Part 16

Thank You (Bahasa Indonesia)

Halo.... *nyengir kuda*
Sudah lamaa kita tak bersuaaaaa! :3
Akhirnya, FF sinetron kali ini saya apdet kembali. Sudah lama tidak menulis dan agak-agak.. cuma sayang aja sih, hehe. Ndak taulah masih ada yang mau baca ato ndak, yang penting apdeett hehehe. Sejujurnya saya sendiri udah lupa dengan jalan cerita kisah ini, tapi..setelah baca beberapa chapter sebelumnya jadi inget lagi. Yah.. ya.. intinya, selamat membaca! Have a nice day everyone! LOVE YOU TO THE MOON AND BACK! <3 <3 <3

 


 

Aku membuka mataku. Lalu aku merasa aneh. Aku seperti berada di tempat yang asing.

Lalu, ada gumpalan putih seperti kapas melewatiku. Eh? gumpalan itu mendekati lalu.. Ah.. kenapa gumpalan itu berhasil menembusku?

Hei..tunggu dulu

Aku sepertinya tidak asing dengan pemandangan yang ku lihat.

Sebentar..

Astaga!

Aku segera berdiri, namun..aneh.. aku tidak merasakan menginjak apapun! Tetapi aku bisa berdiri! Bagaimana bisa?

Aku seperti…. melayang?

Melayang?!

Mataku terbelalak dan menyadari bahwa aku sekarang berada di langit!

Bagaimana bisa?

Hei.. ja..jangan bilang aku sudah… mati?

Aku menahan nafasku, lalu menyadari bahwa aku masih bisa bernafas! Kalau aku memang sudah mati, mana mungkin aku bisa bernafas bukan? Atau…orang yang sudah mati memang masih bernafas?

Arrgh! Ini semakin membingungkanku!

Aku masih saja melayang di atas langit dengan satu dua awan yang sudah menembus tubuhku. Aku tidak merasakan apapun, tidak sakit, tidak juga dingin atau panas. Aneh bukan?

Beberapa bayangan seperti potongan film muncul di kepalaku beberapa detik sebelum hilang kemudian. Kepalaku sakit. Ada apa? Apa yang sudah terjadi padaku? Kenapa aku bisa berada di tempat ini?

Hmm… bagaimana kalau aku bergerak dan mencari tahu sendiri?

Aku mencoba melangkahkan kaki sebelah kanan, seperti ketika berjalanan. Namun, tiba-tiba aku seperti terjatuh! Ah.. lebih tepatnya aku tertarik oleh sesuatu yang sangat kuat dan… yah.. seperti sedang terjun bebas!

Gyaaaa!!!!

Oh tidaaaakk! Aku akan jatuh di atas tanaaaahhhh!!!

Aku segera menutup mataku, tidak sanggup melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.

Satu detik, dua detik, hingga sepuluh detik kemudian… aku..tidak merasakan apapun? Hei.. tidak ada suara seperti ‘bruak’ atau ‘bump’.

Aku pun memberanikan membuka mataku. Aku melihat benda kehijauan, ah..maksudku ini rumput, aku bisa mengendus bau rumput segar yang habis dipotong. Lalu di depanku, terdapat belalang cukup besar yang dengan mata bulatnya menatapku. Hmm.. apa dia bisa melihatku? Bukannya aku sekarang seperti… benda transparan?

Aku mengerjapkan mataku, dan belalang itu pun berlalu. Yah.. bahkan belalang pun tidak mau bertanya apakah aku baik-baik saja..

Aku bangkit, mencoba duduk. Ajaib! Aku bisa duduk! Lalu, bagaimana kalau aku berdiri?

Tap!

Kakiku berhasil menginjak bumi! Hei! Apa aku sudah tidak tembus pandang lagi??

Sayangnya pikiranku itu musnah ketika ada seekor kumbang yang berhasil menembus kepalaku.. Iya, MENEMBUS KEPALAKU!

Ughhh...

Baiklah Shin Hyesung, kau memang tidak tahu apa yang sedang terjadi dan bagaimana bisa kau menjadi mahkluk tembus pandang ini. Tapi, ayo segera mencari tahu dan langkahkan kakimu itu!

Aku berjalan, perlahan. Masih takut-takut jika ada kumbang atau serangga apapun yang melewatiku. Hei.. ini menyeramkan! Kau harus rasakan bagaimana serangga-serangga jelek itu menembus tubuhmu!

