu. Hanya kau saja yang terlalu sensitif” jawabnya
“ Huh... lalu kenapa kau disini? kau menguntitku?” tanyaku curiga
“ Hahaha! Kau terlalu pede! Kampusku tepat di depan persimpangan ini, kau tak lihat? Tentu saja aku akan terus melewati jalan ini kan?” sahutnya dan membuatku sedikit malu
“ Terserah... aku sibuk.. pergilah” jawabku dan berlalu dari hadapannya menuju cafe. Hyunjung dengan segera menghalangi jalanku.
“ Baiklah..baiklah... setidaknya aku tahu kau sudah lumayan membaik. Dan..kau juga pakai tongkat, baru saja aku ingin menyarankannya untukmu. Jaga dirimu, Hyesung-sii.. dan ah! Kau punya teman-teman yang tampan ya? Hahaha. Bye..” Hyunjung pun segera pergi
Aku hanya diam saja dan berjalan (dengan susah payah tentunya) menuju cafe R.o.S
^^^
Hari ini pelanggan yang datang cukup banyak, dan syukurlah aku hanya duduk dan menjadi kasir di cafe, jadi aku hanya akan berdiri ketika pelanggan ingin membayar. Manajer Park datang dan memberiku ginseng merah, aku sangat bersyukur walau sebenarnya aku tidak tahu bagaimana cara mengolahnya. Jongjin seperti biasa berisik, terlebih dia menanyai soal Hyunjung yang meminta alamat rumahku beberapa waktu yang lalu.
“ Sudahku bilang aku tidak ada hubungan apapun dengan dia” ucapku setengah kesal
Jongjin terus menatapku dan tersenyum, “ Ayolah...masa tidak ada hubungan apapun? Hha... Hyesung-ah.. aku bosan melihatmu sendirian terus. Sejak kau masuk dan bekerja di cafe ini, aku tidak pernah melihatmu bersama wanita. Jangan-jangan kau....”
“ Ya! Hentikan! Aku tidak seperti yang kau pikirkan! Aku hanya terlalu malas berurusan dengan itu. Belum waktunya..” bantahku
“ Hyesung-ah... apa kau tak sadar umur? Usiamu sudah kepala tiga dan kau masih single! Ckckckck.... apa kata orang di luar sana?”
Jongjin benar-benar membuatku sangat kesal. Tapi aku tidak bisa marah di sini karena ada pelanggan dan juga manajer Park.
“ Hentikan.... kau sendiri pun sama denganku, brengsek...” jawabku geram
“ Hahahaha. Setidaknya aku pernah beberapa kali berhubungan, dan kali ini aku sedang menikmati melihat gadis-gadis cantik di luar sana”
“ Sudahlah.... pola pikir kita sudah beda, Jongjin-ah... kau hanya membuatku kesal.. kenapa kau ini terlalu banyak omong sih?”
Jongjin menyeringai, lalu kemudian melirik sesaat ke arah pelanggan dan berbisik pelan ke telingaku.
“ Gadis itu datang.... cantik loh, seperti model. Kalau tak mau dengannya, biar aku saja”
Aku melihat sekilas dan memang, Hyunjung baru saja masuk ke dalam cafe. Aku mengambil nafas panjang dan menghelanya dengan berat.
“Terserah kau....”
Hyunjung melambai ke arah kami berdua dengan senyum lebarnya seperti biasa.
“ Iya! Tunggu sebentar~” seru Jongjin yang kemudian mengambil daftar menu. Jongjin pergi menuju Hyunjung dengan mengedipkan matanya ke arahku. Menyebalkan...
^^^
“ Total semuanya adalah 120 Won” ujarku
“ Silahkan... Hyesung-ssi” ucap Hyunjung sambil memberikan sejumlah uang yang aku sebutkan.
“ Terima kasih banyak..” jawabku sambil memberikan struk, tanpa menatap wajahnya sama sekali
“ Apa kau membenciku?” tanya Hyunjung yang tentu saja membuatku kaget
“ Bukan itu... aku hanya tidak terlalu suka ada orang asing yang terlalu mengangguku” jawabku
“ Hmm... baiklah... mungkin aku memang mengganggu bagimu.. tapi..aku biasanya seperti ini... hmm... bagaimana kalau kita berteman saja?”