Lalu, mataku melihat sebuah gedung putih, dahiku berkerut.

“ Rumah sakit?” gumamku

Aku masih saja bingung, kenapa aku bisa jatuh di tempat ini?

Bzzz

Kepalaku tiba-tiba sakit, dan sekelebat bayangan film tadi muncul kembali. Kali ini lebih lama dan...

“ Oh Tuhan....”

**

“ Pilkyo-ah.. mau kah kau berjanji satu hal kepada Omma?”

“ Berjanji apa Omma? Tentu saja aku mau”

Wanita itu tersenyum dan berjongkok di hadapan anaknya yang masih berusia 4 tahun.

“ Berjanjilah bahwa suatu hari nanti kau tidak akan terluka parah, berdarah-darah. Ingat, kau harus mampu menjaga dirimu oke?”

Anak kecil tersebut tampak bingung.

“ Kenapa Omma? Berarti aku tidak boleh jatuh? Kalau begitu aku tidak akan bermain sepeda bersama Geun Ok lagi.. Aku juga tidak akan memanjat pohon di samping rumah lagi Omma”

Wanita itu tersenyum lembut

“ Bukan.. maksud Omma.. kita mewarisi darah yang langka...dan kau harus berhati-hati karena itu. Omma tidak ingin kau terluka.. apalagi ketika Omma tidak bisa berada di dekatmu. Kau mau berjanji?”

Anak laki-laki itu mengerjapkan matanya, lalu mengangguk. “ Iya, Omma.. Aku berjanji”

 

Bzzzz

“ Oh Tuhan... Ti..tidak mungkin..”

Bzzzz

BRAAK!!!

Sebuah truk menabrak motor yang sedang melaju.

Suaranya terdengar keras dan pengendara motor tersebut terlempar sebelum membentur tiang listrik. Darah mengalir deras dari kepala dan pelipis wajahnya yang tidak tertutupi helm.

“ Dia masih sadar! Cepat bawa ke rumah sakit!” seorang perempuan berkata dengan panik

“ Astaga! Darahnya banyak yang keluar! Cepat! Cepat!”

Bzzzz

Aku tertunduk lemas dan menyadari kondisiku sekarang..

Oh Tuhan...

Lalu, aku meraba wajahku yang kini basah oleh air mata. Kenapa? Kenapa aku menangis?

Apakah aku merasa sedih? Atau..ketakutan?

Kenapa?

Tiba-tiba muncul segerombolan laki-laki lewat di depanku dan menuju meja informasi dengan wajah panik. Aku pun baru menyadari bahwa sekarang aku berada di dalam rumah sakit!

“ Shin Hyesung! Dimana dia?!”

Aku tersentak dan menoleh ke arah lelaki yang berteriak dengan wajah panik tadi.

“ Kim Dongwan?” gumamku dan beranjak mendekatinya.

Lalu keempat orang yang ku kenal pun segera mendekatinya dan bertanya hal yang sama.

“ Shin Hyesung atau Jung Pilkyo, dimana sekarang dia berada?!” suara yang keras dan terdengar bergetar itu berasal dari Junjin.

Aku setengah berlari mendekati mereka dan berdiri tepat di samping Junjin.

“ Jin-ah.. aku di sini..” ucapku pelan dan menepuk bahunya. Sayang, aku tidak bisa menyentuhnya dan air mataku pun kembali mengalir.

“ Hei! Bisa kah kau sedikit cepat?” kali ini suara Minwoo yang tidak sabaran memarahi gadis resepsionis yang terpaku melihat mereka. Lalu dia segera mencari namaku di daftar pasien di komputer.

“ Tu..tuan Shin Hyesung kini sedang berada di ruang operasi sejak satu jam yang lalu dan kini masih belum keluar ruangan...”

Aku bisa merasakan keheningan yang terasa dingin sebelum mereka semua bergerak menuju ruang operasi. Aku mengikuti mereka dengan langkah pelan. Ada sedikit ketakutan yang tiba-tiba saja seperti datang menghantuiku. Iya.. aku takut, sangat takut sekali.

Namun, tiba-tiba langkahku terhenti ketika aku melihat sosok yang ku kenal masuk ke dalam sebuah ruangan.

“ Ji Abonim?”

Laki-laki paruh baya itu menutup pintu dan anehnya aku malah melangkahkan kakiku dan masuk (dengan menembus pintu tersebut). Ku temukan Ji Abonim sedang berbincang dengan seorang dokter.

“ Kondisi Hyunjung tidak terlalu berbahaya, dia mengalami shock. Selain ia juga sedang dalam kondisi kelelahan serta sepertinya kurang makan. Apa dia tidak makan sejak kemarin? Sedang diet?”

Hyunjung?

Kenapa? Ada apa dengan Hyunjung?

Aku melihat Ji Abonim menggeleng pelan, “ Tidak.. dia memang sedang banyak pikiran akhir-akhir ini...dan.. yah... dia pasti sangat terkejut mendapatkan kenyataan yang mengerikan itu...”

Eh? Hei, apa yang terjadi? Ada apa dengan Hyunjung? Kenyataan mengerikan? Apa maksdunya?

Dua pria paruh baya di depanku masih bungkam dengan mulut mereka. Lalu, sang dokter hanya bisa menepuk pelan pundak pria di depannya.

“ Apapun itu, ku harap semuanya baik-baik saja. Aku pergi dulu.. Jika butuh sesuatu, panggil saja aku” ucap Dokter tersebut dan keluar.

Ji Abonim masih terpekur dan beberapa detik kemudian dia bergerak menuju ranjang dimana seorang gadis cantik berkulit pucat sedang terbaring tak berdaya di sana.

Hyungjung-ah...

Aku melihat Ji Abonim duduk di sampingnya dan meraih jemari tangan Hyunjung yang kurus. Perlahan ia mengelusnya dengan hati-hati karena terdapat jarum dan selang infus di atas punggung tangan gadis itu.

“ Hyunjung-ah.... Maafkan Appa dan Omma.. Saat ini, Omma sedang membayar apa yang seharusnya dia lakukan sejak dulu..”

Lelaki itu mengecup pelan tangan anaknya dan aku bisa melihat bulir-bulir bening yang keluar dari sudut matanya yang mulai keriput.

Aku merasa tercekat

Aneh..

“ Hyesung-ssi....” Aku bisa mendengar jelas bahwa Ji Abonim benar-benar menyebut namaku. Eh? Sebentar! Jangan-jangan dia menyadari kehadiranku?! Sejenak aku merasa horor, tetapi kalimat selanjutnya yang keluar dari mulutnya membuatku yakin bahwa aku masih tidak ‘terlihat’.

“ Hyesung-ssi... bertahanlah....”

Aku mengerutkan dahiku, dan segera saja sebuah fakta menyadarkanku.

Ah iya... aku harus segera melihat ‘diriku’.

Secepat mungkin aku berlari dan keluar, dengan menembus pintu tentu saja. Ah, tiba-tiba aku merasa hidup seperti ini lebih praktis.. Hey! Ini bukan saatnya berpikir seperti itu!.

Sampailah diriku di depan ruang operasi. Lampu merah masih menyala menandakan masih berlangsungnya operasi di dalamnya. Aku menjadi semakin gugup. Aku bisa melihat wajah kelima sahabatku yang semuanya pucat pias. Pasrah, takut, cemas, semuanya jadi satu.

Aku merasakan tanganku mendingin, jantungku berdegub lebih kencang, dan nafasku tercekat. Yah... aku benar-benar ketakutan.

Aku bingung. Selama ini aku tak terlalu peduli dengan hal begini. Kadang aku selalu berharap Tuhan mengambil nyawaku saja. Namun, entah kenapa.. kali ini aku takut sekali akan mati..

Sakitkah?

Lalu.. Apakah ketika aku mati orang-orang akan merindukanku? Atau mereka akan melupakanku dan masih bisa hidup seperti biasanya?

Tepat setelah aku memikirkan hal tersebut, lampu merah yang tadi menyala pun padam. Kelima host tampan yang sedari tadi duduk, serentak berdiri. Tegang.

Pintu ruang operasi dibuka. Keluarlah seorang dokter berperawakan kurus tinggi berkacamata. Dia diikuti oleh seorang perawat.

“ Songsaenim.. bagaimana keadaan pasien?” suara Dongwan memecah keheningan.

“ Kalian siapa?” tanya dokter tersebut sambil membuka maskernya.