“ Sekarang bukan saatnya untuk itu..aku sedang bekerja. Kalau kau sudah selesai, lebih baik pergi saja. Ada dua orang yang mengantri di belakangmu”
“ Baiklah.... sampai jumpa lagi Hyesung-ssi”
Hyunjung pun berlalu dari hadapanku. Entah kenapa ada sedikit perasaan tidak enak terhadapnya. Aneh.
^^^
Aku keluar dengan bantuan Jongjin. Walaupun dia terkadang menyebalkan, tapi sebenarnya pria ini cukup perhatian.
“ Kau mau ku antar pulang?” tanya Jongjin
“ Tidak perlu. Bukankah sehabis ini kau juga harus mengajar?” tanyaku. Ya... walaupun Jongjin memiliki tampang ‘orang yang hanya suka bermain-main’ tapi otaknya tergolong cerdas dan dia mengajar privat pada siswa SMP.
“ Yah...telat dikit juga tidak apa-apa” sahut Jongjin
“ Tidak usah...hari ini kita juga selesainya telat karna banyak pelanggan. Kau pulang saja duluan” tolakku
“ Hha... aku menyerah... kau memang keras kepala Hyesung-ah... baiklah.. dan kau pulang dengan apa?” tanya Jongjin
“ Umm... aku rasa uangku cukup untuk membayar taxi, kalaupun tidak ya..aku bisa naik bus umum”
Jongjin hanya menggeleng, “ Oke..oke... jaga dirimu ya. Sampai jumpa besok. Bye~”
Aku tersenyum dan melambai ke arah Jongjin yang berlalu menuju parkiran motor. Aku berjalan tertatih menuju halte bus yang tidak begitu jauh dari cafe. Cukup melelahkan berjalan dengan begini terus. Sesampai di halte aku duduk dan meminggirkan tongkatku. Kakiku entah mengapa terasa agak nyeri hari ini. Aku memijit perlahan kakiku hingga tiba-tiba seorang wanita duduk di sampingku dan bergumam.
“ Kau terlalu banyak berdiri hari ini sehingga kakimu harus menopang beban tubuhmu”
Aku menoleh dan ku lihat Hyunjung yang sedang tersenyum, tanpa memandangku melainkan memandang kosong ke depan.
“ Aku memang seperti ini.. aku tak tahu kenapa tapi aku sangat...yah...terlalu peduli pada orang lain yang saat itu menarik perhatianku. Gara-gara sikapku seperti inilah aku ingin sekali menjadi dokter, karena aku rasa pekerjaan sebagai dokter adalah mempedulikan orang lain dan membuat mereka merasa lebih baik.” lanjut Hyunjung
“ Aku tahu kalau kau sangat direpotkan dengan sikapku ini. Aku juga tahu tidak semua orang merasa senang dengan perhatian dari orang lain, terlebih orang itu adalah orang asing bagi mereka. Tapi... terlepas dari itu aku sebenarnya ingin meyakini kepada diriku sendiri bahwa mereka baik-baik saja... Hyesung-ssi... maafkan aku... Sikapku memang konyol dan kekanak-kanakan..” kali ini Hyunjung menatapku dengan tersenyum, tapi...senyuman yang dia berikan kali ini berbeda... terasa hampa dan...sendu..
“ Apa kau....selalu seperti ini?” tanyaku pelan, karena aku tidak tahu apa yang harus ku katakan.
“ Iya... beberapa waktu yang lalu aku menemukan seorang anak kecil yang terluka karena jatuh dari sepeda. Setiap hari aku menjenguknya sambil memberinya permen atau biskuit hingga orang tuanya bosan dan menutup pintu ketika aku datang. Hahaha. Mereka pasti merasa sangat terganggu.”
Aku hanya diam saja mendengar ceritanya.
“ Mungkin...sedikit demi sedikit aku harus merubah sikapku ini ya? Hahaha. Ah.. busnya sudah datang. Apa kau akan naik?” tanya Hyunjung
Aku mengangguk dan mengambil tongkatku. Ku lihat Hyunjung terus menatapku, seakan ingin membantuku. Tapi aku melihat dia berusaha untuk tidak melakukannya meski tampak gelisah. Bus berhenti dan aku naik duluan. Aku mencari tempat duduk yang kosong dan dekat jendela. Hyunjung mengikutiku di belakang dan duduk di depanku. Aku menatap kepala dan rambutnya yang muncul sedikit karena tertutupi bangku, lalu aku pun kembali berpaling menatap jalanan dan deretan toko-toko yang dilalui bis. Tidak ada percakapan apapun yang terjadi di antara kami. Aku sibuk dengan pikiranku sendiri dan aku tak yakin apa yang sedang dipikirkan Hyunjung. Bus melaju perlahan dan deru angin yang sepoi-sepoi membelai lembut wajahku. Entah mengapa, aku merasa sangat melankolis saat ini...