“ Keluarganya...” jawab Eric mantap

Dokter tersebut berpikir sejenak, dan membuka mulutnya. “ Pasien belum sadar dan masih dalam kondisi kritis. Dia kehilangan banyak darah, dan golongan darahnya tergolong langka... dia bisa saja langsung meninggal...”

Aku menahan nafas, dan ku lihat kelima temanku juga melakukan hal yang sama.

“ Syukurlah... Ibunya datang di saat yang tepat dan menjadi pendonor. Namun... kondisi Ibunya pun sekarang tidak terlalu baik. Dia bersikeras untuk tetap mendonorkan darahnya. Kami tak bisa menolak karena pasien juga sangat membutuhkan dan yah... mari kita berdoa semoga ada keajaiban untuk pasien dan semuanya akan baik-baik saja”

Aku tertegun..

Omma?

“ Oh ya, pasien akan dipindahkan ke ruangan lain, dan juga Ibunya. Jika kalian adalah keluarganya, aku butuh salah satu dari kalian untuk mengurus urusan administrasi bersama Nona Han” tampak seorang perawat wanita yang masih muda berdiri di samping dokter tersebut dan membungkuk hormat.

“ Aku akan mengurusinya.. oh ya, dapatkah kami melihat pasien?” ucap Eric

“ Untuk sekarang..masih belum.. saya mohon maaf dan permisi” dokter itu pun berlalu. Eric mengangguk dan berjalan mengikuti dokter tersebut bersama perawat.

Aku masih saja diam membisu, sama sekali tidak tahu harus berkomentar apa dengan drama yang terjadi saat ini.

Lalu, pintu ruang operasi kembali terbuka. Aku dapat melihat diriku sendiri yang sangat pucat pasi dengan berbagai macam selang di tubuhku, sedang tertidur (jika itu kata yang tepat) dan sangat tidak berdaya. Kembali, rasa takut itu memenuhiku. Tanpa sadar aku menggigil hebat dan membuat badanku lemas.

“ Hyesung hyung!” seru Junjin dan langsung mendekati ‘tubuhku’.

“ Maaf Tuan, Anda tidak boleh sedekat ini..kami harus segera membawanya ke ruangan lain dan melakukan perawatan intensif.” ujar salah satu perawat dan Junjin mendengus kesal. Namun dia menuruti ucapan mereka.

Andy menepuk pelan pundaknya dan memberi tatapan menenangkan. Junjin mengangguk dan duduk kembali.

Pintu kembali terbuka dan keluarlah sosok wanita paruh baya yang juga sedang terbaring lemas.

Omma..

Wajah wanita itu pun pucat. Dia tampak kelelahan dan entah kenapa.. aku merasa sangat rindu padanya dan ingin sekali memeluknya.

Keempat host yang ada di sini hanya melihat dengan pandangan bertanya.

“ Apakah dia.... Ibunya Hyesung?” tanya Minwoo pelan

“ Sepertinya begitu...” sahut Junjin

Aneh, aku akhirnya bisa mengumpulkan kembali tenangaku dan berjalan mengikuti wanita itu.

Omma..

Ya.. aku benar-benar merasa rindu. Sangat rindu hingga aku ingin menangis. Aneh bukan? Aku pun berpikir, apakah perasaan melankolis dan negatif yang kurasakan beberapa menit lalu adalah sebuah tanda?

Ya.. sebuah tanda bahwa aku akan...

Aku menggeleng pelan, lagi, rasa takut dan cemas itu pun kembali datang.

Oh.. aku benci ini..

Aku pun kembali menatap wanita itu. Dua perawat membawanya masuk ke dalam kamar rawat yang sudah di siapkan. Ruangan itu tidak terlalu luas tapi nyaman. Terdapat dua jendela menghadap timur dan hiasan gantungan bunga di atasnya. Di samping ranjang pun terdapat meja dan laci kecil, vas bunga dari kaca dan tentu saja, bunga krisan jingga yang cantik.

“ Ommonim.. silakan istirahat dulu. Kami akan datang satu jam lagi untuk mengecek keadaan anda” Perawat laki-laki yang memakai papan nama Cho Minhyuk berkata

“ Pi....Pilkyo...aku harus menemaninya.....” suara wanita itu terdengar lemah dan itu membuatku semakin pilu. Dia berkata tanpa bisa membuka matanya.

Perawat Cho tersenyum

“ Dia sudah dipindahkan ke ruangan lain untuk perawatan lebih intensif. Ommonim harus istirahat dulu, OK?”

Wanita itu tidak berkata apa-apa, dan kedua perawat itu pun keluar kamar.

Suasana kembali hening, dan aku pun kembali menatap wanita ini.

Aku mendekatinya, dan ku lihat wajahnya lebih dekat. Ah... sudah lama sekali aku tidak memandang wajahnya ini.

Dulu, aku tidak melihat ada kerutan dan garis-garis halus di sekitar kening, mata dan pipinya. Namun, wanita yang dulu mempesona ini kini sudah berusia lanjut. Hmm... berapa tahun waktu berlalu sejak hari itu? 25 tahun? Lamakah itu?

Ku lihat kembali bahwa rambutnya yang dulu hitam legam berkilau, kini sudah mulai memudar dan berganti menjadi keabuan.

Aku mungkin seperti orang gila saat ini.. Aku memandangi tubuh wanita ini dari ujung rambut hingga ujung kaki. Awalnya aku merasa asing, tetapi.. semakin ku lihat, semakin familiar diriku dengan wanita ini. Wanita dulunya sering membacakan cerita sebelum tidur. Wanita yang selalu memasak makanan kesukaanku, wanita yang merawatku ketika aku mengalami demam hebat, wanita yang mengantarku ke sekolah, wanita yang memelukku dan tertawa bangga ketika aku memenangkan lomba menyanyi, wanita yang selalu ku panggil dalam tidurku...wanita yang selalu ku tangisi karena aku benar-benar merindukkannya....

Omma....

Gejolak perasaan yang ada di dadaku kini semakin menjadi-jadi. Aku tak tahu lagi bagaimana cara untuk mengontrolnya.

Saat itu pula, aku bisa melihat tetesan air perlahan jatuh dari sudut matanya. Wanita itu menangis.. dan beberapa detik kemudian, tubuhnya bergetar. Lalu, dia semakin terisak. Tangan kanannya yang lemah dipaksakannya untuk menutupi mulutnya, berusaha membungkam tangisan yang semakin lama semakin keras.

“ Pilkyo-ah....” tangisnya

Dan dia masih terisak, lalu menangis sesenggukan.

Hatiku semakin pedih. Aku benar-benar tidak bisa menahannya lagi.

“ Omma...” lirihku dan aku akhirnya benar-benar menangis

“ Pilkyo-ah...! Maafkan omma..!” tangisannya semakin pecah

“ Pilkyo-ah!” dan kini dia mulai meneriakkan namaku, berkali-kali.

Dia meraung dalam tangisnya. Menyebut namaku tiada henti. Berteriak memohon maaf padaku. Adalah sebuah tangisan yang pilu dan menyayat hati. Tangisan yang paling tidak ingin ku dengar dalam hidupku. Sungguh!

“ Omma...!” aku pun segera meraih tangannya walau ku tahu aku tak bisa menyentuhnya.

“ Omma!”

Ya... aku benar-benar merindukan wanita ini. Sangat! Sejahat apapun tindakan yang dulu pernah dia lakukan padaku, aku tetap tak bisa membenci wanita ini sepenuh hatiku.

Aku menangis sesenggukan seperti anak kecil di hadapan Ibunya. Ya.. saat ini aku memang seorang anak kecil yang tak berdaya. Aku merasa sangat rindu, sedih, takut, cemas, semuanya menjadi satu. Aku hanya bisa menangis dan berharap setiap tetesan air mata yang keluar akan menghapus segala macam emosi negatifku dan membuatku tenang.

Omma masih saja terus menangis tersedu-sedu dan aku tetap menggengam erat jemarinya.

Aku ingin sekali memeluknya dan aku benar-benar berharap pada Tuhan untuk segera mengembalikan diriku ke tubuhku. Aku ingin bergerak bebas, lalu berlari menuju wanita ini, memeluknya dengan sangat erat dan tak akan pernah membiarkan dia pergi lagi dariku!

Jung Pilkyo yang kecil dan tak berdaya ini adalah anak laki-laki Park Minseok. Wanita yang sangat..sangat..sangat aku cintai dengan sepenuh jiwaku.