^^^
“ Hyung... kau kenapa?” tanya Andy yang membuatku tersentak
“ Ah...tidak apa-apa..”
“ Kau sepertinya sedang memikirkan sesuatu” selidik Andy
“ Tidak.. aku hanya..yah..memikirkan kapan aku bisa sembuh total, haha” jawabku
Andy diam dan mulai memijit pelan pundakku.
“ Woah... Andy-ah... kau memang dongsaeng yang berbakti...haha”
“ Tentu saja, haha. Hyung, rileks-kan tubuhmu, sebentar lagi kita harus bekerja lagi..jangan sampai kau terlihat bengong hyung, hahaha”
“ Arraseo...” ucapku sambil menikmati pijatan Andy.
Hening.
“ Kalau ada masalah, tak usah sungkan untuk bercerita hyung. Kau punya 5 orang yang bisa dipercaya di sini...” ucap Andy pelan
Aku hanya diam.
“ Kau memang baik, Andy-ah... tapi aku benar-benar tidak ada masalah apapun..” jawabku
“ Baiklah... Shin Hyesung yang selalu sok tegar, aku akan kembali ke meja bar. Ingat, rilekskan tubuh dan pikiranmu.. jangan sampai terlihat oleh klien. Kau tahu? wajahmu itu sungguh tidak bisa menyembunyikan kegelisahanmu!” perkataan Andy itu hanya ku balas dengan senyuman. Yah.. mungkin dia benar. Hatiku sedang gundah sekarang, dan pikiranku pun terasa rumit sehingga membuat kepalaku sedikit sakit. Aku tidak terlalu mengerti apa penyebabnya. Yang jelas, aku masih saja teringat wajah sedih Hyunjung tadi siang... Hhaaa... menyebalkan...
^^^
“ Kau terlihat lelah sekali hyung... apa karena hari ini kau kerja terlalu banyak?” tanya Junjin. Saat ini dia sedang mengantarku pulang.
“ Mungkin... kakiku terasa lebih sakit dari kemarin...”
“ .... aku harap aku bisa memberikanmu kakiku Hyung... sayangnya aku tidak bisa melakukan itu...”
Aku tersenyum tipis mendengar lelucon konyol Junjin. “ Ya... kau mengejekku? Kakimu sedikit lebih panjang beberapa senti, dan aku akan berjalan seperti orang pincang karena beda ukuran.. kau ini..benar-benar...”
“ Hahaha... kau tersenyum... teruslah begitu hyung. Kau terlihat sangat bagus ketika tersenyum”
“ Aku tahu...” sahutku sambil tersenyum simpul. Aku memandang ke luar mobil. Lampu jalanan, gedung tinggi menjulang dengan cahaya yang gemerlap, langit yang gelap, suasana yang cukup sepi, bulan sabit yang cerah di atasnya, pemandangan kota Seoul di malam hari terlihat indah. Tiba-tiba mataku tertuju pada sosok wanita yang sedang menangis di halte bis. Wanita itu rasanya tidak asing bagiku, dan ketika mobil berjalan cukup jauh aku menyadari bahwa aku mengenal wanita itu.
“ Jin-ah! Hentikan mobil! Segera!!!” teriakku pada Junjin.
Junjin terlihat sangat kaget dan segera menghentikan mobilnya. “ Ada apa hyung??? Kau membuatku terkejut! Apa kau ketinggalan sesuatu?”
“ Cepat putar balik mobilmu dan berhenti di halte bis yang kita lewati tadi! Cepat!” seruku lagi
“ Ah, wae hyung??!” tanya Junjin yang kebingungan
“ Nanti aku jelaskan.. aku hanya ingin memastikan saja. Tolong...” kali ini aku merendahkan nada suaraku dan Junjin pun melakukan apa yang ku suruh.
“ Ah.. hyung, aku tak mengerti.. ada apa sih?” Junjin terus menerus bertanya dan aku hanya diam saja sambil fokus melihat wanita di halte bis tadi.