“ Omma.... maafkan aku Omma...! Aku mencintaimu... sungguh...aku tak membencimu..aku sangat merindukanmu Omma.. maafkan aku...!” aku berteriak dengan sangat kencang. Aku hanya bisa berharap Omma dapat mendengar ucapanku. Namun, sepertinya itu hanya sebuah harapan yang semu. Wanita cantik ini masih terus tersedu dan meminta maaf kepadaku.

“ Pilkyo-ah... aku ibu yang jahat! Menelantarkan anaknya! Tuhaaaannn.. siksa saja diriku, jangan anakku! Ambil saja nyawaku dan selamatkan jiwa anakku... Jung Pilkyo-ah...!”

Omma!!!

Bagaimana bisa dia berkata seperti itu??!

“ Omma...! Hentikan.. jangan menangis lagi.. aku tak membencimu.. aku sangat menyayangimu Omma..!”

Dan tiba-tiba saja keanehan mulai terjadi padaku. Pandanganku memudar dan seketika aku bergidik ngeri saat melihat cahaya memancar dari tubuhku.

Aku langsung berdiri dan mundur beberapa langkah.

Tidak..tidak mungkin!

Apa ini?!

Ketakutan pun mencengkeramku! Oh Tidak...

“ Oh Tuhan.. tolong...”

Omma!

Bagaimana ini?! Apa yang terjadi padaku? Apa aku akan pergi?? Lalu bagaimana dengan Omma??? Aku harus terus hidup dan memeluknya lagi!

Omma!! Omma!!!

“ Omma!! Tolong aku, Omma!!!” suaraku pun bergema dan lambat laun aku sendiri tidak bisa mendengar suaraku! Aku seperti bisu dan tuli!

Cahaya itu semakin berpendar hebat. Sedikit demi sedikit tubuhku mulai ‘menghilang’. Seperti dalam film-film yang sering ku tonton. Aku seperti sedang dihapus dari dunia ini.

Tidak...

Tidak mungkin!!

Omma!!

Kakiku! Tanganku! Mereka menghilang! Aku semakin ngeri! Inikah yang terjadi ketika seseorang akan menghilang dari dunia ini??

Omma! Tolong aku!!

Aku menatap wanita tersebut yang masih saja terus terisak dalam tangisannya. Omma tak bisa mendengarku.. bagaimana ini?!

Kini separuh tubuhku sudah hilang, dan aku semakin tak berdaya. Aku benar-benar sudah pasrah.. dan kini.. tinggal bagian kepala dan wajahku saja.

Air mata terus menerus mengalir. Kepilua, penyesalan dan rasa sedih luar biasa tak bisa ku hindari. Dan akhirnya...semuanya pun.. hilang

Lenyap

 

Omma....

***

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
shinfly
i don't know will update "hyung and I" story or not..because..i'm not to motivate to write it :'(

Comments

You must be logged in to comment
feelgyo #1
Chapter 17: Akhirnya bs komen pnjang2 disni~ hihihihi~~ c:
dah kangen berat sama fic yg satu ini >.<

okay, waktunya komentar~~ ♬..╰(′▿`)╮ ♬..╰(′▿`)╮ ♬

*ambil ancang2*

HUEEEEEEEEEEEE......TIDAAAAAAAKKKK.....TIDAAAAAKKKK.....TIDAAAAKKKKK....KENAPAAAA???? KENAPAAAA YIM?? (۳˘̩̩̩Д˘̩̩̩)۳
Apa salahnya Hyesung? Kenapa bs begini?? Maknya kn udh ngasi darah...kenapa yim?? Kenapa??? (۳˘̩̩̩Д˘̩̩̩)۳
kn kesian Junjinnya Yim....kesian jg ama host yg lain....hikss hiksss *salahfokus*

Ini pst gara2 Hyunjung!!!!! Щ(ºДºщ)

Aku ga prcaya bs nangis bolak/i dihari valentine OTL
knp di 2crita yg kubaca hari ini (satunya pnya junu), syungnya hrs mati dgn tragis???? (TДT)

Btw ini masi ada episode trakhir ya? Aku udh ga sanggup ngebacanya yim.....sedih bgt suer....
Kamu hrs bayar ini pake The Host Yim. Harus! (҂˘̀^˘́)9