Mobil berhenti dan aku segera membuka pintu untuk turun.
“ Oh sial...” aku berusaha mengambil tongkatku di kursi belakang dan Junjin langsung membantuku.
“ Oh! Itu.. si wanita cerewet itu! Apa yang dia lakukan di sini?” ujar Junjin
Aku berusaha turun dan berjalan menuju wanita tersebut. Junjin mengikutiku dari belakang.
“ Hyunjung-ssi?” ucapku
Wanita itu menoleh ke arahku, dan aku dapat melihat matanya dan hidungnya memerah. Mata dan pipinya basah. Terlihat tubuhnya gemetar, menggigil. Dia tidak memakai jaket ataupun syal, hanya hoodie berwarna abu-abu dan celana jeans biru.
“ Ada apa? Apa yang terjadi?” tanyaku lagi
Hyunjung hanya menatapku sambil tetap menangis.
“ Kau sakit? Kau terluka?”
Hyunjung lalu segera berdiri dan.... memelukku! Aku sangat kaget namun aku tidak bisa melepaskannya. Tubuhku kaku dan aku berdiri diam seperti patung. Aku menoleh ke arah Junjin dengan tatapan, “ Hei..ada apa ini? Tolong aku....” dan Junjin membalas dengan tatapan, “ Aku juga tidak tahu, tapi biarkan saja dia begitu”
Hyunjung cukup lama memelukku dan menangis tersedu-sedu. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, aku hanya diam dan menunggu sampai dia melepaskan pelukannya.
10 menit kemudian.
Hyunjung sudah terlihat cukup tenang dan berhenti menangis. Aku menemaninya duduk di halte bis sementara Junjin sedang mengambilkan air di mobilnya. Hyunjung masih terus menunduk, sedangkan aku tak tahu harus berbuat apa.
“ Maaf....” ucap Hyunjung dengan suara serak
Aku diam, sambil melirik ke arahnya.
“ Maaf merepotkanmu... dan tadi... perbuatanku.. maaf....” lanjutnya lagi.
Aku menghela nafas. “ Tidak...tidak masalah....” jawabku singkat
Junjin datang sambil membawa satu botol air mineral.
“ Hei... minum dulu...” ujar Junjin sambil menyodorkan botol tersebut ke Hyunjung. Hyunjung menerimanya dan meminum air tersebut.
“ Kau... kenapa?” tanya Junjin.
Hyunjung langsung menyudahi minumnya dan aku dapat melihat tangannya kembali gemetar. Dan aku tidak tahu apa yang terjadi pada diriku, terutama tanganku yang langsung saja mengenggam erat tangan Hyunjung yang terasa sangat dingin.
“ Tenanglah...” ucapku pelan
“ Ah... maafkan aku..” Junjin langsung salah tingkah dan menatap ke arahku.
Hyunjung menghela nafas panjang.
“ Maafkan aku... tiba-tiba saja... dan...membuat kalian kerepotan...”
Hyunjung kembali mengambil nafas dalam-dalam dan mengeluarkan perlahan. Terlihat sekali dia sedang menenangkan dirinya. Aku segera menarik tanganku dan perasaan aneh menyelimutiku.
“ Hhaa.... baiklah... aku akan menjelaskan apa yang terjadi...”
Hyunjung berhenti sejenak dan kembali meneruskan kalimatnya.
“ Aku...baru saja selesai tugas praktik di rumah sakit hari ini...lalu pulang ke rumah...dengan taksi... dan.... di tengah perjalanan... supir taksi yang aku... tumpangi... tiba-tiba.. me...menodongku dengan...pisau...” suara Hyunjung tercekat
“ Aku....kaget... dia mengancam...akan menusukku... jika aku melawan... dia... lalu mengambil tasku, mencopot mantelku... dan hendak melecehkanku....” Wajah Hyunjung memerah, bibirnya gemetar, tangannya mengepal dan suaranya kembali tercekat.
Aku merapatkan tubuhku dan merangkulnya. Junjin menutup matanya dan menghela nafas panjang.
“ Lalu....akupun berontak dan memukul tengkuknya...sekuat tenagaku... dan..supir itu.. pingsan... aku pun lari dan... tiba-tiba sudah ada di sini.... aku tidak peduli apapun saat itu...aku hanya...ingin selamat... dan aku sadar aku tidak membawa apapun.....” kali ini tangis Hyunjung pecah.
Aku melihat Hyunjung sangat rapuh dan mempererat rangkulanku. Hyunjung pun mendekapkan wajahnya ke dadaku dan tersedu kembali. Junjin hanya melihatku dan menggelengkan kepalanya.
“ Sebaiknya kita ke kantor polisi saja” Junjin berbicara tanpa mengeluarkan suara. Aku membaca gerak bibir Junjin dengan seksama dan mengangguk ketika mengetahui maksudnya.
“ Tapi...tunggu dia tenang dulu” lanjut Junjin sambil memberi isyarat dengan tubuhnya.
Aku kembali mengangguk dan menepuk pelan punggung Hyunjung. Aku berharap hal itu dapat membuatnya sedikit tenang.
^^^
Saat ini kami sedang berada di kantor polisi dan melaporkan kejadian yang menimpa Hyunjung. Selesai memberikan keterangan dan meminta polisi untuk mengusut kasus ini hingga tuntas, Junjin dan aku berniat untuk mengantarkan Hyunjung pulang.
“ Rumahmu...dimana?” tanya Junjin
“ Aku..tinggal di apartemen dekat kampusku... dekat dengan cafe tempat Hyesung-ssi bekerja..” jawab Hyunjung
“ Oh... aku tahu apartemen itu... kami..akan mengantarmu pulang. Jangan menolak, oke?” ucap Junjin dan dibalas dengan anggukan Hyunjung.
Aku hanya diam mendengar percakapan mereka dan berjalan menuju mobil Junjin. Sesampai di mobil, aku membuka pintu mobil dan duduk. Tongkat ku letakkan di bawah kursi belakang. Tak lama kemudian Junjin dan Hyunjung masuk ke dalam mobil, sementara aku menutup mataku karena entah mengapa aku merasa sangat lelah.
“ Hyunjung-ssi, kau istirahat saja dulu. Oh ya, apa kau lapar? Apa sebaiknya kita beli makan dulu?” tanya Junjin sambil memasang sabuk pengaman.
“ Ah...tidak...aku hanya ingin segera pulang saja Junjin-ssi... terima kasih..” jawab Hyunjung pelan.
“ Baiklah..baiklah.. kita berangkat. Umm... hyung? kau kenapa? apa ada yang sakit?” tanya Junjin dan aku segera membuka mataku.
“ Tidak.... aku tidak apa-apa. Ayo, kita antar dia segera” jawabku
Junjin menganguk, dan aku dapat melihat Hyunjung terus menunduk dari spion atas mobil. Melihat kondisi Hyunjung seperti itu entah kenapa aku merasa sangat kesal. Kesal..karena aku merasa bingung apa yang sebaiknya aku perbuat. Hha... memikirkan hal ini saja membuatku lelah.
^^^
Setelah 15 menit perjalanan, akhirnya kami sampai di depan apartemen Hyunjung.
“ Masuklah..” ujarku
“ Apa perlu kami antar sampai depan kamarmu?” tanya Junjin
“ Ah.. tidak perlu. Sudah kalian antar sampai di sini saja aku sudah sangat berterima kasih. Aku akan masuk sendiri.” jawab Hyunjung
“ Baiklah... istirahatlah.. tenangkan dirimu, OK?” ucap Junjin menenangkan yang disambut senyuman Hyunjung.
“ Terima kasih banyak sekali lagi.. aku benar-benar sangat berterima kasih kepada kalian... Aku.. masuk dulu... sampai jumpa.. hati-hati di jalan” Hyunjung berjalan masuk ke dalam sedangkan aku dan Junjin terus memandangnya hingga dia benar-benar sudah masuk.
Aku dan Junjin kemudian saling bertatapan. Aku merasa kami sedang memikirkan hal yang sama.
“ Baiklah.. aku tau apa yang kau pikirkan, hyung. Sekarang saatnya aku mengantarkanmu pulang. Aku bisa melihat wajah ‘sangat capek’ pada dirimu,hehe”
Aku tersenyum tipis mendengar perkatan Junjin tersebut dan masuk ke dalam mobil. Saat ini aku hanya ingin memejamkan mataku, tidur. Meninggalkan sejenak segala macam pikiran menyebalkan, kepenatan luar biasa ini..
TBC
Comments