Anyway, makasi deh yim buat airmata ini. Makasi udh bikin mewek dihari yg cerah tnpa hujan. Makasi kamu udh buat maknya Hyesung nangis nyesel (puas bgt dibagian ini xD). And lastly, makasi udh update Ayim~ <3
Liya_Heartless
#2
baru nemu ini fanfic, dan alhamdulilah bukan yay! jarang ada fic yg straight, indonesia lagi xd
clumsyblue
#3
Chapter 16: Woohooo sinetronnya berlanjuutt~~~

HantuSyung imut banget cobaa... Sini nak, main sama kakak, hantuin kakak aja boyeeh XDDD #ditendang
Idem sama ipil buat emaknya syung. Kenapa sadar di detik2 terakhiiirrrr? jdsakgdsakjdgska!!! Kenapaaaaaaaa? ? ? Terus syung kenapa menghilang? Kenapaaaaaaaaaaaaaaaa? ? ? ? ?

*cough*
Ayiimm, tengkiu udah diapdet yaaa~~~ *tjium panas*
feelgyo #4
Chapter 16: Tjih! Akhirnya nie sinetron ada kelanjutannya juga *tatap sinis penulisnya*

Sejujurnya Yim, diawal chapter aku ngakak bgt. Hyesung bener2 polos ya. Dicuekin belalang aja bs sedih(?). Pffttt...
And....... I love this chapter!!! So much!!!! Much!! Much!! Much!!! Kecuali dibagian ending. :P

Omaigottt, ini cerita bs bikin jantung mau copot! Pelis jgn 'tamatin' Hyesung dulu!!! The host yg lain blm sempat marah2 ke Syung, perkara doi bawa motor ga hati2. TT^TT
Huuuhh, maknya Hyesung (ato Hyunjung) ngeselin bgt deh! Knp hrs sadar didetik-detik trakhir?? Knp??? Knp??? *goncang2 penulisnya* *bakar rumah sakitnya* #anarkis

Pelis emaknya aja, jgn Syung... *maap, trlalu bias* XDD
Eniweyyyy, I hope this sinetron(?) tidak melakukan pembunuhan, sebab pembunuhan itu adalah tindakan keji, tindakan kriminal yang melanggar undang-undang yang berlaku dinegara kita. Ganbatte!! XD

PS: Ayim yg baikhati, baikbudi, rajin menabung, dan tidak sombong, pelis update secepatnya yak. Peluk cium dari rider paporit(?) <3
Elreya
#5
Chapter 16: Yeay~ You're come back Unnie :) Ah jangan bikin Hyesung meninggal, Kasian Hyunjung sama Ommanya let them be happy Unnie. Ayolah masa aku mau UN harus liat Angst mulu sih jadi please banget Yaaaa Unnie~ Kangen juga ga liat Unnie update kekeke
shin-pads
#6
Chapter 15: Duuuh ><

Jangan dibikin angst dong. Jangan dimatiin Pilkyo-nyaa ㅠㅠ
shin-pads
#7
Chapter 2: Akhirnya nemu juga fict dengan bahasa Indo! Huraaayyyy! *lemparbuketkamboja*


Duh duh duh... Eric perhatian banget, beliin tongkat ama bawain makanan juga~

Tapi ini bukan ya~???
Elreya
#8
Chapter 15: Yo Unnie~ Aku udah lama ga komen didini ya hahaha~ Aku liat update langsung ngeliat adegan kayak gini... malah galau sendri didepan laptop *pundung* yosh! Hyesung harus selamat! dan akhirnya hyunjung tau kenyataanya , now now how would the plot give us the ending~(gini nih orang abis stres ngerjain tugas)
clumsyblue
#9
Chapter 15: H... Hyesung aaahhhh.... Nooooooooooooooooo!!!! Kenapa golongan darahku b kenapaaaaaaaaaaaaaaa!!!! Hyesungieeeeeeeeeeeeeeeee!!!

Idem sama ipil.. aku juga langsung inget mvnya syung... huaaaaaaaaa T^T
Ayiiiiimmmmmmm ;A;

Eniwei, thank you for updatiing~^^
hyuu_hikari #10
Chapter 15: aku.... semua yang mau aku bilang uda diwakilin ama Pil dibawah xDD
btw, kamu tega yah.... kemaren udah begitu, sekarang hyesung dibikin kecelakaan parah.... tapi ntah kenapa aku suka banget ama chapter yg ini...